Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Seorang Sahabat

by Lelaki63


Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu ...

Dengan kesendirianku, terasa sangat sepi. Aku ingin suasana seperti SMU dulu atau masa kuliah. Entah kenapa rasa kangen itu tiba-tiba muncul. Aku ingin sekali punya sahabat yang mengerti aku. Tapi siapa? Yang ada selama ini hanyalah sekedar kenal, senang-senang dan berlalu begitu saja. Ingin aku menghubungi teman-teman sewaktu kos di Kramat, tapi ... ah. Nanti dosa lagi terjadi... aku memang menjaga jarak dengan teman-teman yang ketahuan gay atau punya kecendrungan semacam itu.

Sebenarnya aku ingin teman yang dapat membawaku ke arah yang lebih baik. Paling tidak aku dapat tahu, kalo aku bersama seseorang aku menjadi lebih baik. Baik secara fisik maupun mental. Aku tidak mau teman yang maunya ngikutin aku saja. Aku bukanlah seorang pemimpin yang baik yang perlu selalu sebagai panutan. Atau aku juga tidak mau ngikutin apa mau seseorang, apalagi sudah tahu salah atau dosa ... Aku mau teman yang dapat berdampingan. Yang dapat saling memberi dan menerima, tanpa pamrih, tanpa harapan dan persyaratan.

Malam ini setelah makan malam yang kubeli dari warung, aku nikmati dengan bersantai di depan tv. Sendiri. Joko beberapa hari ini jarang ke rumah. Katanya sibuk mengurus om Roni.

"Hai, Amran!" seruku ketika kulihat Amran sudah berdiri di depan pintu. Kemudian kupersilahkan dia masuk. Malam belum begitu larut memang, sekitar jam sepuluh.

"Aku mau tahu tempat tinggal kamu,"katanya membuka percakapan. Dia duduk di pinggir bersandarkan dinding menghadap tv.

"Ya, beginilah," kataku sambil duduk di sampingnya. "Mau minum apa?"

"Kamu punya apa?" tanyanya.Kemudian dia tertawa. Pertanyaan gurauan ...

Aku ingat baru masak air tadi. "Mau kopi? atau teh?"

"Teh saja," katanya.

Aku berdiri dan menuju dapur. Kuambil dua gelas dan kutuang air panas dari termos. Kemudian kuambil dua sachet teh celup, kemudian kucelupkan ke gelas. Sebentar kemudian air di gelas berubah warna. Ketika aku akan menungkan gula, Amran sudah ada di sampingku.

"Aku pake satu sendok saja gulanya," katanya. Matanya sibuk mengamati sekeliling. "Asik juga ya tempatnya." Kemudian dia cerita kalo dia juga ditawarin ngontrak di sini oleh Joko. Tapi dia nggak mau, karena tempat kost sudah diperpanjang sewanya untuk setahun dan lagi dia merasa belum siap untuk tinggal di rumah. Ya, tempat tinggal yang kita bebas melakukan apa saja, seperti di rumah sendiri. Kalau tempat kost kesannya kan menumpang, jadi harus sadar dirilah. kalo mau 'macam-macam ' tentu berpikir dua kali dulu.

Kutuang sesendok gula ke masing-masing gelas. Kemudian dia mengambil gelasnya dan aku mengambil gelasku dan kami berjalan ke ruang depan. Siaran tv terasa membosankan. Banyak cerita mistik atau sinetron yang asal cerita saja. Belum lagi gosip kawin cerai dari para selebritis. Mereka sebagai figur masyarakat luas mestinya memberi pengajaran yang baik, bukannya ngomporin untuk berantem dengan pasangannya.

Setelah duduk kembali di lantai, Amran coba meminum tehnya. Tapi masih panas. Dengan santai dia taruh gelasnya di selangkangnya, persis di atas kontolnya. Dia mendesah.

"Kalo lagi tegang begini ditempeli yang hangat enak juga ya..." katanya sambil memperlihatkan celananya yang gembung dibagian depannya.

