Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

A Versus Story 11: Jadi Pramubirahi, Part 3

by VERSUS


PESAN:

Wah, saya tak menyangka sambutan dari pembaca MOTN cukup antusias. Terima kasih. Bagi yang ingin berkomentar atau kenalan, silahkan hubungi: versusierra@gmail.com, pasti dibalas! Sekarang ikuti kelanjutan kisah nyataku sebagai gigolo di Jakarta...

KISAH:

Tak terasa sudah hampir 6 bulan berlalu sejak aku mendapatkan tamu pertamaku. Aku tetap kerja sebagai penyanyi seperti biasa di club setiap malam, sedangkan siangnya aku ke sekolah sebagai siswa. Memang kadang-kadang aku suka ngantuk di kelas, sebab pulang kerja sudah jam 2 subuh, bahkan kalau ada tamu yang booking bisa pulang pagi. Tapi itu sudah resiko profesiku. Untunglah sekolahku siang hari jam 12, jadi aku masih bisa istirahat 1-2 jam.

Di club aku suka memakai kostum yang dominan hitam, menjadi ciri khasku. Itulah sebabnya orang-orang menjuluki aku "The Black Rose". Mungkin mereka melihat persamaan ciri-ciri, indah bentuknya dan harum, tapi hati-hati bila dipegang sebab penuh duri. Bagiku saat itu Versus telah mati, yang ada hanya Ivan, sisi hidupku yang lain. Dalam seminggu sudah paling sial jika aku hanya dapat tamu 3 orang. Justru pendapatanku sebagai gigolo jauh lebih besar daripada menyanyi, tapi aku harus tetap kerja di club itu, sebab di sanalah aku mendapat objekan.

Berbagai macam tipe tamu sudah ku hadapi. Ada yang biasa-biasa saja, ada yang suka menyiksa atau sebaliknya di siksa, ada yang fantasinya terlalu besar sehingga bertingkah seperti di film-film kerajaan. Namun suatu hal yang paling ku anggap mujur, meskipun begitu banyaknya tamu langgananku, tapi sampai saat ini aku tidak terkena penyakit menular atau Aids. Ada temanku yang nasibnya kurang beruntung. Dia dibawa orang ke Hong Kong, lalu suatu saat ia mengirm kabar bahwa dia tidak ingin pulang ke Indonesia lagi karena sudah HIV positif. Kasihan juga sih.

Suatu saat aku bertemu tamu yang bernama om Robin, seorang Cina Singapura. Dia punya banyak bisnis di Indonesia. Saat pertama kali om Robin melihat aku menyanyi di club, ia langsung tertarik kepadaku. Malam minggu aku dibawa om Robin ke Puncak, diantar oleh sopir pribadinya. Selama perjalanan, om Robin banyak bercerita. Vila yang kami tuju itu memang miliknya. Hanya saja memakai nama isterinya yang orang Sunda, sebab dia orang asing. Demikian pula seluruh perusahannya di Indonesia. Sepertinya mereka hanya kawin kotrak. Om Robin orang asing, kaya dan gay. Isterinya janda beranak satu dan tinggal di Bandung. Dengan menggunakan nama isterinya, urusan perusahannya jadi lancar dan tidak bayar pajak investasi asing. Di lain pihak, tentunya sang isteri menikmati kekayaan sebagai keuntungannya, tanpa perlu repot-repot melayani suami yang gay.

Kami tiba di vila om Robin tengah malam. Om Robin langsung mengajak aku ke kamarnya. Aku melayani on Robin seperti halnya tamu lainnya, mulai dari oral sex sampai ke sodomi. Tapi akulah yang menyodomi, bukan sebaliknya, sebab aku memang tidak mau disodomi tamu dan hal itu sudah kusebutkan sebelum booking. Om Robin mengajak aku bermesraan di kamar mandi sambil berendam. Setelah selesai, kami mandi lalu tidur berdua di kamarnya, aku langsung terlelap.

"Bangun! Apa-apaan ini!", terdengar teriakan seorang wanita mengagetkan tidurku. Mataku sempat silau oleh terpaan sinar mentari yang masuk dari ventilasi. Di depan mataku sedang berdiri seorang wanita setengah baya dengan tatapan tajam sambil ngacak pinggang. Om Robin yang juga turut terbangun baru saja hendak berkata sesuatu kepada wanita itu, tapi...

