Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

by Lelaki63


Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah."

Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba otot di selangkangnya. Membuka resteleting jeansnya dan memasukkan tangannya ke celana dalamnya. Dia biarkan aksi tangannya di sana. Ketika sang bodygauard yang merangkap sopir itu lengah, mereka sempatkan berciuman.Dengus nafas hangatnya seperti menhipnotis mereka. Mereka seperti tak menyadari sedang dimana, mereka saling membalasnya.Seringkali begitu, mereka seperti sepasang kekasih yang baru saja ketemu dan saling melepas rindu.Mereka lupa dengan 'cctv' Allah yang melihat aksi mereka, apakah mereka bagian dari kaum nabi Luth?

Jakarta di malam hari terasa jadi saksi apa yang Lee ceritakan. Entah kenapa aku merasakan perasaaan aneh mendengar ceritanya. Kejadian itu seperti pemutaran film aja di mataku. Kakiku terasa menggigil kencang. Jantungku berdetak. Sungguh, inilah reaksi atas apa yang diceritakan Lee.Kampungan banget kali ya. Mestinya aku dapat bersikap biasa saja. Aku gelisah. Getar kakiku terasa aneh aja. Kenapa bisa begini?

Kuhela nafas panjang. Tangan kami saling menggenggam. Kubiarkan saja. Sampai akhirnya ..

"jangan ya," kataku menolak pelan ketika wajahnya mendekat. Dia menoleh sedih kearahku. Aku tak mau getar-getar yang kurasakan jadi sesuatu yang berakhir jadi simpati ... jadi sayang ... jadi cinta. Ah ..

Ada sorot mata kecewa di sana. Hanya tangan kami saling genggam, remas dan elus. Kok bisa sih? Matanya berkaca-kaca. "Terima kasih mas..." bisinya pelan. Genggaman tangannya mengencang. Ada rasa kecewa dengan menolak ciumannnya tadi ... tapi, aku merasa harus melakukannya.

Kami saling diam, sampai di depan rumahnya ini. Tas kami masih tergeletak di ruang tamu. Si bodyguard disuruh Lee pulang. Tinggal kami berdua. Apapun bisa terjadi. Dalam hati aku beristighfar, sungguh aku mohon perlindungan-Nya. Bisa saja nafsu syetan merasuki kami berdua.

Bisa saja dengan mudah aku melayani dia. Tapi tidak. Aku ke dapurnya yang rapi mencari sesuatu yang dapat diminum dan di makan, sedang dia di ruang tamu, menyetel tvnya. Kudengar dia memutar film. Jantungku berdetak tak karuan. Aku tahu dia berusaha untuk kembali menggoda aku. Di layar LCD di ruang keluarga itu aku melihat adegan film porno homo. Aku gelisah menyaksikan itu. Kakiku terasa bergetar lagi. Aku terduduk di sampingnya. Kepalaku terasa panas dan mau meledak ...

Hampir jam sebelas malam. Aku belum sholat maghrib dan isya. Astgahfirullah! Kembali kuminum pocarisweat kaleng yang kuambil tadi dari kulkas. Tadi aku sudah mengahangatkan pizza di microwave, dan belum kuangkat lagi. Lee serius banget melihat adegan di depannya. tanpa komentar apa-apa. Dia pasti melihat bagaimana gelisahnya aku.

Tak lama, aku akhirnya bangkit mau mandi, kemudian aku sholat. Aku melaporkan diri. Betapa hina diri ini yang telah menzolimi cinta-Nya. Aku merasa telah berkhianat kepada sayangnya Allah. Entah apa yang Allah akan lakukan dengan lalainya aku ini. Aku menangis lagi. Aku merasakan perlindungan-Nya.

Malam menjelang tidur, kami saling nasehat sambil menikmati pizza. Kami memang akan jadi teman, saudara. Dan berjanji tidak melakukan yang dilarang Tuhan. Sanggupkah ... Mudahkan ya Allah, kami berjalan dijalan lurus-Mu, ya Allah ... Amin.

