Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

bread & butter

by Safenias@yahoo.com


Pernah suatu kali Iwan Tirta mengatakan kepadaku “relations & sex” ibaratnya seperti bread & butter, tak terpisahkan seperti roti yang harus diolesi mentega. Hmmm….. coba pikirkan ! kata-katanya benar ! Pada pengalamanku, bila seks antara aku dan pasanganku cocok maka hubungan kami menjadi lancar, hal-hal kecil yang bisa menjadi biang keributan akan terselesaikan di atas ranjang. Atau sebaliknya kalau aku sudah mempunyai hubungan yang dekat dengan seseorang, maka seks menjadi perekat diantara kami. Contoh yang pertama, wah ! banyak , misalnya ; Baratha, mantan pacarku cemburuannya setengah mati, membujuknya hanya dengan cara nungging di pinggir ranjang. Mantan pacarku di US perfectionist 100 %, salah taruh asbak bisa membuatnya diam sepanjang hari, tapi kalau aku di ranjang memeluk dan menciumi burung nuri diselangkangannya, dunia yang senyap kembali penuh ceria dan canda tawa. Lain lagi dengan si bego Bagyo, yang sering tiba-tiba marah nggak keruan, kalau sudah begitu, aku naik ranjang telanjang bulat, walaupun sedang pegang parang, pasti Bagyo menyusul naik dan menyetubuhiku ! Yang paling lucu dengan brondong garingku Atoi, selain telaten, ia juga pencemburu, dan kalau jengkel sama orang lain ia akan marah-marah padaku. Cara menundukannya gampang ! menggiringnya ke ranjang dan ……. pura-pura mengerang, mengaduh atau kesakitan saat disodomi ….. maka bereslah semua masalah ! bagiku dunia menjadi damai dengan sex ! Sebaliknya yang tadi, seks sebagai perekat ! Contoh ceritanya begini ; waktu aku berumur sekitar 25 tahun aku punya kenalan, katakan saja namanya Budiman, pengusaha muda, usianya 35 tahun. Aduh ! lelaki itu playboy abis ! pacarnya seabrek-abrek, maklum wajahnya ganteng, duitnya lumayan, pendidikannya waktu itu cukup bagus ! dari pertama kali aku kenal, aku sudah ngiler liat bodynya yang sterek ! tinggi tegap ! kalau dia habis tennis, aku semakin terangsang dengan keringatnya yang bercucuran + bau badannya yang khas bercampur wangi Kouros dari YSL. Wajahnyapun sedap dipandang, apalagi kalau berbicara dengannya siapapun merasa tersanjung, suaranya serak-serak basah, jantan ! Setahun kenalan, lama-lama jadi teman. Tiap punya pacar baru ia selalu laporan, setiap mau bertemu klien ia minta dipilihkan pakaian. Waktu itu bajunya masih kelas Hugo Boss, jadi aku pilihkan Ermegildo Zegna yang lebih keren. Sepatunya juga begitu, aku pilihkan yang lebih sempurna. Minyak wanginya aku racik sendiri, Carolina Herera for men aku campur dengan Obsession dan Aromatique, nakh lho !.......... cilaka……cewek-cewek semakin lengket dan menciumi dia siang malam. Akhirnya ia semakin tergantung padaku, ada sebalnya ada enaknya. Yang enak misalnya kalau aku pas libur pendek dan dia ada urusan perjalanan singkat ke Singapore, Bangkok, Hong Kong, Tokyo atau Manila aku diajaknya. Beda dengannya, aku sudah sering melanglang buana jadi tahu tempat belanja yang berselera, aku belanja sesuka hatiku (dengan uangku sendiri). Sarung-sarung bantal dari Jim Thompson, bahan-bahan kemeja Barongay Tagalog di Tessoro dan sebagainya. Nanti kalau malam, aku masuk kamarnya, aku bentang belanjaanku sambil berkata :”Tukh ganti sarung bantal kursimu di rumah !” atau “Itu jahit nanti di Beauty Tailor untuk kemeja !” Budi yang sibuk, girang saja menerima belanjaanku, sewaktu ia mau menggantikan uangnya dengan halus aku menolak “Ah….aku bisa ada di sini khan karena kamu, biar satu sama-lah, anggap hadiahku !” Dua tahun berteman akhirnya kami bersahabat, kami menjadi teman ngobrol yang menyenangkan, akhirnya kemanapun kami hampir selalu berdua, kecuali saat ia intim dengan pacar-pacarnya. Kadang ia membocorkan rahasia pacar-pacarnya di tempat tidur. Si itu senangnya pentilnya digigiti, si anu selalu mengaduh kesakitan tapi udahannya teriak keenakan. Sehingga