"Shut up! Pake dulu baju kamu!", bentak wanita itu kepadanya. Baru aku sadar bahwa saat itu aku juga tanpa sehelai benang pun. Ku tarik selimut menutupi tubuhku, tapi ditahan oleh wanita itu. Dia lalu membelakakkan mata ke sekujur tubuhku, membuat aku merasa risih. Setelah berpakaian rapi, aku diminta datang ke ruang keluarga. Di sana, tante Elvi, demikian nama wanita itu yang ternyata adalah isteri om Robin dari Bandung, telah menungguku.

"Hei, kamu pelacur homo dari mana? Siapa namamu?" tanyanya agak kasar. Aku menjelaskan semuanya kepada tante Elvi, tentunya dengan sedikit kebohongan di sana sini untuk sedikit membela om Robin. Setelah lama bercakap, memang sikap tante Elvi jadi lebih lunak. Aku jadi terperanjat mendengar cara penyelesaian masalah yang tante Elvi tawarkan. Sebenarnya dia akan mengadukanku ke polisi sebab telah berbuat mesum dengan suaminya, tapi dia akan mengurungkan rencananya jika aku mau bersedia meladeninya juga. Oh my goodness! What can I do? Aku berkilah bahwa aku ngak bisa terangsang dengan wanita, tapi dia bilang ada obat yang bisa ku minum sebelum melayaninya sehingga burungku bisa berdiri. Saat itu aku ketakutan sekali. Polisi? Jika hal itu terjadi, aku bisa-bisa masuk koran, lalu hal itu akan diketahui oleh keluargaku! Mau ditaruh di mana mukaku ini? Tidak! Seberat apapun aku harus memenuhi permintaannya, sebab hanya itulah cara satu-satunya aku terbebas dari ancamannya.

Sejak itu aku jadi pemuas nafsu sepasang suami-isteri. Terkadang sendiri-sendiri, terkadang pula main bertiga sekalian di atas ranjang. Lebih sial lagi, aku dipaksa harus tinggal di vila itu, tentu setelah aku mengambil barang-barangku di tempat kost, diawasi langsung oleh tante Elvi. Kepada mas Amin (baca kisah sebelumnya) aku disuruh bilang bahwa tante Elvi adalah bibiku yang sudah berhasil menemukanku. Memang mas Amin sempat heran juga sebab semuanya begitu tiba-tiba, tapi aku sempat meninggalkan uang yang cukup banyak untuk bayar kost mas Amin dan isterinya serta keperluan mereka sehari-hari. Dan itu adalah bagian dari perjanjian antara aku dengan tante Elvi supaya aku mau pindah ke vila. Itulah terakhir kalinya aku bertemu dengan mas Amin dan isterinya, walau uang yang ku tinggalkan cukup untuk biaya mereka selama berbulan-bulan. Otomatis aku tidak bisa lagi nyanyi di club, dan sekolahku yang sudah berjalan baik selama 1 semester harus terhenti juga.

Hidupku di vila memang cukup nyaman, meski sebenarnya vila itu kalah besar dengan rumah orangtuaku. Tante Elvi tidak kalah uniknya dengan suaminya. Jika sedang melayani nafsu bejatnya, aku sering ditunggangi seperti kuda lalu pantatku di pukul-pukul. Mengenaskan juga nasibku, tapi sebagai imbalan aku diberi banyak fasilitas. Bahkan ada mobil dan sopir pribadi yang khusus mengantarku ke mana-mana. Di samping itu ada juga credit card platinum yang bisa ku belanjakan sesukaku. Hanya saja sopir pribadi itu bertugas merangkap pengawal. Aku boleh ke mana saja, termasuk di Jakarta, tapi dia tetap harus berada dekat di sampingku. Dan aku dilarang berkunjung ke club atau ke bekas tempat kostku di Bungur.