Aku senyum saja dengan tingkah yang menggoda itu. Pelan-pelan aku jadi terangsang juga. Ngebayangin aku bisa menikmati kontolnya ...Ada rasa denyut sarafku dikepala karena aku berusaha menekan nafsuku. Ah...

Amran membuka restleting celananya, menaikkan bagian bawah kaosnya sampai atas perut dan memperlihatkan celana dalam warna kuning yang sudah mencetak kontolnya di situ. Kemudian gelas tehnya di tempelkan ke kontolnya yang masih tertutup celana dalam.Pelan, takut isi gelasnya tumpah. Dia mengelus pelan kontolnya dengan sisi gelas sambil matanya menonton siaran tv. Naik turun dan kemudian gerakan menyamping. Kulihat kontolnya memang cukup besar sudah sangat menonjol, seperti mau keluar dari celana dalamnya. Kalau saja ditegakkan ke arah pusarnya, pasti sudah keluar dari celana dalamnya. Kontolnya menyilang seperti mau menembus tulang pinggulnya Kerongkonganku terasa kering menyaksikan itu. Kembali aku teguk teh hangatku sambil menekan rasa ingin untuk menikmati lebih Sesekali pandanganku kuarahkan ke arahnya yang sedang beraksi dengan gelas panas dan kontolnya. Aku berharap dalam hati dia mau mengeluarkan kontolnya dan aku dapat melihat utuh batangnya yang sangat besar itu. Tapi dilain pihak aku berusaha untuk tidak merespon apa yang dilakukkannya. Entah berapa lama dia melakukan itu, akhirnya dia selesaikan sendiri dengan mengancingkan kembali celananya.

Ada rasa lega bercampur menyesal setelah melihat aksi Amran yang diselesaikannya tanpa mengeluarkan utuh kontolnya. Pelan kutarik nafas. Jantungku masih berdetak agak keras.

"Maaf, kupikir kamu suka..." katanya. Padahal dia tidak tahu aku sangat susah payah untuk bersikap biasa melihat apa yang dilakukakannya tadi. Sengaja otakku kupaksa agar tidak memberikan reaksi terangsang. Kembali kuhela nafas panjang dengan pelan. Semoga dia tidak tahu, kataku dalam hati.

Amran meminum tehnya. Diteguknya pelan sambil matanya menatapku dalam. Ada rasa risih dipandang begitu. Kusisr rambutku dengan jari-jariku untuk menghilangkan salah tingkahku. Amran merapikan celananya dan menurunkan kaosnya menutupi bagian depan celanamya.

Kemudian dia cerita tentang dirinya yang suka sama cowok. Terutama yang keren, tambahnya. Lingkungan tempat kerjanya di hotel memang begitu, apalagi sesama karyawan, hubungan untuk bermesra-mesra antar lelaki banyak cerita. Semua terasa biasa dan lumrah.

"Berat sekali aku untuk menolak semua godaan itu. Kalu saja aku tidak ingat Tuhan atau dosa, mungkin aku sudah terjerumus bebas ..." katanya. Istilah 'terjerumus bebas' yang disampaikannya membuat aku tersenyum.

"Mestinya kamu bersyukur masih dapat menahan diri..." kataku menghibur.

Dia mengangguk. Kami terdiam beberapa saat. Seperti ada syetan yang lewat...

Ada sesorang di teras. Joko mungkin, kataku dalam hati. Benar juga, setelah mengucapkan salam dia melangkah masuk.

"Udah lama ya, mas Amran?" tanya Joko sambil melangkah ke dapur dengan membawa bungkusan.

"Ya..." jawab Amran. "Kamu kemana saja Jok, jarang kelihatan."

Beberapa lama kemudian Joko datang dengan piring yang penuh dengan pisang dan singkong goreng. Hm, ini makanan kesukaanku. Angin malam berhembus pelan dari pintu yang terbuka ...

"Wah, Joko lagi bahagia nih..." kataku. Kuambil sepotong pisang goreng yang masih hangat terasa. Kemudian aku ke ruang tidur untuk mengambil tissu. Kembali ke ruang tamu, kulihat Joko meminum tehku.

