Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

A Versus Story 10: Jadi Pramubirahi, Part 2

by VERSUS


PESAN:

Terima kasih telah membaca kisahku seri 09, kelanjutannya dapat anda temui di sini. Komentar? Saran? Berkenalan? Hubungi: versusierra@gmail.com, thanks!

KISAH:

Dalam keadaan setengah mabuk ku lihat pak Liong berbisik dengan salah-seorang pelayan. Setelah itu, sang pelayan mengajakku ke belakang.

"Ivan, kamu mau dapat uang banyak, kan?! Nah, aku punya tawaran untukmu, tapi nanti aku dapat komisi 20% ya?!", ujar pelayan itu dengan nada membujuk.

"Begini, om Liong suka sama kamu", aku sempat terperanjat mendengar ucapannya, tapi aku berusaha menyembunyikan keterkejutanku. "Jika kamu mau, om Liong ngajak kamu ngamar di President Hotel, ngak begitu jauh dari sini. Tenang aja, bayaran gede!"

Aku sempat melamun sebentar. Well, aku memang bukan remaja polos yang belum mengenal seks. Tapi... menjadi pelacur? Aku tak sangka kalau permainan nasib bisa membawaku sejauh ini. Ya, tidak, ya, tidak... ya! Mengapa tidak? Toh tak ada yang mengenalku. Lagipula aku memang butuh uang untuk terus sekolah. Mungkin pertimbangan itu ku ambil di bawah pengaruh alkohol, sehingga aku tidak berpikir panjang lagi. Sudah basah, mandi aja sekalian!

Lampu di meja kamar hotel President itu menyala redup, sekedar hiasan. Dari balik jendela bisa ku lihat Bundaran HI yang mulai lengang, sebab jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Aku duduk sejenak menikmati segelas champagne sambil menunggu om Liong keluar dari kamar mandi. Tak berapa lama kemudian, lelaki berperawakan tinggi besar itu keluar hanya mengenakan lilitan handuk di pinggangnya.

"Kamu bersih-bersih dulu ya...", ujarnya sambil menyerahkan selembar handuk baru. Aku segera gantian ke kamar mandi. Kepalaku agak berputar-putar juga oleh banyaknya minuman keras yang ku teguk malam itu. Aku sempat menggosok gigi untuk mengurangi bau alkohol dari mulutku. Ketika aku keluar dari kamar mandi, om Liong sudah berbaring di ranjang.

"Sini... jangan malu-malu", ajaknya. Aku gugup juga. Memang jam terbangku sudah cukup banyak dengan beberapa temanku, tapi baru sekarang aku melakukannya dengan orang yang sudah berumur, bahkan lebih cocok jadi teman ayahku. Ku telan ludah dalam-dalam, dan mendekati om Liong. Dadaku yang bidang segera menarik perhatiannya. Di baringkannya aku di sampingnya, lalu mengelus-elus lembut dadaku. Setelah itu tanpa permisi ia mulai menjilati putingku. Lidahnya lincah sekali, membuat aku cepat bereaksi. Perlahan bibirnya merayap ke atas, menuju ke leher dan daguku. Kali ini rangsangannya nikmat sekali, hingga tanganku meremas-remas sprey ranjang. Ia kemudian menyerbu bibirku yang seksi dengan belahan di tengahnya, dan mengebor rongga mulutku dengan lidahnya yang nakal.

Setelah kedua telingaku dijilat-jilat seperti lidah anjing, om Liong mulai nyosor ke bawah. Lilitan handuk dipinggangku dibukanya perlahan dengan giginya. "Adik kecil"-ku segera ngaceng mendapat sensasi seperti itu. Namun om Liong belum mau menyentuhnya. Diambilnya segelas champagne lalu menuangkan isinya ke atas kontolku. Aku menggeliat sedikit sebab rasanya dingin sekali. Barulah kemudian dia menyerbu batang lentur yang telah basah itu dengan sebuah serangan mendadak. Champagne yang terbuang disedot dan dijilatnya hingga kering. Nikmatnya bukan main!

