Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

A Versus Story 12: Cinta Bersemi di Kampus

by VERSUS


PESAN:

Tak disangka rangkaian kisah nyata hidupku sejak kecil sampai masuk kuliah ini sudah mencapai 12 seri. Terima kasih atas dukungan banyak pihak melalui email selama ini. Yang belum sempat, silahkan kirim email ke: versusierra@gmail.com, pasti direply. Thanks!

KISAH:

Meskipun sekolahku sempat terbengkalai (baca kisah sebelumnya), tapi akhirnya aku bisa tamat SMA, bahkan dengan NEM (Nilai Ebtanas Murni) yang sangat tinggi. Setelah itu aku diterima di sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di kotaku. Memang sejak kembali ke rumah orangtuaku setelah petualangan birahi di Jakarta, aku benar-benar konsentrasi belajar untuk mengejar ketertinggalanku. Bahkan soal seks tidak sempat terlintas lagi di anganku. Namun apapun juga, mengingat hal itu sudah menjadi bagian integral dari sistem tubuh, setelah kuliah dorongan itu muncul lagi. Maklumlah, di kampus aku ketemu banyak teman baru, bahkan ada yang berasal dari luar daerah, dan beberapa di antaranya boleh dibilang sangat ganteng.

Adalah Rano, teman sebangku denganku ketika mengikuti Penataran P4 pada saat baru masuk kuliah. Aku memang tak jauh dari godaan, Rano boleh dibilang termasuk yang paling ganteng dan seksi di kelas, setidaknya dari sudut pandangku sendiri. Tapi yang membuat dia jadi jauh lebih menarik ialah kepribadiannya yang supel, ramah dan rendah hati. Ia berasal dari sebuah keluarga yang sangat sederhana di Lampung. Ayahnya seorang penjual ikan di pasar. Anak ini berprestasi hebat dengan NEM tertinggi di sana sehingga mendapatkan beasiswa dari lembaga tertentu untuk kuliah di mana saja di seluruh Indonesia sesuai hasil UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Hal yang paling aku suka darinya ialah murah senyum. Dan setiap kali dia tersenyum, lesung pipinya membuat wajahnya tampak jauh lebih ganteng.

Sebenarnya orangtua Rano agak keberatan jika ia kuliah sebab mereka tidak bisa membantu secara finansial sama sekali. Meskipun ada beasiswa, tapi tentunya biaya hidup lain-lain di luar urusan perkuliahan juga sangat besar, sehingga dananya tetap saja tidak cukup. Namun Rano bukan tipe orang yang mudah patah semangat. Karena tidak mampu bayar kost, dia tinggal di kantin kampus sambil membantu pemiliknya bekerja di sana di luar jam kuliahnya. Banyak teman kuliah yang memandangnya sebelah mata, tapi aku justru merasa iba dan terharu melihat tekadnya yang kuat untuk menjadi sarjana. Dengan alasan rumahku jauh dari kampus sedangkan jadwal kuliahku padat, aku mengambil sebuah kamar kost di lokasi kampus. Aku memilih sebuah kamar kost yang tergolong mewah, bentuknya seperti suite room di hotel. Ada semacam ruang duduk yang terpisah dari kamar tidur. Di situ ada sofa, TV dan meja makan serta dapur kecil, sedangkan di kamar tidur ada WC / kamar mandi tersendiri. Unit itu dilengkapi dengan AC dan line telepon tersendiri. Ku ajak Rano untuk tinggal bersamaku di sana. Mulanya dia menolak sebab tempat itu dianggap terlalu mewah untuknya, tapi setelah ku bujuk bahwa aku perlu teman untuk belajar bersama, barulah dia mau pindah ke situ.

