Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

by Lelaki63


Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang.

"Dah sampe! Yadi bangun!"

Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah. Wajarlah, ini memang kawasan elit wisatawan kelas atas.

Aku sapu wajahku dengan telapak tanganku. Ada sedikit segar terasa, Mataku mugkin masih merah dan sembab. Kurapikan rambutku dengan jariku.

"Cepetan dong!"

Segera aku ambil ranselku dan kukenakan topi. Aku turun dari mobil. Hembusan udara hangat menerpa tubuhku yang berbalut kaos oblong. Angin lumayan kencang di sini. Sendalku hampir saja copot ketika aku tersandung ketika turun. Perasaanku memang belum sadar banget. Rasanya masih sedikit melayang. Barang-barang yang tadi, sudah ada yang membawakan dari tim kerjanya Andika

"Udah bangun belum sih?"

Aku lihat Putri dan Alika menyambut kami di teras hotel. Dan ada beberapa lagi yang semalam aku lihat juga ada. Hari ini akan ada persiapan pengambilan gambar foto dan shooting untuk film iklan pendek. Pelaksanaan rencana besok yang memakai model. Hari ini rencana akan ada pengambilan gambar, tapi tanpa model.

"Yadi, kamu nggak apa-apa kan?"

Aku menggeleng dan tersenyum. Memang aku sedang 'payah' banget siang ini.

"Kalo mau istirahat, kita punya kamar kok ..."

Aku menggeleng lagi. Nggak enak aja ...

Kulihat sekeliling. Suasana teras hotel ini belum begitu ramai. Di lobby hotel hanya ada beberapa orang yang duduk. Kalau sudah di sini, memang enaknya menikmati alam yang terbentang indah. Aku melangkah masuk ke lobby, dan mengambil duduk dekat ukiran bali di pinggir ruangan. Setelah duduk barulah aku menyadari lingkungan di lobby yang sangat nyaman ini.

Di sana ada seorang cowok dengan anaknya. Keakraban mereka sangat membuat aku iri. Mereka mau berenang. Tak berapa lama aku juga melihat sebuah keluarga muda lainnya, dengan dua anak mereka yang sangat cantik. Entah! Kenapa aku diberi pemandangan begini. Ingin sekali aku untuk seperti mereka. Punya istri, punya anak ... tapi kapan? Mampukah ...?

Kurasakan ada yang memperhatikanku. Mataku langsung menoleh ke kiri, dekat meja resepsionis. Benar! Cowok dengan keren di sana bercelana jeans dan kaos tanpa lengan. Otot lengannya itu lho ...Jarak yang tak begitu jauh, dapat aku lihat senyumnya dan sorot matanya yang tak biasa. Aku mengalihkan pandanganku ke pintu masuk. Sisi hatiku berdialog yang membuat aku terasa mules. Ketika aku melihat cowok yang di resepsionis itu lagi, dia masih melihat ke arahku. Sorot matanya mengundang aku ...

Perutku benar-benar tak bisa diajak kompromi, mulesnya seperti mau lahiran aja....

Akhirnya aku tanya Fitri, kamar panitia yang dapat aku gunakan tuk buang air besar. Huh! Setelah tahu, aku melangkah cepat, kok tiba-tiba mules begini sih... Masih sempat aku melihat ke cowok yang di resepsionis, entahlah ...

"Nggak apa-apa. Masuk aja, " Bobby yang membukakan pintu. Dimatikannya sambungan pembicaraan dengan hpnya. Rupanya dia sudah diberitahu kalo aku mau ke kamar ini.

Dia langsung menyuruhku ke kamar mandi. "Sedang ada yang mandi, tapi tak apa. Sama-sama cowok ini ..."

Aku segera masuk. Setelah mengunci pintu, segera aku membuka tutup kloset dan melorotkan celanaku dan segera duduk. Celanaku di kaki di atas lantai. Huh! Telat sedikit aja, aku bisa-bisa...Yang jelas jorok banget.

Sekilas aku lirik ke ruang mandi shower di sampingku. Ada yang sedang mandi, dan menyabuni tubuhnya. Darahku tersa mengalir kencang ke kepala, dan jantungku berdetak tak karuan. Dengan pelan memompa ke otot di selangkangku. Sebelum semakin mengeras, kudorong dengan jariku masuk diantara dua pahaku. Sengaja aku rapatkan pahaku, jadi batangku yang sedang menegang tidak mendongak.