Hampir 2 bulan berlalu, aku mulai muak dengan keadaan di situ. Aku selalu mencari cara untuk lolos, tapi tidak pernah berhasil. Sopir merangkap pengawal pribadi itu terlalu lihai. Sampai suatu saat aku berhasil menyusun strategi. Ketika berbelanja ke salah satu butik langgananku di Ratu Plaza, aku sempat meninggalkan sepucuk surat secara diam-diam kepada pelayan di situ yang sudah mengenalku. Kebetulan itu adalah juga butik langganan Doni, teman penyanyiku di club lain. Surat itu ditujukan untuknya. Aku minta kepada Doni untuk mengatur sebuah sandiwara. Dan ternyata berhasil!

Suatu sore seperti yang sudah diatur, aku dan tante Elvi sedang duduk minum teh menikmati pemandangan di depan vila. Doni datang dengan taxi sesuai rencanaku, dengan gaya yang dibuat serius. Ah, anak ini emang pantasnya jadi aktor film, pikirku. Dia memperkenalkan diri kepada tante Elvi sebagai karyawan di club tempat aku kerja. Katanya mereka menerima kabar dari Palu bahwa kakekku sakit keras dan sedang sekarat. Aku memang jauh-jauh hari sudah berbohong kepada tante Elvi bahwa asalku dari kota Palu, dan sejak kecil aku dipelihara oleh kakekku, orang yang paling aku sayangi dalam hidupku. Demi mendukung drama itu, aku langsung menangis tersedu-sedu di depan tante Elvi. Ia merasa iba juga melihatku. Sepertinya bisa berhasil nih, pikirku. Dan memang, rupanya tante Elvi sangat tersentuh juga.

"Tante, aku mohon, tante boleh jadikan aku budak tante seumur hidup sekalipun, tapi ijinkan aku menemui kakekku. Aku akan menyesal sampai kapanpun jika kakek menutup mata tanpa aku di sisinya. Selama ini aku sudah menunjukkan kesetiaan kepada tante. Setelah urusan semua selesai, aku akan balik ke tante lagi, percayalah!", aku memohon kepadanya sambil terus menangis pilu. Sandiwara itu berlangsung begitu sempurna dan spontan, sehingga tante Elvi bisa terkecoh juga. Akhirnya dia mengijinkanku pergi, tapi tetap saja ada syaratnya. Aku harus pergi bersama sang pengawal sampai ke Palu dengan pesawat terbang, setelah itu kembali lagi ke Jakarta barengan. Jika aku menolak balik, pengawal itu disuruh untuk membeberkan rahasiaku kepada keluargaku. Pintar juga! Tapi aku lebih pintar lagi. Palu bukan kota tempat keluargaku berada, tapi aku punya banyak teman di sana.

Pada hari keberangkatan, tante Elvi mengantar aku sampai ke airport. Setelah itu ia balik menyetir sendiri, sebab pengawal yang ku maksud adalah sopir pribadi yang selama ini ditugaskan mengawasiku. Perjalan dari Jakarta ke Palu dengan pesawat domestik cukup mendebarkan. Sepanjang jalan aku terus memutar otak agar rencanaku bisa berhasil. Semuanya sudah ku pikirkan dan ku rencanakan matang-matang. Kesalahan sekecil apapun akan membahayakan diriku, sebab aku tahu sang pengawal membawa sepucuk pistol kecil. Begitu tiba di Bandara Mutiara Palu, aku jadi tegang. Inilah kuncinya aku bisa lolos. Aku mengatakan kepada sang pengawal bahwa aku kebelet ingin ke toilet. Aku sudah hafal sebelumnya bahwa toilet pria di bandara ketika itu ada 2 pintu, yakni depan untuk tamu masuk dan sebuah pintu kecil di belakang yang menuju ke ruang crew. Biasanya tertutup tapi tidak dikunci. Aku tahu hal itu sebab aku sering sekali tiba dan berangkat di bandara itu kalau lagi jalan-jalan. Tadinya sempat aku kuatir jika ternyata toilet itu sudah dipugar atau pintu belakangnya dalam keadaan terkunci, mati aku! Seluruh rencanaku yang sudah disusun rapi dari puncak bisa berantakan (dan memang saat kisah ini ditulis, keadaan di sana sudah dipugar).