Selama semester I aku masih bisa menahan diri. Aku hanya kuatir saja seandainya dia orang yang gay-phobia, maka dia akan spontan menjauh dariku jika dia tahu yang sebenarnya. Namun lama kelamaan aku tak kuasa juga menahan diri. Memasuki semester berikutnya, ketika kami sudah sangat akrab, aku beranikan diri memeluknya ketika tidur, dan ternyata dia tidak keberatan. Mungkin awalnya dia berpikir bahwa aku kedinginan karena AC di ruangan. Setiap kali bangun pagi aku perhatikan ACnya telah dimatikan oleh Rano. Namun suatu malam, Rano yang kelelahan setelah seharian mengikuti lomba olahraga di kampus, langsung tertidur lelap setelah mandi dan membaringkan tubuhnya di ranjang, hanya berbalut handuk tanpa celana dalam sekalipun. Tanpa dia sadari, gerakan-gerakan kecilnya saat tidur membuat handuknya kendor dan terbuka. Ketika masuk kamar, aku menemukan pemandangan yang membuat aku terpana: tubuh Rano yang terlentang bugil lengkap dengan belalai yang nyembul dari selangkangannya, tampak besar walau tidak sedang ereksi. Walau sudah 1 semester aku bersamanya, baru sekarang aku menyaksikan dia telanjang. Selama ini anaknya sangat sopan, bahkan ia selalu mengenakan pakaian ganti sejak dari dalam kamar mandi. Tapi kini... aku tak kuasa menahan diri lagi.

Aku seperti bisa mendengar detak jantungku sendiri ketika perlahan-lahan mendekati ranjang. Aroma khas kelaki-lakian yang merangsang bercampur dengan harumnya sabun mandi langsung tertangkap hidungku, membuat perasaanku semakin bergejolak. Jarakku sudah sangat dekat dengan tubuh Rano yang sangat menggiurkan itu. Ku tatap dalam-dalam kontolnya yang terkulai di atas jembut hitam, halus dan tipis. Kulit kontolnya kelihatan sedikit lebih gelap dibandingkan kulit tubuhnya. Ku dekatkan wajahku demi mengamati batang kenikmatan yang tampak berurat-urat itu. Aku bergidik menelan air liurku sendiri. Tanpa sadar ujung hidungku telah nyaris menyentuh kontolnya. Ku tarik nafas dalam sambil menelusuri lekuk batangnya dengan hidung. Lalu seketika ku buang nafas seperti mendengus sambil memejamkan mataku. Nafsuku sudah di ubun-ubun, apapun juga reaksi Rano nanti, aku sudah tak peduli lagi.

Ku jilat perlahan ujung kontolnya yang seperti jamur mekar. Pemiliknya tak bereaksi apa-apa. Namun setelah jilatan beberapa kali, Rano menggeliat sedikit. Aku berhenti sejenak. Ku tatap matanya. Dia masih terlelap. Ku angkat sedikit batang yang masih lunglai itu, lalu perlahan dan lembut ku masukkan ke rongga mulutku. Seperti orang lapar, ku sedot kontolnya tanpa menunggu lama lagi.

"Hei, apa yang terjadi?", teriak Rano, sepertinya dia sangat terkejut dan nyaris melompat bangun sampai kontolnya copot dari mulutku. Mungkin sejenak ia pikir ia sedang bermimpi. Kemudian dikucek-kucek matanya yang tampak merah.

"Ver... kamu...?", Rano tak meneruskan kata-katanya. Ia menatapku dengan pandangan mata yang masih menunjukkan keterkejutan dan rasa heran. Akupun tak mampu bicara apa-apa, rasanya seperti maling kesiangan. Perlahan-lahan keterkejutannya mulai memudar, berubah menjadi malu. Padahal sebenarnya akulah yang harus malu, bukan dia.

"Jangan Ver, bukannya aku ngak mau ngasih, tapi itu kan kotor, tak pantas masuk ke mulutmu.", ucapnya dengan lembut sambil membelai kepalaku. Sepertinya dia sudah bisa sedikit mengatasi rasa malunya. Rano mengambil handuk yang tadinya melorot, lalu dikaitkan lagi melingkari pinggangnya. Aku baru saja hendak beranjak dari ranjang, tapi Rano menahan tanganku. Aku masih belum sanggup berkata apa-apa, sebab segala macam rasa sedang bercampur aduk di bathinku. Terutama rasa menyesal karena aku ngak bisa menahan diri tadinya.