Dapat kurasakan ujung batangku menyentuh pinggiran kloset, aku makin merapatkan pahaku. Kulirik kembali ruang shower yang berdinidngkan kaca. Dinding kaca sudah berembun karena uap air panas. Bayang figur lelaki yang cukup tinggi di dalam memang tak terlihat jelas. Tapi bagiku cukup buat bernafsu aja ...

Perutku sudah sedikit lega. Tapi aku masih menunggu tuntasnya bab aku. Aku menundukkan tubuhku dan aku bertumpu dengan sikuku di ujung pahaku. Dengan cara begini, batangku juga terasa tidak terlalu tertekan. Kupejamkan mataku ... aku berusaha untuk tidak melihat ke ruang shower.

Gebrak! Pintu kamar mandi seperti ada yang berusaha untuk dibuka. Aku diam saja. "Masa sih nggak tau kalo lagi ada orang?" batinku.

Cowok yang di shower kulihat sedang mematikan keran air. Tubuh telanjang itu membuat aku tak tahu harus ngapain ...Aku memandang ke lantai di depanku...Cowok itu sudah keluar dari ruang shower dan mengambil handuk yang tersampir di pintu ...Gila! Kenapa jadi begini amat sih?

"Hai," sapanya.

Aku tersenyum saja dan tak lama memandang tubuhnya. Aku kembali memandang lantai. Kurasakan dia juga memperhatikanku yang sedang duduk ini. Tadi sekilas aku lihat batangnya yang setengah tegang itu. Lumayan besar dan panjang dengan warna kemerahan. Aku suka bulunya yang dicukur pendek, memperlihatkan keindahan yang ... ah!

"Tubuhmu keren amat!" pijiku.

Dia masih menghanduki tubuhnya. Sesekali tangannya menyentuh batangnya. Memutar tubuhnya membelakangiku dan ... menunduk, menghanduki kakinya. Ya Allah, aku dapat lihat jelas anusnya yang merekah itu ...memerah dan basah mengkilat.

"Kenapa? Suka ya?" katanya ketika melihat aku memperhatikannya. Batangnya sudah menegang, dan berjalan ke arahku. Aroma wangi sabun mandi masih terasa. menyegarkan. Dia mempermainkan batangnya di depan wajahku. Mungkin dia merasakan dengus nafasku di batangnya itu. Jaraknya hanya beberapa mili di bibirku. Aku bisa saja ...

Aku memandang ke atas. melihat ekspresi wajahnya yang seperti memaksa aku untuk menikmati batangnya itu. Dadanya yang bidang, perut atasnya, perut bawahnya dan bagian batangnya. Kembali aku susuri tubuhnya dengan pandangan mataku. Batangku makin menegang di bawah pahaku, seperti mau melompat keluar ...Posisi menunduk begini tak membantu batangku yang tertekan dan ingin mendongak keluar.

Dia benar-benar sudah pasrah di depanku ...

Ach! Teriakku pelan. Kugelengkan kepalaku dengan kencang. Cowok itu masih di depanku dengan handuk melilit di pinggangnya. Lamunanku langsung buyar.

Dia melihat ke arahku.

"Udah lega ya sekarang?" tanyanya ramah.

Dari tadi, sejak dia keluar dari ruang shower aku memang tidak berani memandang ke arah dia. Dia juga tidak berusaha untuk memamerkan tubuh indahnya. Pandangkanku hanya ke lantai dan aku memang hanya melihat kakinya yang kekar itu ...Aku tak lihat punggungnya yang bidang dan kekar itu, atau bokongnya yang indah itu.

"Iya nih." hanya itu yang kuucapkan. Memang perutku sudah lega sekarang.

Dia meneruskan dengan menyemprotkan pewangi tubuh. Mengoleskan sesuatu di ketiaknya. Wajahnya, lehernya, rambutnya dan mengoleskan lipsgloss di bibirnya. Banyak sekali yang dilakukannya dan aku hanya lihat dari bayangan di kakinya ...

Ingin aku tahu namanya, tinggal dimana, kerja atau kuliah. Sudah menikah atau belum ..wah, yang gini aku dah yakin kalau dia gay. Tidak! Aku tak menanyakan apa-apa. Kami hanya berdiam diri.