Ku tutup pintu dari depan, sementara sang pengawal menunggu di luar pintu. Untunglah dia ceroboh tidak memeriksa dulu keadaan di situ. Tapi memang agak aneh sih dilihat orang jika hal itu dia lakukan. Ku buka keran supaya terdengar bunyi berisik air. Aku jalan ke arah belakang, mendekati pintu kecil itu. Jantungku berdebar kencang ketika tanganku memegang handle pintu itu. Ternyata bisa dibuka! Wah, senangnya bukan main! Segera ku tutup lagi lalu berlari ke ruang crew di belakangnya. Aku tidak peduli lagi ketika ada seseorang di sana yang ngomel bahwa itu bukan tempat untuk umum. Aku berlari keluar dan... bebas!!!

Singkat cerita, aku telah berhasil kembali ke kotaku setelah berangkat dari Palu atas pertolongan seorang temanku di sana. Aku terkejut ketika memanggil pembantu di depan rumahku, ternyata yang muncul ayahku! Padahal itu siang hari dan biasanya orangtuaku tidak di rumah. Aku baru saja mau berlari balik karena takut kepada ayahku, tapi di luar dugaanku, beliau segera mendekati dan merangkulku erat-erat. Aku tak kuasa menahan airmataku. Tak ada suara yang keluar dari mulut kami masing-masing.

Sorenya ketika ibuku pulang, suasana haru terjadi lagi. Beliau rupanya sudah sempat sakit-sakitan selama tidak ada kabar dariku. Aku merasa sangat bersalah. Aku berjanji kepada ibuku tidak akan bertindak seperti itu lagi. Kini aku telah kembali ke rumahku. Lembaran kisah yang hitam itu aku kubur dalam-dalam, sambil tetap berharap tak ada orang di sana yang tahu keberadaanku selama ini. Aku sekolah lagi, walau harus mengulang dari awal kelas. Jelas aku pindah sekolah lain, dan secara keseluruhan masa SMA harus ku tempuh dalam 4 tahun. Yang jelas, aku yang dulu pergi dari rumah, tidak sama lagi dengan aku yang kembali!

SELESAI

###

21 Gay Erotic Stories from VERSUS

! A Abdichandra SH

PESAN: Kisah ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan lokasi, maka itu hanya kebetulan semata dan di luar kesengajaan penulis. Selain beberapa karya fiksi, penulis juga telah memuat di MOTN rangkaian kisah nyata pengalaman pribadi penulis dalam seri "A VERSUS Story". Bagi yang ingin memberi komentar atau sekedar kenalan, silahkan kirim email ke: asmaraku@sctvnews.com

01 Jun 2003

PESAN: Kisah ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan lokasi, maka itu hanya kebetulan semata dan di luar kesengajaan penulis. Selain beberapa karya fiksi, penulis juga telah memuat di MOTN rangkaian kisah nyata pengalaman pribadi penulis dalam seri "A VERSUS Story". Bagi yang ingin memberi komentar atau sekedar kenalan, silahkan kirim email ke: asmaraku@sctvnews.com

A Versus Story 01: Layu Sebelum Berkembang, Part 1

PESAN: Hai there, ini adalah kisah ke-3 yang ku tulis di MOTN. Namun kisah yang satu ini seharusnya menjadi yang pertama karena ini adalah pengalamanku yang paling awal. Bagi yang telah mengirim email tanggapan atas kisahku sebelumnya, mohon maaf karena email address lama tidak aktif lagi. Jika ingin mengirim komentar, saran atau sekedar kenalan silahkan layangkan ke versusierra@gmail.com

A Versus Story 02: Layu Sebelum Berkembang, Part 2

PESAN: Hai there, ini adalah kisah ke-4 yang ku tulis di MOTN. Ini adalah kelanjutan dari Part 1 kisah yang sama. Jika anda belum membacanya, silahkan dibaca dulu sebelum melanjutkan ke Part 2 ini. Terima kasih bagi yang telah mengirim email tanggapan atas kisahku sebelumnya. Seperti biasa, jika ingin mengirim komentar, saran atau sekedar kenalan silahkan layangkan ke versusierra@gmail.com