"Ver, aku ingin bilang sesuatu kepadamu. Jadi jangan dulu pergi.", ujar Rano sambil merapatkan tubuhnya kearahku, "Sepertinya aku bisa bicara jujur sekarang. Aku memang suka wanita, dan sejak masih di Lampung aku sudah sering pacaran. Tapi ngak ada yang tahu kalau di samping itu aku sebenarnya juga tertarik kepada pria yang ganteng, walau sampai detik ini aku belum pernah berhubungan badan dengan pria manapun. Perasaan itu ku kubur dalam-dalam. Namun sejauh ini hanya ada rasa tertarik saja, tidak terlintas sedikitpun di benakku fantasi seks sekecil apapun dengan sesama pria.", Rano menghela nafas dalam sejenak, "Kamu jangan kaget. Sejak pertama kali bertemu denganmu di kampus, aku sebenarnya telah tertarik kepadamu. Kamu begitu ganteng dan ramah. Tapi aku sadar bahwa kamu anak orang kaya yang sangat terkenal di kota ini. Sedangkan aku hanya seorang miskin yang nekad datang kuliah jauh-jauh ke sini hanya berbekal beasiswa. Aku merasa sangat tak pantas, meskipun hanya sebatas teman saja. Aku..."

Ku taruh jariku di bibirnya, hingga Rano terhenti bicara. "Ngak perlu diteruskan. Aku sudah mengerti sekarang. Ran, aku juga ingin jujur. Sebenarnya sejak awal aku juga sudah menaruh hati kepadamu. Apakah kamu menyadari hal itu?"

"Tidak Ver, aku tak menyangka begitu. Dari luar kamu sosok lelaki sejati dan tak ada tanda-tanda sedikitpun kalau kamu suka yang sejenis. Jika bukan karena apa yang kamu lakukan tadi, aku tidak akan pernah tahu keadaanmu yang sebenarnya.", ujarnya, "Aku ingin mengungkapkan perasaanku, tapi aku takut jika malah sebaliknya kamu menjauh dariku. Bukannya aku takut kehilangan fasilitas seperti tempat kost ini, aku ngak peduli walau harus tidur di kantin lagi. Tapi... tapi...", kata-katanya terbata-bata seperti terlalu kuatir, "Ver, aku cinta padamu!"

Aku bagaikan tersengat listrik dari ujung rambut ke ujung kaki. Itu adalah kalimat yang paling tak ku sangka bakal keluar dari mulut Rano. Oh, selama ini aku telah berusaha memendam perasaanku sendiri, ternyata orang yang ku damba-dambakan justru mencintaiku! Aku tak sanggup bicara, serta merta ku dekap Rano erat dengan segenap rasa yang ada di hati ini. Pipi kami beradu, dan tak terasa mataku telah berkaca-kaca.

Rano berbisik lembut dekat telingaku, "Ver, itulah sebabnya aku tak tega melihat kelaminku masuk ke mulutmu. Bukannya aku ngak rela, tapi aku begitu mengagumimu. Siapalah aku ini, Ver? Aku merasa risih jika kamu harus merendahkan diri seperti itu. Cintaku padamu jauh lebih besar daripada keinginan nafsuku sendiri. Percayalah..."

Itulah Rano, teman pertamaku di kampus yang jatuh dalam pelukanku. Tapi anehnya itu bukan seks, sebuah gita cinta nan indah yang menghiasi suasana jiwaku. Entah kenapa aku merasakan kepuasan yang jauh lebih besar dari hasrat erotis. Sejak saat itu kami berdua menjalani hari-hari berdua selayaknya sepasang kekasih di tempat kost. Namun di luar sana kami tetap bersikap biasa-biasa saja di depan teman-teman kampus, dan memang tak ada yang curiga sama sekali, sebab sebenarnya sejak awal masuk kampus kami telah akrab satu sama lain.