Belum selesai sampai di situ, om Liong mengangkat pinggulku lalu mengganjal dengan bantal dari bawah. Pahaku dibukanya lebar-lebar sehingga terlihat belahan di bawah kantong zakarku. Om Liong menuangkan lagi champagne, kali ini terasa lebih dingin sebab daerah sekitar situ tentunya sangat sensitif. Ia mengejar tetesan champagne dengan mulutnya, sampai ke lubang anusku. Lidahnya bermain-main sejenak di sana hingga kedua kakiku bergetar menahan geli bercampur nikmat. Dibobolnya lubang itu dengan ujung lidahnya.

"Aaaahhh, om.... enak sekaleeeeee!", rintihku, membuatnya bertambah nafsu menyerang. Tiba-tiba dia kelihatan memajukan selangkangannya ke arah anusku. Meskipun agak mabuk, tapi aku tahu apa tujuannya. Segera ku turunkan pinggulku dari atas bantal, hingga om Liong memandang heran kepadaku.

"Maaf om, jangan sekarang. Aku belum bisa", ucapku lembut supaya dia tidak tersinggung. "Kalau om mau, saya aja yang bikin sama om."

Tampak senyum di wajahnya. Rupanya dia setuju juga. Segera kami berganti posisi. Om Liong menaikkan sendiri pinggulnya ke atas bantal. Lalu aku menggosokkan cream yang sudah disediakannya ke sekujur kontolku. (Maaf, ketika itu pemakaian kondom belum begitu populer sebab ketakutan akan bahaya HIV/Aids belum seperti sekarang ini.) Dengan satu gerakan kecil, ku masukkan ujung kontolku ke anusnya. Om Liong sepertinya ahak kesakitan, dia memberi kode agar aku menarik dulu kontolku. Setelah itu tangannya mulai membimbing kontolku ke arah anusnya lagi, kali ini lebih perlahan. Ku sodok sedikit, tarik lagi, sodok lebih dalam lagi, tarik lagi, dan seterusnya, hingga burungku benar-benar bersarang di sarang yang gelap itu.

Bagai joki memacu kuda, ku percepat gerakanku mengentot pantat om Liong yang liat itu. Nafasnya memburu, dan matanya terpejam menahan kenikmatan. Dengan gerakan cepat ia mengocok-ngocok kontolnya sendiri. Ketika gerakannya semakin cepat lagi, aku tahu ia akan segera mencapai puncak. Ku pacu lebih kuat pinggulku ketika ku lihat peju muncrat dari kontol om Liong, sampai ke dadanya. Dan hanya selang beberapa detik kemudian, aku juga memuntahkan lahar putih panas di dalam liangnya. Om Liong tersenyum puas. Ku biarkan dulu sejenak kontolku dalam anusnya, baru ku copot perlahan. Aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah itu gantian dengan om Liong.

"Wah, ternyata kamu hebat juga. Nggak salah si Wahyu memilih kamu.", komentarnya. Baru ku tahu ternyata sejak awal mas Wahyu sudah merencanakan hal seperti ini. Jadi, penyanyi itu hanya kedok rupanya. Aku baru sadar bahwa aku telah dijual sebagai pemuas nafsu lelaki hidung belang. Oh, gimana perasaan ayahku jika tahu aku jadi seperti ini? Tapi sudahlah... nasi sudah menjadi bubur. Aku jalani aja kehidupanku apa adanya.

Om Liong mengatakan bahwa dia harus pergi dan aku boleh nginap di kamar itu sampai pagi. Semua hal yang berkaitan dengan pembayaran kamar sudah diselesaikannya. Bahkan aku boleh mengkonsumsi semua isi minibar di kamar itu. Sebelum pergi, ia mencium pipiku, lalu meninggalkan segepok uang di atas meja. Setelah ia menghilang di balik pintu, aku menghitung uang yang ditinggalkannya. Rp.1juta dalam pecahan 10ribuan (waktu itu jumlah demikian cukup besar, sebab 1 Dollar AS baru sekitar Rp.1.800). Oh, tercapai juga keinginanku untuk sekolah lagi.