A Versus Story 03: Pengalaman di SMP, Part 1

PESAN: Hai... nama saya Versus, orang Jawa tapi keturunan Prancis. Saya akan menghadirkan secara berkala beberapa kisah nyata yang pernah saya alami sendiri. Judulnya selalu "A Versus Story" diikuti dengan judul artikelnya. Bagi yang ingin kenalan atau komentar, silahkan kirim e-mail ke versusierra@gmail.com dan pasti akan dibalas. KISAH: Namaku Versus. Aku adalah seorang gay 100%

A Versus Story 04: Pengalaman di SMP, Part 2

PESAN: Hi, jumpa lagi dengan Versus. Bagi yang belum membaca bagian pertama, baca dulu deh... biar nyambung dengan yang kedua ini. Judul kisahku selalu dimulai dengan "A Versus Story" lalu dilanjutkan dengan judulnya. Yang ingin kenalan, komentar atau kritik, silahkan hubungi aku di versusierra@gmail.com. Selamat membaca! KISAH: Hari terakhir Ebtanas adalah hari yang paling melegakan.

A Versus Story 05: Gita Cinta dari SMA, Part 1

PESAN: Halo, jumpa lagi dengan Versus. Kali ini aku lanjutkan kisah nyataku dengan pengalaman ketika memasuki SMA. Jangan lupa baca kisah-kisahku terdahulu. Bagi yang ingin sumbang saran, kritik, komentar, atau ingin kenalan, kirim aja email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), pasti semuanya dibalas, thanks! KISAH: Hari pertama di SMA adalah saat yang sangat indah bagiku,

A Versus Story 06: Gita Cinta dari SMA, Part 2

PESAN: Gimana kisahku dengan Raka? Lumayan seru? Ini adalah kelanjutannya, di mana Raka akhirnya bisa bersikap aktif. Pokoknya, baca terus kisah-kisah nyata tentang diriku yang aku muat di MOTN. Bagi yang telah memberi saran, kritik dan komentar, atau yang ajak kenalan, terima kasih ya... Aku akan berusaha membalas semua email yang masuk. Bagi yang belum, silahkan kirim email ke:

A Versus Story 07: Gita Cinta dari SMA, Part 3

PESAN: Wah ternyata rangkaian kisah hidupku banyak diminati. Terima kasih kepada semua yang telah mengirim email, baik itu berisi saran atau sekedar komentar. Yang ingin kenalan, silahkan email ke: versusierra@gmail.com (email yang baru), pasti dibalas! Aku juga bersedia menerima Konsultasi Psikologi bagi anda yang punya masalah. Tanpa biaya dan kerahasiaan terjamin. Nah, sekarang silahkan

A Versus Story 08: Asmara di Puncak Gunung

PESAN: Terkadang seorang sahabat itu lebih dekat dengan kita dibandingkan seorang saudara. Tapi apa jadinya jika persahabatan telah melibatkan birahi? Ikuti kisahku di masa pubertas, sebuah kisah nyata. Bagi yang telah membaca kisah-kisahku sebelumnya dan telah mengirim email, aku ucapkan terima kasih banyak. Bagi yang ingin kontak untuk memberi komentar / saran, atau hanya sekedar

A Versus Story 09: Jadi Pramubirahi, Part 1

PESAN: Jumpa lagi dalam rangkaian kisah nyata hidupku yang ke-9. Khusus untuk edisi yang ini, mungkin tidak ada yang berbau erotis. Kisah erotisnya dimulai di kisah 10 berikutnya (sambungan yang ini) ketika aku menjadi gigolo, tapi tidak lengkap kalau tidak diikuti dari kisah 09 ini. Bagaimana dengan kisahku yang sebelumnya? Silahkan baca seri 01-08, thanks! Seperti biasa, yang ingin

A Versus Story 10: Jadi Pramubirahi, Part 2

PESAN: Terima kasih telah membaca kisahku seri 09, kelanjutannya dapat anda temui di sini. Komentar? Saran? Berkenalan? Hubungi: versusierra@gmail.com, thanks! KISAH: Dalam keadaan setengah mabuk ku lihat pak Liong berbisik dengan salah-seorang pelayan. Setelah itu, sang pelayan mengajakku ke belakang. "Ivan, kamu mau dapat uang banyak, kan?! Nah, aku punya tawaran untukmu, tapi