kalau dia mau ML dengan si anu, aku selalu bilang “bersakit-sakit dahulu” lantas Budi menyambung “ teriak enak kemudian !” lantas kami tertawa terbahak-bahak. Lewat dua tahun bersahabat, suatu kali aku mengajaknya ikut camping di Chiang Mai. “Mas, di sana ceweknya cakep-cakep ! rugi nggak mau ikut !” bujukku, Budi berpikir sebentar dan memutuskan mengikuti acara perkumpulanku berkemah di Thailand. Chiang Mai Camping Ground Program ini betul-betul meriah ! Acara dibuka oleh Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn, bagiku pangeran ini mukanya unik, meski kelihatan bloon tapi rahangnya seksi. Aku tanpa sadar bilang sama Budi :”Kamu liat itu pangeran rahangnya seperti orang Bali, maskulin, sexy !” sepertinya Budi kaget, ia menoleh lantas katanya :”Tumben kamu komentar begitu ?” Rupanya ia menyimpan pertanyaan besar, malam itu saat kami tidur di tenda bersama 4 orang lain, Budi bertanya padaku :”Apa sebab yang bikin kamu terkesan dengan muka pangeran tadi ?” pertanyaannya membuatku agak kikuk, selama ini ia tidak pernah menyinggung sama sekali aku homo atau bukan. Jadi aku menjawab sediplomatis mungkin :”Namanya aja pangeran, jadi perhatianku lebih dalam, lebih istimewa, kalau dia tukang beca masa bodo !” Tapi pertanyaan Budi selanjutnya membuat aku kepepet, katanya :”Kalau dia pengusaha gimana, kamu perhatiin juga nggak ?” daripada tanggung aku menjawab sesuka hati :”Pengusaha yang lagi camping ? pengusaha muda yang suka ngajak aku jalan-jalan ? dia pangeran kodok !” lantas aku membalikkan badan memunggunginya. Hari ketiga kami camping aku tahu Budi sudah tak dapat menahan syahwatnya, khan dia biasa minimal dua hari sekali berhubungan badan. Malam itu kami sudah masuk tenda, teman-teman lain sudah ngorok, seperti paduan suara, ngorok mereka sahut menyahut. Selimut yang kupakai berdua Budi bergerak-gerak, Budi rupanya onani. Dua tahun bersahabat aku sekalipun belum pernah melihat toolnya, paling banter melihat ia memakai celana renang, tapi aku yakin onderdilnya cukup menjanjikan. Malam gelap, udara dingin…..entah setan gentayangan atau malaikat penunjuk terang yang datang, yang jelas bagiku keberanianku tiba-tiba saja muncul ! Kuanggap saja petunjuk surga…..aku merangkak dalam selimut dan bergerak turun langsung straight to the point menuju selangkangan Budi. Aku tarik pinggulnya dan kujambret batang toolnya, Budi menepis, ia mendorong mukaku menjauh, tangannya kutangkap dan aku slentik dengan jari keras-keras, saat ia lengah tool itu langsung aku masukkan mulutku. Wah ! lumayan gede toolnya, kugenggam rasanya padat, palkonnya cukup besar ! Rinciannya seperti apa wis mbuh ! Gelap ! Tangan Budi memegang kepalaku, kalau tadi ia menjauhkan, sekarang ia pepetkan wajahku ke kemaluannya. Maka terjadilah hubungan sejenis, mungkin juga karena udinpetot ! Udara dingin pengen ngentot ! Slup…slep….slup…slep…sleep…sleep….sleeep..makin cepat.. slep..slep…. slep... slep …..akhirnya… breeeet…… breeeet !! sperma Budi nyembur seperti ledeng bocor dimulutku, langsung kutenggak…. glek..glek..glek ! tanpa bicara aku meletakkan kepalaku di bantal tidur…..ngorok ! Paginya Budi bangun seperti tidak terjadi apa-apa, aku juga biasa saja berlaga bloon. Hanya saat sarapan pagi Budi memandangku sambil geleng-geleng kepala, lantas sambil tersenyum ia menunduk melahap sarapannya. Datanglah malam ke empat, malam terakhir, aku pura-pura sudah tidur, semua penghuni tenda sudah memulai orkes ngorok. Budi mendekat ke punggungku, ia berbisik :”Pangeran minta lagi boleh nggak ? sekaliiiii ini aja !” lantas ia mencubit pinggangku. Tanganku langsung merayap meraih celananya, tool itu masih lembek, Budi menurunkan celananya, aku menarik batang kemaluan dan bijinya keluar, aku merosot ke bawah, mengendap-ngendap sambil membungkuk di kegelapan malam. Batang kemaluan Budi aku remas-remas dan langsung aku klomot, dalam dua detik toolnya