***

Pagi yang cerah. Untung ac di kamarku sudah mati ketika aku bangun, jadi aku tidak kedinginan seperti semalam. Sempat aku terbangun karena kedinginan semalam, dan berusaha menarik selimut yang menumpuk di kakiku. Sewaktu aku terjaga itulah aku tahu Lee sedang menerima telpon papanya. Pembicaraan yang sedikit kemarahan, bahasa indonesia dan inggris bercampur kudengar tanpa jelas. Karena rasa kantuk yang sangat berat, aku biarkan dia .. Mana mungkin aku ikut campur, walau sesekali namaku disebut ... Ada apa?

Lee masih meringkuk di tempat tidurnya. Ada kelelahan terpancar di wajah gantengnya. Aku bebas menyaksikan keindahan bahu dan dadanya, wajahnya yang kulihat memang ganteng banget.Ada rasa ingin untuk menciumnya, tapi kutahan. Aku tak mungkin menodai pertemanan ini hanya karena soal kecil itu.

Tapi mana mungkin aku bisa menahan diri? Dengan pelan kudekatkan wajahku ke wajahnya. Ada rasa bimbang, dengus nafasnya terasa kencang, dan dadaku juga sudah tidak karuan. Entah berapa detik wajahku tertahan. Sampai akhirnya aku beranikan menempelkan bibirku ke bibirnya. Pelan saja. Takut dia terbangun. Pelan kurasakan hangat bibirnya dan dengus nafasnya. Maksudnya sebentar, kenyataannya ciuman lembutku berbalas! Beberapa detik bibirku sempat dia kulum yang mebuat aku kaget luar biasa.

"Maaf," kataku merasa bersalah. Aku berdiri.

"Gak apa. Aku senang."

Aku menggeleng pelan. Semalam kami sudah janji untuk tidak menodai persahabat ini dengan seks. Kenyataannya, aku memualainya lebih dulu.

Aku keluar kamar. Aku minum air putih menenangkan diri. Setelah itu aku segera sholat subuh.

Lee masih tidur ketika aku melangkah menuju dapur. Sarapan apa yang akan aku buat hari ini? Di lemari es kulihat ada buah kaleng, jus jeruk dan tomat. Hm, mau sarapan apa ya? Di lemari bahan makanan aku menemukan quakeroats, biskuit dan sereal sachet. Lengkap sekali isinya. Ato bikin nasi goreng, batinku ... Kebayang repotnya.

Aku akhirnya memutuskan mengolah qoakeroats. Kurebus campur susu. Dari aromanya enak juga. Kusiapkan dua mangkok. Kutambahkan buah kaleng. Ketika aku menungkan susu ke gelas, Lee masuk hanya mengenakan celana pendeknya. Dia tidak pake celana dalam! Dapat kulihat jelas juntaian batang yang setengah tegang itu di balik celananya.

"Aku mau sarapan dulu boleh ya? Tadi wanginya membuat aku terbangun ... pasti enak." Katanya sambil mengambil mangkok berisi bubur qoakeroats yang sudah aku siapkan.

Kami sarapan bersama. Dia memuji masakanku.

***

Ketika aku mau pamit pulang, Lee kulihat sedang mandi. Pintu kamar mandinya dibiarkan terbuka. Aku bisa lihat jelas tubuhnya di atas bathtub berdiri. Shower Corten dibiarkan terbuka ...Dia memutar tubuhnya ke arahku. Batang yang mengkilat itu membuat mataku seperti tak percaya dengan pemandangan indah itu. Aku yakin dia melihat aku yang memperhatikannya. Mestinya aku bergerak untuk tidak melihat, tapi kenyaannya, ak menikmati pemandangan Lee yang sedang mandi itu.

Tangan kirinya memegang selang shower ke atas sedang tangan kanannya membilas tubuhnya Aksi yang membuat syarafku menegang. Sesekali tangannya yang memegang shower turun dan naik. memperlihatkan ototnya yang mengkilat. Nafasku terasa sesak walau sudah bernafas lewat hidung dan mulut. Aaaacchh....!