"Hei... bikin minum sendiri saja..." kataku sambil merebut gelas yang di tangan Joko. Dia tertawa saja.

"Enak juga ya ...?" komentarnya sambil berjalan ke dapur.

Kami ngobrol bertiga. Topik macam-macam hal, dari olah raga sampai politik, dari makanan sampai masalah agama. Lewat tengah malam, Amran pamit pulang. Joko menawarkan untuk nginap saja sambil meneruskan percakapan tadi.

"Lain waktu saja," katanya. Ada nada yang aneh dari jawabannya. Aku tidak tahu pasti apa. Perasaanku mengatakan ada nada kecewa di sana, tapi dengan segera kutepiskan. 'Kecewa apa-an?'

Joko segera merapikan makanan yang tersisa dan mengambil gelas untuk segera di cuci. Anak rajin memang, kataku dalam hati. Setelah aku menutup pintu aku ikuti dia dari belakang menuju dapur.

"Aku menjual semua yang dibelikan om Roni," katanya sambil mencuci gelas. Aku berdiri di sampingnya. Aku memang tidak bertanya, dia dapat duit dari mana untuk membeli makanan tadi. Dia sendiri yang berinisiatif bercerita.

Setelah itu kami menuju ruang tengah. Aku rebahkan matras tempat tidurku dan merapikan alasnya. Aku duduk di atasnya. Joko sedang bersedih kulihat. Aku mesti mendengarkan dia. Dia duduk di sampingku.

"Kamu dari rumah sakit?" tanyaku.

Dia mengangguk. "Om Roni minta aku terus menemani dia," Joko mulai bercerita. Dia mengakui kalau om Roni orangnya baik sekali. Tapi dia tidak bisa terus-terusan bersama om Roni. Dosa, katanya. Tidak jelas apa yang dia maksud dengan dosa itu. Anak abg, masih 17 belasan tahun, bisa juga menahan diri untuk senang-senang menikmati kekayaan orang lain.

Aku baru tahu kalau om Roni termasuk orang yang sukses dengan bisnisnya. Dua perusahaanya yang ada sudah diberikannya kepada kekasihnya, alias teman homonya sebagai tanda cintanya. Sekarang dia memimpin perusahaannya yang lain. Hubungan yang tidak lazim itu memang tidak berumur lama, tidak akan, setelah pacarnya menikah dan punya anak, putuslah hubungan mereka. Om Roni sudah melerelakan semuanya. Merelakan pacarnya, perusahaaanya dan semua yang telah diberikannya.

Dengan kesendirian itu, dia bertemu dengan mas Wawan. Hubungan gelap itu memang tidak berlangsung lama sampai mas Wawan dapat musibah dan om Roni diserang stroke. Dari cerita itu semua, Joko merasa hubungan dia dengan om Roni memang sesuatu yang tidak baik. Joko mengeluarkan duit dari sakunya. Lumayan banyak, lembaran seratus-ribuan.

"Aku tidak tahu mau diapakan duit ini," katanya.

"Kamu disuruh om Roni ?" tanyaku.

"Tidak. Cuma aku nggak mau memakai pemberian om Roni. Rasanya..." Dia menggelengkan kepalanya seperti menghapus segala hal yang telah menempel di sana.

Kusarankan pada Joko untuk menyimpan kembali duitnya dan membicarakannya nanti dengan om Roni. Pasti om Roni mau mengerti, kataku. Kerisauan masih terpancar di wajahnya.

Kurebahkan tubuhku di kasur sambil memiringkan tubuhku ke arah Joko.Kupejamkan mataku. Membayangkan kesetiaan om Roni terhadap orang-orang yang di sekitarnya. Apakah itu persahabatan atau hubungan saling menguntungkan? Selama ini Joko hanya melayani nafsu sexnya om Roni, tanpa ada rasa suka. Joko memang tidak menolak karena rasa ingin tahunya sebagai remaja juga tersalurkan. Tidak seperti umumnya orang yang memang punya kecendrungan gay yang diominan, bisa saja apa yang didapat dari om Roni boleh jadi menjadikannya sebagi gaya hidup baru.