Sejalan dengan waktu, hubunganku dengannya semakin mendalam, mengalir secara alamiah. Walau akhirnya kami tetap juga sampai ke hubungan seks, tapi itu hanya sekedar cara untuk saling menyalurkan rasa cinta kami. Kami membangun kebersamaan yang mutualisme, baik Rano maupun aku sama-sama mendapatkan semangat belajar sehingga Index Prestasi (IP) kami berdua jauh lebih tinggi di atas rata-rata teman seangkatan. Rano memang seorang pemuda yang memiliki kecerdasan tinggi, makanya dia mendapatkan beasiswa. Hal itu adalah salah satu faktor yang turut mendorong aku makin mencintainya, sebab aku memang tertarik kepada orang yang cerdas, melebihi sekedar ketampanan. Setidaknya dia mampu menimbangi cara berpikirku sehingga selain sebagai kekasih, dia juga sangat tepat menjadi partner diskusi.

Demikianlah kisah cinta antara aku dengan Rano di kampus. Meskipun kini kami tidak bersama-sama lagi karena Rano telah kembali ke Lampung dan konon telah menikah, tetapi cinta yang bersemi di kampus itu tetap menjadi sebuah kenangan indah yang sulit terlupakan.

SELESAI

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

21 Gay Erotic Stories from VERSUS

! A Abdichandra SH

PESAN: Kisah ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan lokasi, maka itu hanya kebetulan semata dan di luar kesengajaan penulis. Selain beberapa karya fiksi, penulis juga telah memuat di MOTN rangkaian kisah nyata pengalaman pribadi penulis dalam seri "A VERSUS Story". Bagi yang ingin memberi komentar atau sekedar kenalan, silahkan kirim email ke: asmaraku@sctvnews.com

01 Jun 2003

PESAN: Kisah ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan lokasi, maka itu hanya kebetulan semata dan di luar kesengajaan penulis. Selain beberapa karya fiksi, penulis juga telah memuat di MOTN rangkaian kisah nyata pengalaman pribadi penulis dalam seri "A VERSUS Story". Bagi yang ingin memberi komentar atau sekedar kenalan, silahkan kirim email ke: asmaraku@sctvnews.com

A Versus Story 01: Layu Sebelum Berkembang, Part 1

PESAN: Hai there, ini adalah kisah ke-3 yang ku tulis di MOTN. Namun kisah yang satu ini seharusnya menjadi yang pertama karena ini adalah pengalamanku yang paling awal. Bagi yang telah mengirim email tanggapan atas kisahku sebelumnya, mohon maaf karena email address lama tidak aktif lagi. Jika ingin mengirim komentar, saran atau sekedar kenalan silahkan layangkan ke versusierra@gmail.com

A Versus Story 02: Layu Sebelum Berkembang, Part 2

PESAN: Hai there, ini adalah kisah ke-4 yang ku tulis di MOTN. Ini adalah kelanjutan dari Part 1 kisah yang sama. Jika anda belum membacanya, silahkan dibaca dulu sebelum melanjutkan ke Part 2 ini. Terima kasih bagi yang telah mengirim email tanggapan atas kisahku sebelumnya. Seperti biasa, jika ingin mengirim komentar, saran atau sekedar kenalan silahkan layangkan ke versusierra@gmail.com

A Versus Story 03: Pengalaman di SMP, Part 1

PESAN: Hai... nama saya Versus, orang Jawa tapi keturunan Prancis. Saya akan menghadirkan secara berkala beberapa kisah nyata yang pernah saya alami sendiri. Judulnya selalu "A Versus Story" diikuti dengan judul artikelnya. Bagi yang ingin kenalan atau komentar, silahkan kirim e-mail ke versusierra@gmail.com dan pasti akan dibalas. KISAH: Namaku Versus. Aku adalah seorang gay 100%