langsung standing in the dark ! keras seperti aspal ! kepalaku mengangguk-ngangguk mengelomoti tool Budi, bijinya aku jilati, Budi mengkirik :”Hiiiiiii….!” Mulutnya langsung aku tekap dengan tanganku, Budi ketawa tertahan :”Huusss….ayo terusin !” tangannya menjitak kepalaku. Sekali lagi kumasukkan alat vital Budi ke dalam mulut, aku klomot lagi semakin gencar, lidahku berputar-putar, Budi keenakan dan menggoyangkan pantatnya naik turun…….slep…slep…slep…slep..slep..sruput…slep...slep…slep...sruput tidak perlu lama-lama Budi segera menjebretkan air maninya, aku buru-buru menekan kontolnya semua ke dalam mulut supaya ia merasa lebih nikmat…..”Oooooh….!!!” Budi mendesis sambil menyemburkan lendir putih susu dimulutku….sama seperti kemarin malam, peju itu aku teguk semua, aku masih menyempatkan diri menjilati palkon sampai ke batangnya….bersih ! Budi menarik celana dan menarik selimut, bisiknya :”Top !” Dari Chiang Mai kami pulang via Bangkok, di sana kami menginap 2 malam, Budi bertanya :”Kamu kepingin apa ?” sambil baca koran aku menyahut :”Makan yang paling enak !” memang saat itu aku kepingin banget makan di Jit Pochana. Tapi jawaban Budi membuat aku terkejut, katanya :”Pasti aku kasih nanti malam, aku juga ketagihan, enak sikh !” Malamnya kami ngeseks sepuas hati, kami telanjang bulat untuk pertama kalinya, dalam cahaya romantic aku pandang jelas pedang pusaka Budi yang sudah dua tahun lebih kutunggu-tunggu. Lumayan panjang, lumayan besar, kepalanya sangat aku suka, padat bulat, batangnya penuh urat, bijinya agak over size, pahanya sawo matang……ah sudahlah nggak usah dipandang, langsung aja main. Ku isap kujilat kemaluan pangeranku ini, ia meregang, mengangkat pahanya, bergoyang ke kiri ke kanan, bantal diremas, kepalaku di remas, sprei diremas, bahuku diremas, amboi….indahnya ! ku masukkan hampir semua batangnya ke dalam mulut sambil kuremas-remas bijinya, kuklitiku lubang pantatnya…..”Aaaaagh “ Budi menggeram, tanganku ditepiskan….ooo gitu ya…. tanganku makin nakal mencolek dan memainkan lubang anusnya, Budi meringkik, mengikik dan terengah-engah, ia menutup muka dengan kedua belah tangannya “Aaaaaaahhhhh……” ia mendesis meregang kejang….paha dan kakinya aku lipat, kuselipkan wajahku di antara buah pantatnya, lidahku melata seperti ular mencari-cari lubang anusnya, Budi menjerit :”Hiiiiiiiiii…..nikmaaaaaaaaat……!!!!!!!” kukocok batang tool Budi dan kumasukkan lagi ke mulut, kuklomot, kujilat, kuemut sambil dimainkan pakai lidah……pantat Budi mengejang, perutnya mengeras, matanya mendelik !! matanya terbalik-balik, hilang hitamnya, tinggal putihnya…….”Oooooooohhhh…….!!” nikmatnya mencapai klimax….crooooooott creeeeeeettttt……!!! Pejunya berhamburan menembak dalam mulutku, kumainkan lidahku semakin cepat, Budi hanya sanggup mengerang dan mengerang, tubuhnya terhentak-hentak, sebelah tanganku meraih putingnya dan memlintir-mlintir, Budi berteriak minta tolong :”Udaahhh…..gilaaaa….tolooong !!” Pertunjukan usai dengan terengah-engahnya Budi yang telah mencapai puncak kenikmatan, malam itu kami tidur berpelukan. Babak baru sebuah persahabatan dimulai ! Kami berdua sekedar bersahabat tidak pacaran, sama sekali tidak ! Aku juga tidak pernah mencampuri urusan dengan pacar-pacarnya, yang jelas dalam seminggu ia tidur denganku sekali saja. Oh ya ! semenjak ia kuberi lubang surga, kasih sayang dan perhatiannya bertambah ! Sajennya untukku juga berlipat ganda, menurut pendapatnya berhubungan denganku membawanya pada rezeki berlimpah ! Budi semakin murah hati padaku, apa saja yang kupandang langsung tersedia, apalagi yang kutunjuk dan kuminta langsung diturutinya. Aku anggap investasi yang kutanam selama ini kembali dengan bunga yang sesuai. Ngga matre donk ? khan aku investasi lebih dulu ! dua tahun baru balik modal ! Nakh itu salah satu contoh bread & butter ! hubungan disertai seks membuat ikatan yang lebih sempurna !