Joko memang beda, walau punya riwayat yang sangat menyedihkan. Sejak kecil, berawal sejak kelahiran adiknya - Anwar - bapaknya pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya Joko yang masih kecil itu memang tidak mengerti, kenapa ada seorang bapak yang tega seperti itu. Hari-hari pada masa anak-anak ada rasa kangen dipeluk, digendong dan disayang sang bapak kandung. Kerinduan itu memang dipendam dalam-dalam. Dia tidak mau membuat ibunya sedih. Menjelang dia remaja, saat masa kanak-kanak yang sepi dari belaian kasih sang ayah, ibunya dilamar oleh duda. Bapaknya yang sekarang, yang memberi kebahagiaan dan kecukupan hidup yang selama ini tidak didapatnya dari bapak kandungnya.

Mungkin karena merasa bapak tirinya hanya sebagai suami ibunya, jadi Joko tidak terlalu dekat dengan bapak tirinya itu. Jadilah dia mencari figur bapak kepada laki-laki lain yang diinginkannya. Tapi berefek dia seperti seorang gay, yang mencintai sesama jenis.

Sekarang Joko bimbang dengan kedekatannya dengan om Roni. Figur bapak yang dicarinya dimanfaatkan om Roni untuk melayani nafsu sexnya Ah, kenapa ada manusia yang tidak dapat mengerti kodratnya sebagai manusia?

"Mas Yadi," bisik Joko di sampingku. Rupanya aku tertidur, dan membiarkan Joko sendiri duduk disampingku. "aku mau tidur di samping mas Yadi," pintanya pelan. Ada nada rinu di situ.

Segera aku geser tubuhku mendekati tembok. Joko rebahan di sampingku. Aku miringkan tubuhku dan memeluk Joko yang tidur membelakangiku. Tangan kananku awalnya memeluk lengannya, kemudian pelan kugerakkan tanganku menyelusuri pinggangnya dan dengan pelan kuturunkan sampai pinggulnya. Tangannya masih mendekap dadanya. Kudekatkan wajahku ke kekepalanya. Dia pasti merasakan dengus nafasku di kupingnya.

Pinggulnya bergerak, sepertinya mengundang tanganku untuk menyelusuri bagian depannya. Pelan tanganku bergerak ke depan pinggulnya dan kurasakan tonjolan di situ. Kudekap pelan kontolnya yang sedang menegang itu dengan telapak tanganku. Kurasakan denyutnya, kurasakan hangatnya.

Entah setan mana yang mendorong tanganku untuk mnyelusupkan tanganku ke balik celananya dan masuk kebalik celana dalamnya. Kurasakan ototnya yang begitu ramping. Dari tulang pinggulnya kujelajahi telapak tanganku kembali menemukan perut bagian bawahnya yang rata dan padat. Pelan kuturunkan telapak tanganku, jariku menyentuh bagian atas ontolnya. Ada cairan yang licin di situ. Ku elus pelan kepala kontolnya, kemudian turun ke pangkalnya dan naik lagi.

Jantungku mulai berdetak kencang memberi sinyal rangsangan. Dia pasti dapat merasakan tekanan kontolku di bokongnya. Kudengar dengus nafasnya yang makin kencang ketika tanganku menekan dan menggenggam kontolnya. Akhirnya, kutarik keluar tanganku dan kembali mendekap tangannya di didadanya. kami masih tidur miring dan aku memeluknya dari belakang. Malam terasa makin dingin.

"Tidak usah diteruskan ya..." kataku sedikit bergetar menahan nafsu. Ya, harus tahan diri. Selama ini Joko sudah kuanggap sahabat dan saudara, tidak mungkin kami saling menyakiti dan saling berbuat dosa. Kembali aku menarik nafas panjang dan menghembusnya pelan. Kuulangi beberap kali, dan Joko melakukannya juga.

