Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Semuanya Mulai di Gua Jepang ...

by Uwe Reytel


Semuanya mulai di gua Jepang ... By Uwe Reytel Sambil minum kopi dan makan kue di toko Canary, saya mengingat apa yang sudah saya alami selama saya di Bandung. Wah .. asyik juga... Baru kemarin malam saya datang dengan bis dari Jakarta. Waktu itu saya belum punya kenalan di kota ini. Dan sekarang ... ? Paling ada Irwan ...! Memang baru kenal ... tetapi pertemuan kami yang pertama ini cukup mengesankan. Kami bertemu di alun-alun, mengobrol sebentar ... dan beberapa menit lagi Irwan sudah ikut ke hotel saya. Irwan memang sudah lama ingin meong dengan cowok bule, tapi karena dia tak bisa bahasa inggris, komunikasinya selalu susah ... jadi dia belum pernah mendapat apa yang dicarinya. Baru sekarang di bertemu dengan bule yang bisa bahasa Indonesia ... jadi dia tak segan mengajak saya meong dengan dia. Pertama saya masih ragu-ragu: kami baru kenal 15 menit ... dan dia sudah mau ikut ke hotel saya! Jangan- jangan si Irwan ini "kucing" ... itu yang saya pikirkan. Tetapi akhirnya saya percaya bahwa dasarnya juga "suka sama suka" dan bahwa tidak ada "tujuan sampingan". Makanya saya setuju ... apalagi Irwan memang cucok juga, bodynya bagus, wajahnya tidak mengecewakan ... Dan saya tidak menyesalinya. Malam berdua dengan Irwan memang indah sekali ... Sambil sarapan di Canary - sendiri lagi, karena Irwan harus bekerja - saya suka mengingat apa yang kami lakukan tadi malam. Wah ... enak sekali waktu saya pertama kali ditelanjangi Irwan .. dia mulai membuka bajuku ... pelan- pelan ... Waktu saya bertelanjang dada, dia mulai menetes dan menjilati leher dan dada saya. Sesuah itu celana saya dicopotnya juga ... pertama celana Levis yang saya pakai ... dan akhirnya celana dalam saya juga. Irwan langsung mulai menghisap kontol saya yang sudah ngaceng dan keras ... Dia menjilati titit saya ... kepalanya yang memerah, batangnya ... wah ... dan biji pelir saya juga... Waktu ingat, ngaceng lagi saya.... apalagi kalau mengingat lanjutannya ... umpamanya saat kami saling menjilati lubang dubur .. lama sekali lagi ... atau saat Irwan memasukan kontolnya yang ngaceng dan keras ke lubang pantatku ... atau saat Irwan menyemprotkan pejunya ke muka saya ... ! Walaupun tadi malam saya tiga kali keluarin, saya masih terangsang ... rasanya ingin ngentot lagi...Tetapi saya harus sabar dulu ... nanti jam 8 malam Irwan akan datang lagi ... Sekarang bukan waktu untuk meong. Biarlah saya beristirahat dulu ... Saya keluar dari toko Canary dan mulai perjalanan saya lewat Jalan Braga. Saya kira hari ini tak usah berjalan jauh-jauh... Seperti setiap pagi, saya membeli KOMPAS. Saya tahu: ada taman yang bagus yang tidak jauh dari sini... Sebaiknya saya duduk disana dan membaca koran dulu ... Saya baru mulai membaca waktu disapa dari samping: "Maaf ... Anda bisa bahasa Indonesia..?" Cowok yang menyapa saya masih muda ... masih usia berondong. Dia tidak pakai seragam sekolah, tetapi kelihatan seperti pelajar juga. Ada tas buku lagi yang dibawanya. Sebagai turis bule saya memang sudah biasa disapa anak muda. Biasanya ditanya "dari mana?", "mau ke mana?" dan sebagainya. Ada juga yang ingin mempraktekkan bahasa