A Versus Story 11: Jadi Pramubirahi, Part 3

PESAN: Wah, saya tak menyangka sambutan dari pembaca MOTN cukup antusias. Terima kasih. Bagi yang ingin berkomentar atau kenalan, silahkan hubungi: versusierra@gmail.com, pasti dibalas! Sekarang ikuti kelanjutan kisah nyataku sebagai gigolo di Jakarta... KISAH: Tak terasa sudah hampir 6 bulan berlalu sejak aku mendapatkan tamu pertamaku. Aku tetap kerja sebagai penyanyi seperti biasa di

A Versus Story 12: Cinta Bersemi di Kampus

PESAN: Tak disangka rangkaian kisah nyata hidupku sejak kecil sampai masuk kuliah ini sudah mencapai 12 seri. Terima kasih atas dukungan banyak pihak melalui email selama ini. Yang belum sempat, silahkan kirim email ke: versusierra@gmail.com, pasti direply. Thanks! KISAH: Meskipun sekolahku sempat terbengkalai (baca kisah sebelumnya), tapi akhirnya aku bisa tamat SMA, bahkan dengan NEM

A Versus Story 13: Badai Pasti Berlalu

PESAN: 12 seri kisah nyata hidupku sampai masa kuliah telah ku tuliskan. Berikut ini adalah pengalamanku setelah aku lulus menjadi sarjana dan takdir membawaku kembali ke Jakarta. Ada komentar atau sekedar ingin kenalan? Silahkan email ke: versusierra@gmail.com, pasti dibalas. Terima kasih. KISAH: Lulus dengan status suma cumlaude atau A+ tentunya membuat orangtuaku sangat bangga

A Versus Story 14: Di Negeri Orang

PESAN: Aku menulis kisah ini pada bulan Mei 2003. Ini adalah bagian paling aktual kisah nyata diriku sampai sampai saat ini aku telah bekerja di Bangkok. Memang bukan yang terakhir, sebab setelah ada pengalaman baru, aku akan melanjutkan lagi kisah hidupku di masa mendatang mulai seri 15 dan seterusnya. Seperti biasa, aku harapkan komentar atau saran pembaca, atau sekedar ingin kenalan pun

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.2

KEPUTUSAN PUN KU AMBILPagi itu, tidak seperti biasanya, Arif justru bangun lebih awal dariku. Mungkin karena semalam aku melamun dan berpikir selama beberapa jam, dan baru bisa terlelap menjelang subuh. Bahkan Arif sudah selesai mandi ketika aku berdiri dari pembaringan.

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.3

SEBULAN PERTAMASebulan sudah aku berada di Jakarta. Sebagai pendatang baru di dunia kucing (pelacur pria -red), aku tidak sepi dari tamu. Uang yang ku simpan sudah lumayan banyak, meskipun aku tetap harus berbagi dengan Arif. Pasalnya, Ariflah yang mencarikan tamu untukku, sebagai manager-lah ibaratnya, aku tinggal layani tamu aja setelah ada orderan. Aku juga tetap tinggal di kosan Arif,

Maafkan Aku, Marni (Kisah Gigolo dari Desa) Part.4

BAGAI TERSAMBAR PETIRSetelah sekian lama menunggu tanpa adanya tanda-tanda Mas Doni sama sekali, aq coba untuk mencari bapak penjaga rumah itu guna menanyakan di mana tuannya berada. Baru saja aku berdiri dari sofa, tiba-tiba terdengar langkah kaki turun dari tangga.

Malam yang Indah di Bali

Malam itu, Garuda Indonesia GA-418 yang ku tumpangi dari Jakarta ke Denpasar seharusnya dijadwalkan jam 21.20 WIB dan tiba jam 00.05 WITA, ternyata telat 30 menit. Alhasil, sudah hampir jam 00.01 malam ketika aku melangkah keluar dari Terminal Kedatangan Domestik di Bandara Internasional Ngurah Rai. Meskipun tengah malam, tapi airport itu tampai ramai. Maklumlah, waktu itu bertepatan dengan musim

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story