Dia seperti menari di mataku. Semua terlihat indah, dari bahunya yang kekar, dadanya yang padat, perutnya yang ramping, pinggangnya, pinggulnya, bokongnya yang sangat padat, pahanya yang kekar ... Matanya kulihat terpejam. Dia seperti menikmati siraman air ke tubuhnya. Haruskah aku terus berdiri di sini? Atau ikut gabung? Atau ...

"Kenapa mas?" tiba-tiba dia bertanya sambil melangkah keluar bathtub. Tak ada perasaan risi. Aku yang jadi gelagapan. Ketahuan melihat dia mandi.

"Aku mau pamit pulang dulu," kataku akhirnya.

Kulihat dia sudah melingkarkan handuk ketubuhnya. Entahlah. Banyak keinginanku yang tertahan. Ada rasa malu, takut, deg-degan ... Kalu saja aku boleh memeluknya dengan kondisi seperti ini ...

Aku melangkah ke ruang tamu. Sedang Lee berpakaian mengenakan celana pendek dan kaos oblong. Disisirnya rambutnya dengan sepuluh jarinya. Hm praktis sekali. Kelihatan macho banget.

"Agak siangan aja, ntar aku antar pulang," bujuk Lee. Ada nada sedih di sana.

Aku menggeleng pelan. Yang jelas aku juga sedih meninggalkan dia. Kerongkonganku seperti ada yang mengganjal. Kok jadi begini sih ...? Pertemuan kami baru dua hari sejak di Ngurahrai dan Cikarang ini semua sangat berkesan. Kebaikan dia, kejujuran dia sama aku membuat aku terkesan sekali. Seringkali begini ...

Sebenarnya aku tidak begitu suka dengan perasaan begini. Sedih, gembira dengan orang yang baru kenal, yang aku suka. Sungguh aku suka banget sama dia. Entah sudah berapa orang yang membuat aku punya perasaan begini. Gampang banget rasanya aku jatuh cinta kepada orang-orang yang ganteng dan keren seprti dia. Ingin rasanya aku menahan perasaan yang begini, cinta terlarang, tapi bagaimana caranya ?

Lee menawarkan mengantar aku sampai ke pool bus. Aku baru menyadari Toyota Camry yang di garasi mobilnya. Sedan abu-abu metalik itu tak lama kemudian meluncur melewati jalanan perumahan yang masih basah kena hujan semalam. Taman di kiri kanan jalan terlihat segar. Jalanan mulus dilewati dengan nyaman.

"Tunggu dulu. Bisnya masih nunggu penumpang kok," katanya menahan aku yang sudah mau turun ketika sudah di pool bus. Sudah ada bus yang menunggu di sana yang jurusan Semanggi.

Tangannya yang dibahuku kuraih. kami bergenggaman tangan lagi. Semua aksi itu sudah bicara. Betapa kami ... Ach, aku tak mau meneruskan itu. Mungkin dia melihat mataku yang berkaca-kaca. Kerongkonganku tercekat. Entah kenapa aku sedih dengan perpisahan ini. Perasaan kematian itu mulai menyerangku. Jantungku berdetak lagi dengan kencang.

"Maaf lahir batin ya Lee. Terima kasih atas semuanya. kalau Allah berkenan, pasti kita diizinkan untuk bertemu," kataku pelan sambil menunduk. Aku tak mau dia tahu kalau aku sedih.

Dia menarik bahuku. Kamu berpelukan. Ada tetes hangat di bahuku. Dia menangis juga. Tangis apa sih ini? Kalau tidak malu dengan pandangan orang yang dari bis, aku sudah membiarkan kami terus berpelukan. Pelukan makin erat. Ada rasa hangat dan nyaman kami rasakan. Kalau saja waktu dapat diperpanjang ...

"Sama-sama mas. Makasih juga. Mas telah memberi banyak untuk aku," bisiknya. Gerimis mulai turun lagi ... Cikarang mendung lagi.

Tak ada kata-kata yang sanggup mengungkapkan suasana begini. Aku buka pintu dan turun pelan. Kembali kami bersalaman. Erat sekali.

"Hati-hati mas," katanya.

Aku paksa tuk tersenyum. Mengangguk. Hanya ada gerak bibirku yang mengatakan terima kasih. Tanpa suara ...

***

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story