Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

A Versus Story 06: Gita Cinta dari SMA, Part 2

by VERSUS


PESAN:

Gimana kisahku dengan Raka? Lumayan seru? Ini adalah kelanjutannya, di mana Raka akhirnya bisa bersikap aktif. Pokoknya, baca terus kisah-kisah nyata tentang diriku yang aku muat di MOTN. Bagi yang telah memberi saran, kritik dan komentar, atau yang ajak kenalan, terima kasih ya... Aku akan berusaha membalas semua email yang masuk. Bagi yang belum, silahkan kirim email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), dan aku juga bisa melayani konsultasi psikologi. Selamat membaca!

KISAH:

Telah beberapa bulan berlalu sejak pertama kali aku "memperawani" Raka, teman baruku di SMA (baca A VERSUS Story 05). Hubungan kami berlanjut terus, bahkan kami telah menjadi sahabat karib. Setelah "malam pertama" itu, kami telah beberapa kali "making love", semuanya terjadi di kamarku. Memang tidak setiap hari, hanya pada malam Minggu, itupun kalo si Raka tidak pulang ke kampungnya. Namun selama ini, sama seperti pada malam pertama, Raka hanya bersikap pasif alias pura-pura tidur. Selain malu, dia juga emang masih hijau banget dalam soal hubungan seks, bahkan dengan lawan jenis sekalipun. Di balik itu, aku lihat Raka tidak banyak berubah. Dia sama sekali tidak bersikap seperti... merasa "dibutuhkan", dan tidak jadi matre terhadapku, meskipun aku selalu berusaha "memanjakannya" dalam banyak hal. Singkat kata, orangnya sangat tahu diri. Orangtuaku pun senang kepadanya, karena sering belajar bersamaku (tentunya mereka tidak tahu hubungan intimku dengannya). Namun sejauh ini, Raka tidak pernah membicarakan tentang hubungan seks aku dan dia sama sekali, seolah-olah hal itu tidak ada.

Di suatu Sabtu sore, sepulang sekolah aku mengajak Raka berenang di kolam belakang rumahku. Ketika tiba di rumah, pembantuku mengatakan bahwa orangtuaku baru saja pergi menghadiri pesta pernikahan anak relasi bisnis ayahku. Tempatnya di kota lain yang berjarak hampir 100km dari kotaku. Pastilah mereka pulang larut malam, pikirku. Tiba-tiba muncul ide jahil di benakku. Setelah pembantuku meletakkan sepiring buah anggur segar di tepi kolam renang atas permintaanku, aku bilang kepada pembantuku agar jangan masuk ke bangunan rumah utama jika tidak ku panggil (ada paviliun tersendiri untuk pembantu dan sopir). Segera ku kunci pintu ke beranda belakang yang terhubung ke areal kolam renang.

Seperti biasa, aku dan Raka masuk ke kolam dengan celana renang saja. Baru beberapa menit berenang, aku mendekati Raka dari arah belakang. Ku sergap dan ku rangkul dia mesra. Tanganku membelai dadanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan tipis. Raka jadi serba salah. Tentunya jurus "pura-pura tidur"-nya yang selama ini manjur di ranjang tak dapat diterapkan dalam kolam renang. Aku membalikkan tubuhnya, sehingga kini kami berhadap-hadapan langsung. Raka menundukkan wajahnya, menyembunyikan rasa malu dan kikuk. Tapi aku mengangkatnya dengan menaruh jariku di dagunya, sehingga kini kami saling menatap.

"Raka, aku sayang kamu. Aku tahu kamu bukan gay, tapi aku benar-benar cinta kamu, bukan hanya sekedar menginginkan tubuhmu...", aku tak kuasa meneruskan kata-kataku, mataku telah basah berkaca-kaca.

Raka tak sanggup berkata-kata, antara kikuk, canggung, malu, campur haru. Tiba-tiba ia merangkulku erat-erat sampai kepalaku tersandar di pundaknya (dia memang lebih tinggi dariku). Entah bagaimana caranya, aku bisa merasakan bahwa pelukannya itu tulus banget.

"Bukannya aku menolakmu, Ver... aku hanya bingung. Kamu tahu aku orang kampung yang ngak ngerti apa-apa. Aku hanya ingin bersikap hati-hati supaya kamu jangan tersinggung. Tapi percayalah, apa saja yang kamu inginkan, pasti aku penuhi", ujarlah setengah berbisik di telingaku.