inggrisnya. Kadang-kadang saya sudah bosan juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selalu sama ... apalagi kalau selama satu hari sampai puluhan kali. Berondong ini pasti begitu juga ... Sebenarnya saya tak mau mulai percakapan seperti itu. Tetapi saya memang orang yang sopan. Makanya saya melipat koran saya lagi dan menjawab: "Ya ... bisa ... mengapa?" Baru sekarang saya memandang berondong ini dengan seksama. Pakaiannya rapi. Orangnya cukok juga ...Memang badannya agak kurus, tetapi mukanya manis. Kulitnya bersih ... matanya menarik. "Oh .. saya hanya kaget melihat Anda membaca KOMPAS. Saya belum bertemu dengan orang barat yang bisa membaca KOMPAS. Biasanya mereka hanya bisa bahasa Indonesia sedikit-sedikit." "Saya memang sering ke Indonesia", jawabku. "Dan saya punya banyak teman di Indonesia". "Jadi .. Anda suka dengan orang Indonesia?" "Tentu saja!" Dia tersenyum. Entah kenapa... "Seterusnya: nama saya Didi ... Boleh saya tahu nama Anda juga?", tanyaannya. "Nama saya Uwe. Saya dari Jerman ... " "Saya belum pernah bertemu dengan orang Jerman. Anda yang pertama .." Saya menyela pembicaraannya "Didi, jangan panggil saya Anda. Panggil saya Uwe saja!" Didi tersenyum lagi . "Oke .. Uwe saja ..." Ternyata berondong ini membuat saya tertarik juga. Kenapa? Saya biasanya tidak begitu merasa tertarik pada cowok yang masih berondong. Itu bukan dunia saya... Teman saya biasanya diatas 25 semua. Walaupun cucok - cowok seperti Didi pasti masih naif. Pengalaman seksnya pasti minim. Paling pernah ngeloco ... Dan ... darimana saya tahu dia gay? Dia hanya mau beramah-tamah seperti anak muda yang lain juga ... Biarlah kita ngobrol sebentar, pasti sebentar lagi dia minta pamit untuk pulang .. Tetapi Didi tak mau pulang. Kami ngbrobol terus. Dia yang banyak ceritakan. Umurnya sudah 19. Dia baru pulang dari kursus komputer. Beberapa bulan lagi dia mau masuk perguruaan tinggi. Mata kuliahnya biologi... Dia yang banyak cerita. Biasanya saya "diwawancarai". Didi lain ... Saya tidak banyak menceritakan ... hanya tema umur saya dan pekerjaan saya disinggung. Dan bahwa saya belum kawin saya sebut sepintas lalu juga. Akhirnya Didi bertanya: "Apa rencana Uwe sekarang? Mau kemana...?" "Tak tahu... Mau jalan-jalan saja. Tetapi saya baru di Bandung. Mana tempat yang bagus untuk berjalan-jalan?" "Sudah pernah ke Gua Pakar?" "Ke mana?" "Ke Gua Pakar. Ada dua gua dari zaman Jepang di Taman Juanda." "Tak tahu saya... Saya belum pernah kesana. Di mana Taman Juanda itu?" "Tidak jauh dari Dago Teahouse." "Oh .. Dago Teahouse ... itu yang saya tahu ..." "Boleh saya ikut...?", tanya Didi. "Boleh", jawab saya. Sebentar lagi kami sudah naik taksi. Sambil duduk di taksi, kami diam. Saya memandang Didi dari samping. Kenapa dia mau ikut saya..? Barangkali dia suka juga dengan saya ... Kalau begitu, saya pasti tidak akan menolaknya. Tetapi ... kalau dilihat dengan kepala dingin, mustahil... Didi pasti hanya suka beramah-tamah dengan turis bule seperti banyak anak muda yang lain juga. Mana mungkin dia ingin meong dengan saya! Impian saya aja! Sebentar lagi kami turun dari taksi. Kami masuk hutan. Karena hari rabu, memang agak sepi. Kalau hari minggu pasti ramai. "Uwe ... saya ada pertanyaan. Boleh?" "Boleh