A Versus Story 04: Pengalaman di SMP, Part 2

PESAN: Hi, jumpa lagi dengan Versus. Bagi yang belum membaca bagian pertama, baca dulu deh... biar nyambung dengan yang kedua ini. Judul kisahku selalu dimulai dengan "A Versus Story" lalu dilanjutkan dengan judulnya. Yang ingin kenalan, komentar atau kritik, silahkan hubungi aku di versusierra@gmail.com. Selamat membaca! KISAH: Hari terakhir Ebtanas adalah hari yang paling melegakan.

A Versus Story 05: Gita Cinta dari SMA, Part 1

PESAN: Halo, jumpa lagi dengan Versus. Kali ini aku lanjutkan kisah nyataku dengan pengalaman ketika memasuki SMA. Jangan lupa baca kisah-kisahku terdahulu. Bagi yang ingin sumbang saran, kritik, komentar, atau ingin kenalan, kirim aja email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), pasti semuanya dibalas, thanks! KISAH: Hari pertama di SMA adalah saat yang sangat indah bagiku,

A Versus Story 06: Gita Cinta dari SMA, Part 2

PESAN: Gimana kisahku dengan Raka? Lumayan seru? Ini adalah kelanjutannya, di mana Raka akhirnya bisa bersikap aktif. Pokoknya, baca terus kisah-kisah nyata tentang diriku yang aku muat di MOTN. Bagi yang telah memberi saran, kritik dan komentar, atau yang ajak kenalan, terima kasih ya... Aku akan berusaha membalas semua email yang masuk. Bagi yang belum, silahkan kirim email ke:

A Versus Story 07: Gita Cinta dari SMA, Part 3

PESAN: Wah ternyata rangkaian kisah hidupku banyak diminati. Terima kasih kepada semua yang telah mengirim email, baik itu berisi saran atau sekedar komentar. Yang ingin kenalan, silahkan email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), pasti dibalas! Aku juga bersedia menerima Konsultasi Psikologi bagi anda yang punya masalah. Tanpa biaya dan kerahasiaan terjamin. Nah, sekarang silahkan

A Versus Story 08: Asmara di Puncak Gunung

PESAN: Terkadang seorang sahabat itu lebih dekat dengan kita dibandingkan seorang saudara. Tapi apa jadinya jika persahabatan telah melibatkan birahi? Ikuti kisahku di masa pubertas, sebuah kisah nyata. Bagi yang telah membaca kisah-kisahku sebelumnya dan telah mengirim email, aku ucapkan terima kasih banyak. Bagi yang ingin kontak untuk memberi komentar / saran, atau hanya sekedar

A Versus Story 09: Jadi Pramubirahi, Part 1

PESAN: Jumpa lagi dalam rangkaian kisah nyata hidupku yang ke-9. Khusus untuk edisi yang ini, mungkin tidak ada yang berbau erotis. Kisah erotisnya dimulai di kisah 10 berikutnya (sambungan yang ini) ketika aku menjadi gigolo, tapi tidak lengkap kalau tidak diikuti dari kisah 09 ini. Bagaimana dengan kisahku yang sebelumnya? Silahkan baca seri 01-08, thanks! Seperti biasa, yang ingin

A Versus Story 10: Jadi Pramubirahi, Part 2

PESAN: Terima kasih telah membaca kisahku seri 09, kelanjutannya dapat anda temui di sini. Komentar? Saran? Berkenalan? Hubungi: versusierra@gmail.com, thanks! KISAH: Dalam keadaan setengah mabuk ku lihat pak Liong berbisik dengan salah-seorang pelayan. Setelah itu, sang pelayan mengajakku ke belakang. "Ivan, kamu mau dapat uang banyak, kan?! Nah, aku punya tawaran untukmu, tapi