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

20 Gay Erotic Stories from Safenias@yahoo.com

24/7/365

Tinggal di Arab merupakan sebuah kenikmatan, berbagai macam barang ada, harganya murah, bahan makanan dan minuman juga lengkap! dan hampir semua orang di sana yang kutemui baik-baik, terlebih para lelakinya selalu menawarkan kemaluannya dengan penuh keramahan.Setiap saat aku mau, selalu dapat kontol, pagi subuh nemu kontol, sarapan pagi….juga kontol ! jam sepuluh ada kontol, siang bolong

6 jam di jogja

Enam Jam Di JogjaIni bukan kisah sejarah perjuangan Pak Harto dalam masa Revolusi, meski judulnya sama tapi ini sejarah tidur dan bergulat dengan seorang Pakistan di atas kasur. Sama-sama seru ! Pak Harto berjuang mengandalkan pestol, cerita yang ini berjuang mengandalkan kontol.Begini ceritanya : Sebuah hotel baru akan diresmikan di daerah Losari, dekat Magelang, gerombolan kami turut di

A Tale From Arabia

A Tale From ArabiaSelama sebulan lebih aku harus bolak-balik Mecca-Medinah, tamu-tamuku bertebaran di kedua kota tersebut. Ada 36 orang di Mecca dan 54 orang di Medinah. Terus terang lebih banyak tamu-tamu menghabiskan waktu di Medinah, karena suasananya lebih damai dan sejuk. Begitu juga orang di sana jauh lebih ramah. Kotanyapun lebih rapih dan menyenangkan.Jarak Mecca -Medinah kutempuh

AKWANG

AKWANG Bulan September 2004 team kami harus mengunjungi tempat pengungsian minoritas Cina, mereka korban Gerakan Aceh Merdeka, letaknya di daerah perindustrian, kota di mana kami tinggal. Kami siap-siap dengan berbagai kebutuhan pendidikan dan obat-obatan. Hari yang ditentukan tiba, kami datang dan disambut ramah panitia pengungsi, kami langsung membagi diri sesuai tugas masing-masing.