saja. Mengapa?" "Tetapi ... pertanyaan saya ini agak pribadi ..." Wah ... Didi mau menanyakan hal yang pribadi... "Didi boleh menanyakan semua - termasuk hal yang pribadi...", jawab saya. "Tadi Uwe pernah bilang belum kawin. Tetapi pasti ada cewek, bukan...!?!" Saya agak kaget mendengar pertanyaan yang ini. Tetapi saya senang juga ... Sekarang saya ada kesempatan untuk menceritakan bahwa saya memang gay. Tetapi ... bagaimana menceritakannya...? Saya segan menceritakannya secara langsung. "Sebenarnya ... tidak juga, Didi...", jawab saya. "Tidak juga ...? Tetapi ... " Saya menyela pembicaraan. "Begini, Didi. Dunia ini tidak hanya hitam / putih. Dunia ini ada banyak warna..." "Maksudnya?" "Maksudnya tidak semua laki merasa tertarik sama perempuan. Ada juga yang tertarik sama laki..." "Saya tahu. Jadi ... Uwe gay ...?" "Betul. Saya memang gay. Saya belum pernah ada hubungan dengan cewek. Kalau dengan cowok, memang lain. Saya sudah sering melakukannya dengan cowok." Didi diam. Saya memang ingin sekali melanjutkan pembicaraan ini, tetapi Didi mulai dengan tema yang lain. Entah kenapa ... Setelah kira-kira setengah jam berjalan, kita sampai di depan gua Jepang. Sebenarnya bukan gua, akan tetapi terowongan yang dibuat dulu sebagai gudang senjata. Di dalamnya tak ada lampu. Tetapi di depan ada orang yang menyewakan senter. "Uwe .. mau masuk...?", tanya Didi. "Boleh juga. Kita sudah sampai kesini, rugi juga kalau tak masuk. Biar saya menyewa senter." Sebentar lagi, kami masuk gua ini. Tak ada orang lain yang masuk ... hanya kami. Soalnya hari ini memang sepi. Sebenarnya tak ada yang bisa dilihat. Ini bukan gua alamiah dengan stalaktit dan stalakmit, ini memang gua buatan yang terdiri dari beberapa ruangan. Kami masuk sampai ke ujung. Entah kenapa: aneh juga rasanya kami berdua saja di tempat yang gelap ini. Kalau saya ditemani teman hemong yang lain ... pasti langsung mulai pegang-pegang. Tetapi ... dengan Didi ...? Saya tidak berani menggodain dia. Apalagi dia tadi tidak mau lama berbicara tentang tema "gay". Dia pasti orang yang "straight" ... Tetapi ... semua harus dicoba! Kalau tidak dicoba, tidak bisa berhasil ... "Didi, tidak takut ...?" "Saya bukan anak kecil. Kenapa harus takut masuk tempat yang gelap?" "Maksud saya lain. Apa Didi tidak takut berduaan dengan saya. Didi tahu .. saya gay. Siapa tahu ... barangkali saya suka nakal di tempat yang gelap ini." Didi menjawab dengan suara yang lembut: "Justru itu yang saya harapkan!" Saya kaget. Ternyata Didi ingin digodain...Dia gay juga ...dia hanya tidak berani mulai. Wah ... jantung saya mulai berdebar cepat ... Sekarang memang giliran saya untuk melakukan yang perlu dilakukan. Saya memeluk Didi dengan erat. Bibir saya mendekati bibirnya. Beberapa detik lagi, saya merasa lidah Didi didalam mulut saya. Kontol saya langsung ngaceng. Lidah kami saling mengulum, sekali di mulut saya, sebentar lagi di mulut Didi...Tangan saya mulai meremas pantat Didi... Didi mulai berbicara. "Uwe, coba buka celanamu. Saya ingin sekali melihat kontolmu". Ajakan itu memang sudah saya tunggu. Saya langsung memelorotkan celana Levis saya dan celana dalam juga. Didi menghidupkan senter yang masih dipegangnya. Memang dia mau melihat titit saya yang sudah ngaceng