Ku renggangkan dekapannya, lalu menatap wajahnya, "Apa saja?"

"Ya, apa saja... asalkan hal itu membuatmu bahagia, aku rela, Ver!", tegas Raka.

Tanpa komando lagi, aku segera melancarkan ciuman bertubi-tubi ke wajah Raka. Ia memejamkan matanya ketika bibirku menyentuh lembut bibirnya nan seksi itu. Ini adalah kedua kalinya bibir kami saling menempel, setelah permainan saling mengoper permen ketika pelonco di saat masuk SMA (baca kisah sebelumnya). Hanya saja kali ini, aku melakukannya dengan penuh kemesraan. Ku lumat bibirnya, sampai ujung-ujung kumisnya yang halus menggelitik bibirku. Ku terobos bibirnya dengan lidah, sampai kedua ujung lidah kami beradu. Terasa sekali bahwa Raka benar-benar masih polos, dan aku yakin "French Kiss" dengan wanita pun belum pernah dia lakukan. Gerakan lidahku yang liar seakan "mengajari" Raka bagaimana caranya berbagi kepuasan dari mulut ke mulut. Ku petik sebutir anggur dari tangkainya di atas piring dekat kolam, lalu ku masukkan dalam mulut Raka. Kami mengulumnya bersama... sungguh suatu percumbuan yang romantis.

Sesaat kemudian aku menurunkan celana renang Raka, lalu ia meneruskannya sampai lepas dari kakinya. Aku juga menanggalkan celana renangku, sehingga kami berdua benar-benar bugil dalam kolam. Aku memanjat ke tepi kolam, disusul oleh Raka. Kini tubuh telanjang kami bergumul di atas lantai ubin, sementara itu adegan ciuman kami teruskan lagi. Adegan selanjutnya, aku mengarahkan ciumanku ke daerah seputar selangkangan Raka. Ku kulum pelernya yang sudah setengah berdiri itu, hingga tubuh rangga menggeliat pelan. Apa yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaanku. Raka memutar arah tubuhnya, sehingga posisi kami jadi seperti angka 69. Aku tersentak kaget ketika ku sadari mulut raka telah menempel di kontolku. Mencontohi apa yang telah beberapa kali aku lakukan kepadanya, Raka mulai mengulum kontolku. Terasa kaku memang, sebab ini pertama kalinya ia melakukan seks oral secara aktif. Ku mainkan lidahku di sekujur kontolnya, seolah memberi "contoh" bagaimana seharusnya ia memperlakukan kontolku. Dan benar saja, Raka meniru apa yang ku lakukan.

Entah nafsu macam apa yang mendorongku, tiba-tiba saja terlintas niat yang lebih jorok di benakku. Ku balikkan tubuh Raka sampai ia tertelungkup. Ku renggangkan kedua kakinya, lalu lidahku menerobos belahan pantatnya guna mencari liang anusnya yang pasti masih perawan itu. Wah benar saja, ternyata lubang itu masih rapat banget, diselimuti jembut yang masih terasa halus. Tanpa membuang waktu, lidahku pun bersarang di sana, membuat Raka meronta kecil menahan kenikmatan tiada tara yang baru sekarang dia rasakan.

"Oh Ver, nikmat sekaliii....", rintihnya. Mendengar itu, aku main menggencarkan permainan lidah dan bibirku sehingga lubangnya tampak lebih leluasa.

Kini aku tak tahan lagi. Segera ku raih sebotol body lotion yang terletak di tepi kolam, ku tuangkan isinya ke telapak tangan, lalu kuusapkan merata di batangku. Tentunya Raka yang tertelungkup tidak menyadari rencana serangan yang akan ku lancarkan. Bahkan sampai aku mengoleskan sedikit lotion ke duburnya, Raka masih belum tahu. Maklumlah, jangankan mengalami, nonton film blue atau melihat gambar porno pun ia belum pernah. Sesaat kemudian, ku tindih tubuhnya dari belakang.

"Ver... jangan... ah, aaaahh, aaaahhhh", rintih Raka menahan kesakitan ketika kontolku mulai masuk ke anusnya. Ia sedikit meronta, tapi posisiku sudah pas banget menunggang di belakang tubuhnya. Segera ku hujamkan batangku dalam-dalam, ku lihat Raka kesakitan. Ku hentikan sejenak gerakan kontolku, sehingga Raka terlihat sedikit lega. Nafasnya ngos-ngosan. Sesaat kemudian aku memulai lagi gerakan maju mundur, kali ini lebih "gentle". Perlahan rasa sakit Raka sepertinya mulai berganti menjadi kenikmatan. Hal itu dapat ku lihat dari ekspresi wajahnya saat ku dekatkan kepalaku ke samping pundaknya.