Di samping membeli keperluanku sendiri, aku juga membagi uang kepada mas Amin dan isterinya yang selama ini telah menampungku. Aku mengajak mereka untuk sewa kamar kost di sekitar Bungur situ juga. Mas Amin mengatakan bahwa aku mujur sekali, sebab seumur hidupnya belum pernah ia pegang uang sebanyak itu. Padahal dia tidak tahu siapa aku sebenarnya. Meskipun begitu, aku benar-benar bangga, setidaknya ini pertama kalinya aku mendapatkan uang dari hasil "keringat" sendiri (dalam arti sebenarnya). Hal itu lebih berharga dari jutaan uang yang diberikan ayah kepadaku setiap bulan. Padahal seharusnya aku malu sebab itu uang hasil melacur... tapi bodoh amat! Yang penting kata-kata ayahku bahwa aku belum isa mencari uang sendiri sudah bisa ku bantah.

Aku tetap menjalani kehidupan sebagai penyanyi di club malam itu, dan sekali-sekali mendapat orderan untuk melayani tamu yang rata-rata pengusaha dari luar. Dengan bantuan seorang guru yang dikenal mas Amin karena tinggal bertetangga dengan tempat kost, aku akhirnya bisa bersekolah lagi. Mau tak mau aku harus membuka nama asliku, tapi bukan data keluargaku. Aku tidak punya surat pindah atau buku rapor, jadi harus "nembak" dengan sejumlah uang. Jadi, siang hari aku jadi siswa, malam hari jadi penyanyi club dan gigolo.

Lepas dari hala-haramnya profesiku saat ini, yang penting aku sudah bisa mandiri seperti layaknya orang-orang lain yang mengadu nasib di ibukota nan kejam ini. Aku cukup puas dengan keadaanku, kecuali ada satu hal yang selalu membuat aku melamun, yakni aku merindukan ibuku. Beliau tentunya mengkuatirkan keadaanku yang sudah tanpa berita selama berbulan-bulan. Oh, semoga saja tidak terjadi sesuatu terhadapnya. Suatu hari aku memberanikan diri interlokal ke rumah. Di seberang terdengar suara ibuku. Aku terharu dan menangis, tak sanggup aku berkata apa-apa, lalu ku tutup teleponnya. Aku merasa diriku sudah terlalu kotor dan menjijikkan... aku tak pantas lagi menjadi anak ibu. "Oh ibu... maafkan aku!"

BERSAMBUNG

###

21 Gay Erotic Stories from VERSUS

! A Abdichandra SH

PESAN: Kisah ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan lokasi, maka itu hanya kebetulan semata dan di luar kesengajaan penulis. Selain beberapa karya fiksi, penulis juga telah memuat di MOTN rangkaian kisah nyata pengalaman pribadi penulis dalam seri "A VERSUS Story". Bagi yang ingin memberi komentar atau sekedar kenalan, silahkan kirim email ke: asmaraku@sctvnews.com

01 Jun 2003

PESAN: Kisah ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan lokasi, maka itu hanya kebetulan semata dan di luar kesengajaan penulis. Selain beberapa karya fiksi, penulis juga telah memuat di MOTN rangkaian kisah nyata pengalaman pribadi penulis dalam seri "A VERSUS Story". Bagi yang ingin memberi komentar atau sekedar kenalan, silahkan kirim email ke: asmaraku@sctvnews.com

A Versus Story 01: Layu Sebelum Berkembang, Part 1

PESAN: Hai there, ini adalah kisah ke-3 yang ku tulis di MOTN. Namun kisah yang satu ini seharusnya menjadi yang pertama karena ini adalah pengalamanku yang paling awal. Bagi yang telah mengirim email tanggapan atas kisahku sebelumnya, mohon maaf karena email address lama tidak aktif lagi. Jika ingin mengirim komentar, saran atau sekedar kenalan silahkan layangkan ke versusierra@gmail.com

A Versus Story 02: Layu Sebelum Berkembang, Part 2

PESAN: Hai there, ini adalah kisah ke-4 yang ku tulis di MOTN. Ini adalah kelanjutan dari Part 1 kisah yang sama. Jika anda belum membacanya, silahkan dibaca dulu sebelum melanjutkan ke Part 2 ini. Terima kasih bagi yang telah mengirim email tanggapan atas kisahku sebelumnya. Seperti biasa, jika ingin mengirim komentar, saran atau sekedar kenalan silahkan layangkan ke versusierra@gmail.com