Dalam hati aku berdoa, semoga aku tetap dilindungi dari segala godaan. Dan beberapa kali aku menyebut nama Allah dan istigfar. Sengaja aku tidak lepaskan pelukanku, sampai akhirnya aku kembali tertidur.

Sebagai sahabat, tak mungkin aku menodainya dengan hal yang berdosa. Ada pendapat, kalau mau berbuat dosa, jangan sampai mengajak teman. Karena belum tentu sang teman akan tetap jadi teman. Pada saat dia jadi lawan kita, boleh jadi semua noda dosa akan terungkap untuk mengahalangi kita. Sahabat memang sangat diperlukan dalam dunia ini. Apakah saudara dan keluarga dapat dijadikan sahabat? Atau sahabat dapat dijadikan saudara dan keluarga? Ah, semua sangat menyenangkan. Ibarat burung, yang dapat terbang jauh karena terbang bersama-sama. Tujuan besar kita, apapun itu, akan dapat dicapai bila ada sahabat-sahabat di sekeliling kita.

Usahaku hanyalah menjadi sahabat yang dapat membuat orang lain menjadi berani, atau aku sendiri juga berani untuk menunjukkan diri siapa diriku sebenarnya. Sahabat adalah bagian penting dari jalan panjang hidup kita.

Ketika aku menggeliat bangun, masih kulihat Joko tertidur. Tapi tanpa busana! Ya Tuhan kenapa godaan ini datang lagi? Aku lihat Joko begitu indah dengan tubuh telentang pasrah. Kontolnya yang layu di pinggulnya seperti mengundang aku untuk mengeksploitasinya. Pelan Joko bangun, mungkin terasa dia aku memperhatikannya. Kami tanpa bersuara, diam, tapi mata dan tubuh kami saling bicara. Kami berpelukan lagi dan sebentar kemudian, dengan mudah aku juga telanjang di depan Joko. Kontol kami saling menekan. Kami menikmati apa yang kami lakukan. Sampai akhirnya ... Ah...

Celanaku kembali basah karena semprotan spermaku sendiri. Aku mimpi basah! Kulihat Joko masih tidur nyenyak dengan pakaian lengkap, tidak seperti dalam mimpiku tadi. Ya Tuhan, kenapa seringkali mimpiku seperti ini? Mimpi berhubungan dengan laki-laki. Entah kenapa aku jadi merasa berdosa. 'Aku mau mimpi yang normal saja, ya Allah!' batinku berdoa.

Tak mungkin aku begini terus. Dia sahabatku, seperti dia juga menganggap aku sahabat. Aku ingin jadi sahabat yang dapat mendorongnya bila dia berhenti, sepatah kata bila kesepian, petunjuk arah bila tersesat, senyuman sabar ketika berduka, juga lagu gembira ketika sedang bahagia. Mampukah aku sebagai sahabat begitu? Tak mungkin aku turuti nafsuku. Atau aku dapat menghentikan ketika meluncur terjun kearah dosa. Aku juga mau sebagai sahabat yang siap mendengar bila orang lain mengatakan sesuatu, yang peduli dengan masalahnya dan bisa sebagai tempat berbagi rasa, tempat mencurahkan apa yang ada dalam hati.

Pelan aku bangun. Aroma spermaku terasa kental. Aku mau mandi dan sholat. Kulihat jarum jam sudah jam tiga dua puluh menit. Diluar masih terdengar suara jangkrik dan kentongan petugas siskamling.

Dalam doaku, semoga aku mendapatkan sahabat. Sahabat yang tak dapat dijual, tak dapat dibeli dan tak dapat dipinjamkan. Sahabat yang didalamnya hanya ada saling menghormati, saling mencintai dan saling memberi. Ya Tuhan, bila aku tidak menemukan sahabat yang demikian, maka jadikankan aku sahabat bagi orang lain seperti apa yang aku mau!Amin! Tanpa kuasa aku tahan kembali tubuhku terguncang menahan tangis. Begitu rendahnya aku sebagai umat manusia. Seorang sahabat pun mesti dicari lewat bantuan Tuhan.

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story