"Teruskan, Ver... oh.... teruskan", desah Raka sebagai pertanda nikmat.

Aku tiba-tiba merasa sudah mendekati puncak. Mungkin karena lubangnya yang masih sangat sempit, sehingga rangsangan yang ku terima lebih besar. Lalu...

"Ooooohhh... ohhhh.... ohhhh...", aku tiga kali menyemburkan kuat-kuat maniku di dalam lubang anusnya, menyusulan semburan-semburan kecil lainnya. Ku benamkan kontolku dalam-dalam.

Pada saat aku mencabut kontolku beberapa menit kemudian, ku lihat cairan maniku mengalir keluar dari lubangnya, hanya saja warnanya bukan putih, tapi agak merah bercampur darah. Raka memang benar-benar masih perjaka tulen (tadinya). Setelah nafsuku terlampiaskan, ada rasa menyesal di hatiku, kenapa aku tega melakukannya terhadap Raka. Aku pikir dia marah, ternyata tidak! Ia membalikkan tubuhnya menghadapku. Tampak wajahnya agak pucat, tapi ia tersenyum padaku.

"Aku rela kok... asalkan itu bisa memuaskanmu. Aku malah senang bisa berkorban untukmu, sebab selama ini aku tak tahu bagaimana caranya mengimbangi semua kebaikanmu terhadapku.", ujar Raka.

Mendengar perkataannya, perasaanku jadi bercampur aduk, antara sedih dan bahagia, antara rasa bersalah dan rasa terima kasih.

"Oh Raka... aku sayang kamu.", ucapku sambil memeluk tubuhnya erat-erat. Kami tetap saling berangkulan selama beberapa saat, walaupun tubuh kami telah sama-sama dibasahi peluh. Setelah itu aku mengajaknya ke kamar mandi bilas di dekat kolam. Di sana aku menuntaskan PR-ku untuk memuaskan Raka. Di bawah guyuran shower, ku sedot kontol Raka sambil mengocoknya. Hanya saja kali ini Raka tak perlu pura-pura tidur lagi. Ia bersandar di dinding kamar bilas, sambil menyaksikan aku menggerayangi kontolnya. Bahkan aku biarkan dia menikmati pemandangan ketika spermanya menyemprot belepotan di bibirku dan rongga mulutku. Ku sapu dengan lidah, dan ku telan semuanya sampai tetesan terakhir.

"Yang satu itu aku pengen coba...", Raka mengomentari.

Hmm... pucuk dicinta ulam tiba! Sanggupkah Raka yang bukan gay itu menelan maniku? Akankah dia jijik atau muntah? Nantikan saja petualangan selanjutnya dengan dia... yang pasti, ini kisah nyata!

BERSAMBUNG

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

21 Gay Erotic Stories from VERSUS

! A Abdichandra SH

PESAN: Kisah ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan lokasi, maka itu hanya kebetulan semata dan di luar kesengajaan penulis. Selain beberapa karya fiksi, penulis juga telah memuat di MOTN rangkaian kisah nyata pengalaman pribadi penulis dalam seri "A VERSUS Story". Bagi yang ingin memberi komentar atau sekedar kenalan, silahkan kirim email ke: asmaraku@sctvnews.com

01 Jun 2003

PESAN: Kisah ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan lokasi, maka itu hanya kebetulan semata dan di luar kesengajaan penulis. Selain beberapa karya fiksi, penulis juga telah memuat di MOTN rangkaian kisah nyata pengalaman pribadi penulis dalam seri "A VERSUS Story". Bagi yang ingin memberi komentar atau sekedar kenalan, silahkan kirim email ke: asmaraku@sctvnews.com

A Versus Story 01: Layu Sebelum Berkembang, Part 1

PESAN: Hai there, ini adalah kisah ke-3 yang ku tulis di MOTN. Namun kisah yang satu ini seharusnya menjadi yang pertama karena ini adalah pengalamanku yang paling awal. Bagi yang telah mengirim email tanggapan atas kisahku sebelumnya, mohon maaf karena email address lama tidak aktif lagi. Jika ingin mengirim komentar, saran atau sekedar kenalan silahkan layangkan ke versusierra@gmail.com