dan keras. Dan tidak hanya melihat saja. Dia mulai mengelus-elus kontol saya, biji peler saya juga ... Sambil masih pegang titit saya, dia memeluk saya dengan erat. Kami mulai cium lagi ... Sekarang saya yang mulai berbicara. "Didi ... saya mau melihat yang kamu punya juga..." Didi tersenyum. Dan dia langsung memelorotkan celananya dan celana dalamnya juga. Dalam sinar senter yang dhidupkan Didi lagi, tititnya kelihatan ... ngaceng juga, keras ... dan besar. Saya kaget: badan Didi ternyata tidak begitu besar, tetapi kontolnya ... gede juga! Lebih gede daripada kontol si Irwan kemarin. Seperti Didi tadi pada kontol saya, tangan saya mulai mengelus-elus tititnya yang keras itu juga. Tetapi saya tidak puas hanya memegangnya. Saya berlutut ... dan saya mulai menghisap. Didi mulai merintih-rintih karena keenakan ...Saya memang tahu cara yang bagus untuk merangsangkan cowok yang gay. Saya tidak menghisap terus .. saya berhenti lagi ..dan mulai menjilati ... pangkal kontolnya dulu, kemudian kepalanya yang merah itu, kemudian pangkalnya lagi ... Dan tentu biji pelir Didi tidak dilupakan ... dibasahin lidah saya juga... Sesudah itu saya menyedot kontolnya lagi sambil memeras pantatnya dengan dua tangan saya. Saya tidak tahu berapa lama kami main begitu. Tiba-tiba saya menyadari: kalau masih lama disini, orang yang menyewakan senter pasti heran. Apa kegiatan dua laki ini didalam tempat yang gelap? Dia kira taka ada yang bisa dilihat disini. Dia tidak tahu bahwa kami sudah menemukan sesuatu yang indah sekali ... tubuh kami masing- masing! Saya menghentikan aksi saya di titit Didi. Saya bangun lagi. "Didi ... saya kira kita tidak bisa lebih lama disini... Nanti orang mencurigai...." Didi diam. Dia mengangkat celananya yang dipelorotkan, saya juga demikian. Pakaian kami dirapiin lagi, sudah itu kami keluar gua itu. "Kemana sekarang ...?", tanya saya. "Kita sudah melihat semua. Sebaiknya pulang saja.", kata Didi. Sambil berjalan kami diam. Saya terus ingat peristiwa di gua tadi. Ternyata Didi demikian juga. "Uwe ...saya ingin sekali melanjutkan apa yang tadi kita mulai...", katanya. "Bukan hanya kamu saja. Saya juga... Bagaimana ... mau ikut ke hotel?" "Tentu ... terima kasih... Soalnya saya tidak sanggup pulang kalau yang tadi belum diselesaikan!" Untunglah ada taksi waktu kami keluar taman Juanda itu. Jadi tak usah mencari angkut dulu. Kami langsung diantarkan ke hotel saya. Sesampainya di kamar, kami langsung mulai. Sekarang kita bebas ... Kami duduk di ranjang saya. Tangan saya meraba paha Didi. Dan tangan Didi saya rasa di paha saya juga. Sekarang tak usah berbicara lagi. Sekarang tak usah memikirkan lagi apa yang sebaiknya dilakukan. Semuanya sekarang dikendalikan emosi kami. Sambil saling meraba paha, kami saling menatap dengan mata. Dan tiba-tiba bibir Didi mendekati bibir saya lagi.. Seperti tadi di gua Jepang, lidah kami saling mengulum. Saya jatuh ke belakang, sekarang saya berbaring di ranjang. Badan Didi diatas badan saya. Lidahnya didalam mulut saya. Tangan saya mulai meremas pantatnya lagi. Sayang sekali dia masih pakai celana. Saya ingin sekali meremas pantatnya yang telanjang. Tetapi sebelum saya bisa mulai mencopot pakaian Didi, saya yang ditelanjanginya. Dia membuka