A Versus Story 11: Jadi Pramubirahi, Part 3

PESAN: Wah, saya tak menyangka sambutan dari pembaca MOTN cukup antusias. Terima kasih. Bagi yang ingin berkomentar atau kenalan, silahkan hubungi: versusierra@gmail.com, pasti dibalas! Sekarang ikuti kelanjutan kisah nyataku sebagai gigolo di Jakarta... KISAH: Tak terasa sudah hampir 6 bulan berlalu sejak aku mendapatkan tamu pertamaku. Aku tetap kerja sebagai penyanyi seperti biasa di

A Versus Story 12: Cinta Bersemi di Kampus

PESAN: Tak disangka rangkaian kisah nyata hidupku sejak kecil sampai masuk kuliah ini sudah mencapai 12 seri. Terima kasih atas dukungan banyak pihak melalui email selama ini. Yang belum sempat, silahkan kirim email ke: versusierra@gmail.com, pasti direply. Thanks! KISAH: Meskipun sekolahku sempat terbengkalai (baca kisah sebelumnya), tapi akhirnya aku bisa tamat SMA, bahkan dengan NEM

A Versus Story 13: Badai Pasti Berlalu

PESAN: 12 seri kisah nyata hidupku sampai masa kuliah telah ku tuliskan. Berikut ini adalah pengalamanku setelah aku lulus menjadi sarjana dan takdir membawaku kembali ke Jakarta. Ada komentar atau sekedar ingin kenalan? Silahkan email ke: versusierra@gmail.com, pasti dibalas. Terima kasih. KISAH: Lulus dengan status suma cumlaude atau A+ tentunya membuat orangtuaku sangat bangga

A Versus Story 14: Di Negeri Orang

PESAN: Aku menulis kisah ini pada bulan Mei 2003. Ini adalah bagian paling aktual kisah nyata diriku sampai sampai saat ini aku telah bekerja di Bangkok. Memang bukan yang terakhir, sebab setelah ada pengalaman baru, aku akan melanjutkan lagi kisah hidupku di masa mendatang mulai seri 15 dan seterusnya. Seperti biasa, aku harapkan komentar atau saran pembaca, atau sekedar ingin kenalan pun

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.2

KEPUTUSAN PUN KU AMBILPagi itu, tidak seperti biasanya, Arif justru bangun lebih awal dariku. Mungkin karena semalam aku melamun dan berpikir selama beberapa jam, dan baru bisa terlelap menjelang subuh. Bahkan Arif sudah selesai mandi ketika aku berdiri dari pembaringan.

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.3

SEBULAN PERTAMASebulan sudah aku berada di Jakarta. Sebagai pendatang baru di dunia kucing (pelacur pria -red), aku tidak sepi dari tamu. Uang yang ku simpan sudah lumayan banyak, meskipun aku tetap harus berbagi dengan Arif. Pasalnya, Ariflah yang mencarikan tamu untukku, sebagai manager-lah ibaratnya, aku tinggal layani tamu aja setelah ada orderan. Aku juga tetap tinggal di kosan Arif,

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.4

BAGAI TERSAMBAR PETIRSetelah sekian lama menunggu tanpa adanya tanda-tanda Mas Doni sama sekali, aq coba untuk mencari bapak penjaga rumah itu guna menanyakan di mana tuannya berada. Baru saja aku berdiri dari sofa, tiba-tiba terdengar langkah kaki turun dari tangga.

Malam yang Indah di Bali

Malam itu, Garuda Indonesia GA-418 yang ku tumpangi dari Jakarta ke Denpasar seharusnya dijadwalkan jam 21.20 WIB dan tiba jam 00.05 WITA, ternyata telat 30 menit. Alhasil, sudah hampir jam 00.01 malam ketika aku melangkah keluar dari Terminal Kedatangan Domestik di Bandara Internasional Ngurah Rai. Meskipun tengah malam, tapi airport itu tampai ramai. Maklumlah, waktu itu bertepatan dengan musim

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story