A Versus Story 02: Layu Sebelum Berkembang, Part 2

PESAN: Hai there, ini adalah kisah ke-4 yang ku tulis di MOTN. Ini adalah kelanjutan dari Part 1 kisah yang sama. Jika anda belum membacanya, silahkan dibaca dulu sebelum melanjutkan ke Part 2 ini. Terima kasih bagi yang telah mengirim email tanggapan atas kisahku sebelumnya. Seperti biasa, jika ingin mengirim komentar, saran atau sekedar kenalan silahkan layangkan ke versusierra@gmail.com

A Versus Story 03: Pengalaman di SMP, Part 1

PESAN: Hai... nama saya Versus, orang Jawa tapi keturunan Prancis. Saya akan menghadirkan secara berkala beberapa kisah nyata yang pernah saya alami sendiri. Judulnya selalu "A Versus Story" diikuti dengan judul artikelnya. Bagi yang ingin kenalan atau komentar, silahkan kirim e-mail ke versusierra@gmail.com dan pasti akan dibalas. KISAH: Namaku Versus. Aku adalah seorang gay 100%

A Versus Story 04: Pengalaman di SMP, Part 2

PESAN: Hi, jumpa lagi dengan Versus. Bagi yang belum membaca bagian pertama, baca dulu deh... biar nyambung dengan yang kedua ini. Judul kisahku selalu dimulai dengan "A Versus Story" lalu dilanjutkan dengan judulnya. Yang ingin kenalan, komentar atau kritik, silahkan hubungi aku di versusierra@gmail.com. Selamat membaca! KISAH: Hari terakhir Ebtanas adalah hari yang paling melegakan.

A Versus Story 05: Gita Cinta dari SMA, Part 1

PESAN: Halo, jumpa lagi dengan Versus. Kali ini aku lanjutkan kisah nyataku dengan pengalaman ketika memasuki SMA. Jangan lupa baca kisah-kisahku terdahulu. Bagi yang ingin sumbang saran, kritik, komentar, atau ingin kenalan, kirim aja email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), pasti semuanya dibalas, thanks! KISAH: Hari pertama di SMA adalah saat yang sangat indah bagiku,

A Versus Story 06: Gita Cinta dari SMA, Part 2

PESAN: Gimana kisahku dengan Raka? Lumayan seru? Ini adalah kelanjutannya, di mana Raka akhirnya bisa bersikap aktif. Pokoknya, baca terus kisah-kisah nyata tentang diriku yang aku muat di MOTN. Bagi yang telah memberi saran, kritik dan komentar, atau yang ajak kenalan, terima kasih ya... Aku akan berusaha membalas semua email yang masuk. Bagi yang belum, silahkan kirim email ke:

A Versus Story 07: Gita Cinta dari SMA, Part 3

PESAN: Wah ternyata rangkaian kisah hidupku banyak diminati. Terima kasih kepada semua yang telah mengirim email, baik itu berisi saran atau sekedar komentar. Yang ingin kenalan, silahkan email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), pasti dibalas! Aku juga bersedia menerima Konsultasi Psikologi bagi anda yang punya masalah. Tanpa biaya dan kerahasiaan terjamin. Nah, sekarang silahkan

A Versus Story 08: Asmara di Puncak Gunung

PESAN: Terkadang seorang sahabat itu lebih dekat dengan kita dibandingkan seorang saudara. Tapi apa jadinya jika persahabatan telah melibatkan birahi? Ikuti kisahku di masa pubertas, sebuah kisah nyata. Bagi yang telah membaca kisah-kisahku sebelumnya dan telah mengirim email, aku ucapkan terima kasih banyak. Bagi yang ingin kontak untuk memberi komentar / saran, atau hanya sekedar

A Versus Story 09: Jadi Pramubirahi, Part 1

PESAN: Jumpa lagi dalam rangkaian kisah nyata hidupku yang ke-9. Khusus untuk edisi yang ini, mungkin tidak ada yang berbau erotis. Kisah erotisnya dimulai di kisah 10 berikutnya (sambungan yang ini) ketika aku menjadi gigolo, tapi tidak lengkap kalau tidak diikuti dari kisah 09 ini. Bagaimana dengan kisahku yang sebelumnya? Silahkan baca seri 01-08, thanks! Seperti biasa, yang ingin