Tak lama dia keluar setelah selesai dengan ritual menghias diri. Pintu segera aku kunci kembali. Sekarang aku sendiri. Aku regangkan pahaku, kuputar keran semprotan untuk cebok. Kuputar dengan kencang dan menggerak-gerakkan pantatku agar dapat membersihkan anusku. Ada rasa nikmat, tapi aku tak mau berlama-lama. Kumatikan keran cebok dan segera mengambil tissu dan berdiri. Kulap anusku dan membuang bekas tissu. Kutekan tombol toilet untuk menghanyutkan babku.

Aku kenakan celanaku. Kucuci tanganku dengan sabun kemudian aku melapnya dengan handuk yang tergantung dekat situ. Ketika keluar kamar mandi, kulihat cowok itu sedang bicara dengan Bobby di depan tv.

"Kenalkan nih," kata Bobby ketika melihatku.

"Yadi," kataku sambil menyambut tangan cowok itu. Salamannya begitu kencang.

"Alvin," katanya menyebut namanya.

Kemudian Bobby bilang kalau Alvin, baru datang dari Surabaya tadi pagi. Bekerja di bagian keuangan.

Baru sekarang berani aku menatap wajahnya. Ganteng, dengan tubuh atletis. Rambutnya pendek rapi. Aku suka mata bulat dan bibirnya yang sedikit tebal itu. Giginya berbaris rapi, putih. Ada lesung pipitnya di pipi kanan ketika senyum.

"Dia ikut pemotretan besok kok," kata Bobby menyadarkan. Alvin tertawa. Entahlah. Dia mungkin memperhatikan kebengonganku.

"Kupikir kamu juga ikut jadi model," Kata Alvin." Taunya ... yang punya proyek ..."

"Ah, nggak lah. Aku cuma bantuin mas Andika kok," kataku merendah.

Akhirnya kami berbicara akrab bertiga. Aku sudah melupakan sakit perutku. Aku memang tak dapat menghindar dari sorot mata Bobby ke arahku. Aku banyak bicara dengan Alvin. Ada keriangan yang palsu di sana. Aku rasakan itu. Alvin adalah cowok dengan dunia gay yang ingin di tinggalkannya.

Hpku berbunyi. Putri yang telpon.

"Lagi ngobrol di sini, bertiga," kataku ketika Putri tanya aku lagi ngapain. Dia minta kami untuk turun dan bersama-sama ke pantai. Ke lokasi pemotretan.

Bobby sepertinya tak mau membiarkan aku berdua dengan Alvin. Ada sorot cemburu di sana. Apalagi ketika Alvin membagi no telponnya ke aku, tanpa aku minta.

Kami segera kleluar kamar. Aku berjalan duluan dengan Alvin. Bobby yang menutup pintu.

"Menginap dimana?" tanya Alvin.

"Di Kuta sama teman-teman." Entahlah, kenapa aku harus menambahkan 'dengan teman-teman'. Padahal aku di kamar sendiri ...

Ada sesal di sana."Oh.." Dia mungkin tahu kata-kata penolakanku. Ah, siapa yang nolak? Cuma aku ... Tak mungkin aku mengambil kesempatan begini, setelah kejadian semalam, dengan doa penyesalanku. Kurasakan, makin menjauh dari kemaksiatan, kesempatan itu terasa terbentang gampang di depan mata. Tadi saja, saat Alvin mandi. Bisa saja aku menikmati sepuasnya. Tapi aku hanya menunduk, mengurangi mataku untuk menikmati tubuh indahnya.

Hpku bunyi lagi. Hanya sekali bunyinya. Kulihat panggilan tak terjawab: Bagus! Orang yang sudah beberapa hari ini tak mau terima panggilanku, walau smsku terkirim.

Segera aku telpon balik. Tak diangkat. Sampai nada tut-tut tak diangkat juga. Kuulangi sampai tiga kali.

"Ada apa, kok cuma miscall?" akhirnya aku sms.

Tak ada jawaban. Kami sudah sampai di lobby hotel. Beberapa pasang mata memperhatikan kedatangan kami. Aku masih kesal dengan miscall Bagus. Kenapa sih dia? Ada apa sebenarnya?

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story