A Versus Story 03: Pengalaman di SMP, Part 1

PESAN: Hai... nama saya Versus, orang Jawa tapi keturunan Prancis. Saya akan menghadirkan secara berkala beberapa kisah nyata yang pernah saya alami sendiri. Judulnya selalu "A Versus Story" diikuti dengan judul artikelnya. Bagi yang ingin kenalan atau komentar, silahkan kirim e-mail ke versusierra@gmail.com dan pasti akan dibalas. KISAH: Namaku Versus. Aku adalah seorang gay 100%

A Versus Story 04: Pengalaman di SMP, Part 2

PESAN: Hi, jumpa lagi dengan Versus. Bagi yang belum membaca bagian pertama, baca dulu deh... biar nyambung dengan yang kedua ini. Judul kisahku selalu dimulai dengan "A Versus Story" lalu dilanjutkan dengan judulnya. Yang ingin kenalan, komentar atau kritik, silahkan hubungi aku di versusierra@gmail.com. Selamat membaca! KISAH: Hari terakhir Ebtanas adalah hari yang paling melegakan.

A Versus Story 05: Gita Cinta dari SMA, Part 1

PESAN: Halo, jumpa lagi dengan Versus. Kali ini aku lanjutkan kisah nyataku dengan pengalaman ketika memasuki SMA. Jangan lupa baca kisah-kisahku terdahulu. Bagi yang ingin sumbang saran, kritik, komentar, atau ingin kenalan, kirim aja email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), pasti semuanya dibalas, thanks! KISAH: Hari pertama di SMA adalah saat yang sangat indah bagiku,

A Versus Story 06: Gita Cinta dari SMA, Part 2

PESAN: Gimana kisahku dengan Raka? Lumayan seru? Ini adalah kelanjutannya, di mana Raka akhirnya bisa bersikap aktif. Pokoknya, baca terus kisah-kisah nyata tentang diriku yang aku muat di MOTN. Bagi yang telah memberi saran, kritik dan komentar, atau yang ajak kenalan, terima kasih ya... Aku akan berusaha membalas semua email yang masuk. Bagi yang belum, silahkan kirim email ke:

A Versus Story 07: Gita Cinta dari SMA, Part 3

PESAN: Wah ternyata rangkaian kisah hidupku banyak diminati. Terima kasih kepada semua yang telah mengirim email, baik itu berisi saran atau sekedar komentar. Yang ingin kenalan, silahkan email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), pasti dibalas! Aku juga bersedia menerima Konsultasi Psikologi bagi anda yang punya masalah. Tanpa biaya dan kerahasiaan terjamin. Nah, sekarang silahkan

A Versus Story 08: Asmara di Puncak Gunung

PESAN: Terkadang seorang sahabat itu lebih dekat dengan kita dibandingkan seorang saudara. Tapi apa jadinya jika persahabatan telah melibatkan birahi? Ikuti kisahku di masa pubertas, sebuah kisah nyata. Bagi yang telah membaca kisah-kisahku sebelumnya dan telah mengirim email, aku ucapkan terima kasih banyak. Bagi yang ingin kontak untuk memberi komentar / saran, atau hanya sekedar

A Versus Story 09: Jadi Pramubirahi, Part 1

PESAN: Jumpa lagi dalam rangkaian kisah nyata hidupku yang ke-9. Khusus untuk edisi yang ini, mungkin tidak ada yang berbau erotis. Kisah erotisnya dimulai di kisah 10 berikutnya (sambungan yang ini) ketika aku menjadi gigolo, tapi tidak lengkap kalau tidak diikuti dari kisah 09 ini. Bagaimana dengan kisahku yang sebelumnya? Silahkan baca seri 01-08, thanks! Seperti biasa, yang ingin

A Versus Story 10: Jadi Pramubirahi, Part 2

PESAN: Terima kasih telah membaca kisahku seri 09, kelanjutannya dapat anda temui di sini. Komentar? Saran? Berkenalan? Hubungi: versusierra@gmail.com, thanks! KISAH: Dalam keadaan setengah mabuk ku lihat pak Liong berbisik dengan salah-seorang pelayan. Setelah itu, sang pelayan mengajakku ke belakang. "Ivan, kamu mau dapat uang banyak, kan?! Nah, aku punya tawaran untukmu, tapi