A Versus Story 10: Jadi Pramubirahi, Part 2

PESAN: Terima kasih telah membaca kisahku seri 09, kelanjutannya dapat anda temui di sini. Komentar? Saran? Berkenalan? Hubungi: versusierra@gmail.com, thanks! KISAH: Dalam keadaan setengah mabuk ku lihat pak Liong berbisik dengan salah-seorang pelayan. Setelah itu, sang pelayan mengajakku ke belakang. "Ivan, kamu mau dapat uang banyak, kan?! Nah, aku punya tawaran untukmu, tapi

A Versus Story 11: Jadi Pramubirahi, Part 3

PESAN: Wah, saya tak menyangka sambutan dari pembaca MOTN cukup antusias. Terima kasih. Bagi yang ingin berkomentar atau kenalan, silahkan hubungi: versusierra@gmail.com, pasti dibalas! Sekarang ikuti kelanjutan kisah nyataku sebagai gigolo di Jakarta... KISAH: Tak terasa sudah hampir 6 bulan berlalu sejak aku mendapatkan tamu pertamaku. Aku tetap kerja sebagai penyanyi seperti biasa di

A Versus Story 12: Cinta Bersemi di Kampus

PESAN: Tak disangka rangkaian kisah nyata hidupku sejak kecil sampai masuk kuliah ini sudah mencapai 12 seri. Terima kasih atas dukungan banyak pihak melalui email selama ini. Yang belum sempat, silahkan kirim email ke: versusierra@gmail.com, pasti direply. Thanks! KISAH: Meskipun sekolahku sempat terbengkalai (baca kisah sebelumnya), tapi akhirnya aku bisa tamat SMA, bahkan dengan NEM

A Versus Story 13: Badai Pasti Berlalu

PESAN: 12 seri kisah nyata hidupku sampai masa kuliah telah ku tuliskan. Berikut ini adalah pengalamanku setelah aku lulus menjadi sarjana dan takdir membawaku kembali ke Jakarta. Ada komentar atau sekedar ingin kenalan? Silahkan email ke: versusierra@gmail.com, pasti dibalas. Terima kasih. KISAH: Lulus dengan status suma cumlaude atau A+ tentunya membuat orangtuaku sangat bangga

A Versus Story 14: Di Negeri Orang

PESAN: Aku menulis kisah ini pada bulan Mei 2003. Ini adalah bagian paling aktual kisah nyata diriku sampai sampai saat ini aku telah bekerja di Bangkok. Memang bukan yang terakhir, sebab setelah ada pengalaman baru, aku akan melanjutkan lagi kisah hidupku di masa mendatang mulai seri 15 dan seterusnya. Seperti biasa, aku harapkan komentar atau saran pembaca, atau sekedar ingin kenalan pun

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.2

KEPUTUSAN PUN KU AMBILPagi itu, tidak seperti biasanya, Arif justru bangun lebih awal dariku. Mungkin karena semalam aku melamun dan berpikir selama beberapa jam, dan baru bisa terlelap menjelang subuh. Bahkan Arif sudah selesai mandi ketika aku berdiri dari pembaringan.

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.3

SEBULAN PERTAMASebulan sudah aku berada di Jakarta. Sebagai pendatang baru di dunia kucing (pelacur pria -red), aku tidak sepi dari tamu. Uang yang ku simpan sudah lumayan banyak, meskipun aku tetap harus berbagi dengan Arif. Pasalnya, Ariflah yang mencarikan tamu untukku, sebagai manager-lah ibaratnya, aku tinggal layani tamu aja setelah ada orderan. Aku juga tetap tinggal di kosan Arif,

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.4

BAGAI TERSAMBAR PETIRSetelah sekian lama menunggu tanpa adanya tanda-tanda Mas Doni sama sekali, aq coba untuk mencari bapak penjaga rumah itu guna menanyakan di mana tuannya berada. Baru saja aku berdiri dari sofa, tiba-tiba terdengar langkah kaki turun dari tangga.

Malam yang Indah di Bali

Malam itu, Garuda Indonesia GA-418 yang ku tumpangi dari Jakarta ke Denpasar seharusnya dijadwalkan jam 21.20 WIB dan tiba jam 00.05 WITA, ternyata telat 30 menit. Alhasil, sudah hampir jam 00.01 malam ketika aku melangkah keluar dari Terminal Kedatangan Domestik di Bandara Internasional Ngurah Rai. Meskipun tengah malam, tapi airport itu tampai ramai. Maklumlah, waktu itu bertepatan dengan musim

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story