arabian night

Sore itu aku baru saja mendarat di Ngurah Rai International Airport, segera check-in di Grand Bali Beach Hotel yang jauh dari hiruk pikuk, terlebih karena setumpuk pekerjaan yang harus kulakukan berada di daerah Renon, dekat dengan Sanur. Belum sempat beristirahat telponku berdering, rekan bisnisku mengajak makan malam di Jimbaran, segera kami meluncur ke sana. Waktu baru saja menunjukkan pukul 7

Bali The Heaven On Earth

Pagi-pagi Tante Ida menelpon dari Jakarta :”Man, anak lelaki sahabat Tante di Denver nanti mendarat jam 11 siang, mau liburan di Bali, maaf ya ! dadakan ! Tante sibuk, lupa kasih tau, nanti sekalian ke kantor, Tante transfer ke rekening BCA kamu buat uang pegangan…...” dan seterusnya…..ia memborong bicara, padahal aku masih ngantuk ! bayangkan aku baru tidur jam 2 dan jam 6 pagi Tante saya

Blitzkrieg !

Blitzkrieg !Halo-halo pencinta cerita homo ! Ini laporan pandangan mata, fresh report dari Dili, “kota sejuta kontol” Sore tadi bersama teman-teman saya pergi ngopi ke Area Branca, atau Pasir Putih, daerah tepi pantai dengan pasir yang warnanya putih. Areanya tidak besar, paling-paling hanya sepanjang 1 km, tapi di sore hari kota Dili tampak cantik dari sana, bukit-bukitnya terlihat biru dan

bread & butter

Pernah suatu kali Iwan Tirta mengatakan kepadaku “relations & sex” ibaratnya seperti bread & butter, tak terpisahkan seperti roti yang harus diolesi mentega. Hmmm….. coba pikirkan ! kata-katanya benar ! Pada pengalamanku, bila seks antara aku dan pasanganku cocok maka hubungan kami menjadi lancar, hal-hal kecil yang bisa menjadi biang keributan akan terselesaikan di atas ranjang. Atau

Dili 2008

Dili 2008Pertama kali aku melihatnya bulan Agustus 2008, di sebuah restoran bagi kalangan menengah di kota Dili, Timor Leste. Aku dan teman-teman sedang makan malam, tidak jauh dari tempat kami duduk rupanya ada perayaan ulang tahun. Sepotong kue taart besar di pasangi lilin digiring ke meja rombongan itu. Suasana penuh senda tawa dan bahagia, tiup lilin dan jepret-jepret mereka berfoto. Yang

Goyang Dombret

Goyang DombretAda sebuah kantor di sebelah ruko aku tinggal. Kalau hari Sabtu, kantor itu setengah hari, setiap Sabtu selewat jam 2 siang selalu kedengaran music dangdut di stel dengan sangat keras dari kantor tersebut, dan baru berhenti Senin pagi saat kantor buka lagi. Bayangkan dari Sabtu siang sampai Senin pagi semua tetangga harus menderita dengan music kampungan yang disetel dengan volume

Jakarta-Bandung-Jakarta

Jakarta-Bandung-JakartaHari Jumat jam 15.15 KA Parahyangan melaju dari Stasiun Gambir menuju Bandung, di atas kereta aku berkenalan dengan seorang pemuda ganteng, alis matanya tebal, bibirnya sexy, kesannya seperti Brad Pitt, tapi Melayu punya. Kami saling memperkenalkan diri, namanya Bagyo, lulusan Universitas Parahyangan, Bandung. Ia sendiri tinggal di Jakarta, tapi karena ada keperluan