A Versus Story 11: Jadi Pramubirahi, Part 3

PESAN: Wah, saya tak menyangka sambutan dari pembaca MOTN cukup antusias. Terima kasih. Bagi yang ingin berkomentar atau kenalan, silahkan hubungi: versusierra@gmail.com, pasti dibalas! Sekarang ikuti kelanjutan kisah nyataku sebagai gigolo di Jakarta... KISAH: Tak terasa sudah hampir 6 bulan berlalu sejak aku mendapatkan tamu pertamaku. Aku tetap kerja sebagai penyanyi seperti biasa di

A Versus Story 12: Cinta Bersemi di Kampus

PESAN: Tak disangka rangkaian kisah nyata hidupku sejak kecil sampai masuk kuliah ini sudah mencapai 12 seri. Terima kasih atas dukungan banyak pihak melalui email selama ini. Yang belum sempat, silahkan kirim email ke: versusierra@gmail.com, pasti direply. Thanks! KISAH: Meskipun sekolahku sempat terbengkalai (baca kisah sebelumnya), tapi akhirnya aku bisa tamat SMA, bahkan dengan NEM

A Versus Story 13: Badai Pasti Berlalu

PESAN: 12 seri kisah nyata hidupku sampai masa kuliah telah ku tuliskan. Berikut ini adalah pengalamanku setelah aku lulus menjadi sarjana dan takdir membawaku kembali ke Jakarta. Ada komentar atau sekedar ingin kenalan? Silahkan email ke: versusierra@gmail.com, pasti dibalas. Terima kasih. KISAH: Lulus dengan status suma cumlaude atau A+ tentunya membuat orangtuaku sangat bangga

A Versus Story 14: Di Negeri Orang

PESAN: Aku menulis kisah ini pada bulan Mei 2003. Ini adalah bagian paling aktual kisah nyata diriku sampai sampai saat ini aku telah bekerja di Bangkok. Memang bukan yang terakhir, sebab setelah ada pengalaman baru, aku akan melanjutkan lagi kisah hidupku di masa mendatang mulai seri 15 dan seterusnya. Seperti biasa, aku harapkan komentar atau saran pembaca, atau sekedar ingin kenalan pun

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.2

KEPUTUSAN PUN KU AMBILPagi itu, tidak seperti biasanya, Arif justru bangun lebih awal dariku. Mungkin karena semalam aku melamun dan berpikir selama beberapa jam, dan baru bisa terlelap menjelang subuh. Bahkan Arif sudah selesai mandi ketika aku berdiri dari pembaringan.

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.3

SEBULAN PERTAMASebulan sudah aku berada di Jakarta. Sebagai pendatang baru di dunia kucing (pelacur pria -red), aku tidak sepi dari tamu. Uang yang ku simpan sudah lumayan banyak, meskipun aku tetap harus berbagi dengan Arif. Pasalnya, Ariflah yang mencarikan tamu untukku, sebagai manager-lah ibaratnya, aku tinggal layani tamu aja setelah ada orderan. Aku juga tetap tinggal di kosan Arif,

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.4

BAGAI TERSAMBAR PETIRSetelah sekian lama menunggu tanpa adanya tanda-tanda Mas Doni sama sekali, aq coba untuk mencari bapak penjaga rumah itu guna menanyakan di mana tuannya berada. Baru saja aku berdiri dari sofa, tiba-tiba terdengar langkah kaki turun dari tangga.

Malam yang Indah di Bali

Malam itu, Garuda Indonesia GA-418 yang ku tumpangi dari Jakarta ke Denpasar seharusnya dijadwalkan jam 21.20 WIB dan tiba jam 00.05 WITA, ternyata telat 30 menit. Alhasil, sudah hampir jam 00.01 malam ketika aku melangkah keluar dari Terminal Kedatangan Domestik di Bandara Internasional Ngurah Rai. Meskipun tengah malam, tapi airport itu tampai ramai. Maklumlah, waktu itu bertepatan dengan musim

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story