Jakarta-Bandung-Jakarta Jilid II

Bagyo menyumpah-nyumpah kegelian “gue udah nggak tahan lagi nikh…..” ia mulai mempercepat goyangannya, maju mundur dengan cepat, gerakannya membuat aku kelabakan, aku mulai mengimbangi dengan menggenggam kontol itu, setengah masuk mulut setengah kujilat sambil kukocok dengan tangan. Bagyo semakin buas, tangannya menjambak rambutku menekannya sekaligus ke selangkangannya “niiiiiiiiikh… rasain

kenangan di masa lalu

Kenangan Di Masa Lalu (I)Hingga aku SMA, aku tinggal bersama orangtuaku di jantung kota Jakarta. Di sebuah rumah lama, peninggalan jaman colonial, rumah itu bagiku sangat besar, luas tanahnya saja 2000 meter. Rumah induk tempat keluarga kami tinggal membuat pembantu ngos-ngosan, karena sehari ia harus menyapu dan mengepel 2 kali. Karena terlalu besar, pavilion di sayap kanan disewakan

kisah cinta nan jauh di rantau

Mungkin aku pacaran sudah lebih dari 19 kali, maksudku pacaran yang serius, bukan sekedar hubungan badan biasa. Kadang menjelang tidur aku membuka-buka buku catatanku dan mengenang pacar-pacarku dulu. Salah satu diantaranya bernama Gandhi, karena ia paling romantic dan paling berbakti. Gandhi adalah salah satu pacar yang paling tidak akan kulupakan.Aku berkenalan dengannya tahun 1996, ketika

Kontol di Museum

Kontol di MuseumKalau kita pergi ke Museum Pusaka Nias, di Gunung Sitoli, kita akan terpesona melihat patung-patung batu berserakan di halaman Museum, di depan, ditengah, di belakang. Rata-rata semua punya gaya yang sama, seorang lelaki dengan kostum traditional berdiri tegap dengan buah dada besar dan alat kelamin berdiri tegak, semua terbuat dari batu.Sudah dua kali aku kesana, hari Sabtu

magnum force jilid I

Magnum ForceDi ujung Jalan Kajeng sedang dibuat Bale Banjar yang baru, tukang-tukangnya sebagian besar dari Jawa. Agak lebih jauh sedikit di teras sawah, tinggal temanku Yoko, seorang perempuan Jepang yang sedang belajar menari di Peliatan. Pondok Yoko bergaya Jepang dikelilingi kolam Lotus…romantis sekali, kalau bulan purnama aku selalu ke sana, mendengarkan music, minum brem atau arak atau

MANDREHE

MandreheMandrehe adalah sebuah desa kecil, di tengah Pulau Nias. Saya menyukai desa tersebut, letaknya tinggi di perbukitan, cuacanya sejuk, dari sebuah tempat di sana kita bisa memandang Pulau Sirombu dan birunya Samudra Hindia yang seolah tak berbatas. Indah !Pertama kali ke sana, saya tercengang melihat tempat saya harus menginap, sebuah kamar di Seminari yang tidak terurus. Perlu 3 jam

Nias Pulau Seribu Kontol Jilid II

Nias - Pulau Seribu Kontol Jilid IIBetul saja, jam 8 lebih sedikit Fasi datang naik sepeda, wajahnya cerah sumringah, ia menyandarkan sepedanya di tiang rumahku. “Bang perutku sakit, habis makan aku langsung ngebut naik sepeda” katanya manja, ia langsung menghempaskan pantatnya ke kursi rotan. Celana pendeknya sudah robek sebelah depan dekat selangkangan, aku perhatikan kakinya panjang dan

singing in the rain

Singing In The RainPerumahan Taman Setiabudi Indah di Medan sedang banyak membangun rumah mewah, bangunan setengah jadi ataupun tahap finishing gentayangan sepanjang jalan. Beberapa bangunan hanya dipagari seng, atau terbuka sama sekali, pemiliknya belum punya cukup dana untuk menyelesaikan rumah tersebut. Di bangunan-bangunan seperti itulah tukang-tukang jualan makanan bergerobak beristirahat

wayan

WayanSebulan sudah aku menetap di daerah Petitenget, Seminyak. Duapuluh tahun lalu tempat ini begitu sepi dan mungkin sebagian besar orang tidak tertarik berkunjung kesini. Tapi Petitenget kini berubah menjadi surga kaum pelancong bule kelas atas. Coba saja lihat Potato Head, W Hotel, Metish, Sardin, Bali Bakery dan semua tempat yang terbilang mahal ada di lokasi ini.Banyak hotel dan

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story