T-Shirt yang saya pakai. Sekarang saya telanjang dada. Didi ternyata terangsang melihat saya begitu. Nafasnya kuat sambil lidahnya turun dari mulut lewat leher ke dada saya. Tiba-tiba dia mulai menetes di puting susuku ... Wah ... enak sekali rasanya ... saya mulai merintih ... " Oh...eh ...oh yah...mhm.. oh, Didiiii ..." Didi tidak berhenti. Dia terus menjilati puting saya, menggigit sedikit, menjilati dada saya lagi. Akhirnya lidahnya turun ke bawah lagi... Dia membuka celana Levis yang saya pakai. Sekarang saya hanya pakai celana dalam lagi. Didi mebukanya sedikit..hanya sedikit...Jembut di pangkal kontolku sudah kelihatan. Jembut itu dibasahinya dengan lidahnya. Wah .. ternyata Didi tahu apa caranya untuk merangsangkan cowok! Tadi pada saat bertemu saya kira dia masih naif, paling tahu bagaimana main sendiri. Ternyata dia pintar sekali. Umurnya baru 19, tetapi pengalamannya pasti sudah banyak ... Tak mungkin saya cowoknya yang pertama ... Tetapi .. bagus juga kalau begitu. Saya tak usah "mengajar" ... enak menikmatinya saja. Saya tahu ... sebentar lagi dia akan mencopot celana dalam saya. Pasti dia ingin melihat kontol saya yang sedang ngaceng lagi... Oh, saya hampir tak sabar lagi. Kapan dia akan membuka CD saya juga? Belum lagi! Sekarang lidahnya pindah ke paha saya... paha saya dijilatinya, dan ... wah, lidahnya masuk kebawah celana dalam, biji pelir saya dijilatinya juga! Wah .. ada lidahnya di buah pelir saya. Enak sekali rasanya! Saya merintih lagi, saya merenggangkan paha, saya mengangkat pinggul. Sejak mulai main, kami belum berbicara lagi. Tiba-tiba Didi mengangkat kepala. Saya mendengar suaranya: "Uwe, sekarang saya ingin melihat lagi apa yang tersembunyi disini!" Dan sambil tersenyum, dia mencopot celana dalam saya. Sekarang saya bugil. Telanjang bulat. Kontol saya yang ngaceng dan keras kelihatan. "Sekarang tak ada yang tersembunyi lagi", kata saya. Didi tidak menjawab. Didi memang tidak bisa menjawab ... Beberapa detik setelah melihat titit saya dia mulai mengulumnya. Kontol saya sampai pangkalnya didalam mulutnya. Saya bergoyang dengan pinggulku ... Lidahnya terasa di kepala kontolku. Saya benar-benar menikmatinya. Sambil mengulum kontol saya, Didi membelai biji pelir saya dengan jarinya. Dan karena saya merenggangkan paha saya lagi, jarinya pelan-pelan kebawah lagi. Wah, sekarang jarinya antara paha saya, sekarang sudah di pantat saya.... Pada saat itu saya merintih kuat ... "ooh..ehh...yaaaah .... Didiiiiii". Karena saya merintih kuat, kiranya saya sudah menjelang orgasme. Dia berhenti mengulum kontol saya. Sekarang dia menjilatinya ... mulai dari kepalanya .. terus sampai pangkalnya ... terus sampai biji pelir. Persis seperti saya tadi di gua itu. Dan jarinya selalu saya rasakan di pantat saya... Memang enak sekali dilayani begitu, tetapi saya ingin "bekerja" juga. Saya mau melihat Didi di keadaan telanjang bulat juga. Makanya saya duduk dan membuka bajunya. Didi hanya tersenyum. Matanya menatap saya. Wah ... kalau dipandang begitu, jantung saya berdebar lebih cepat lagi... Sekarang Didi telanjang dada. Seksi benar badannya.... Saya langsung mulai menjilati dadanya. Sekarang saya menetes di putingnya. Dan ternyata dia menikmatinya juga. Makanya saya lama "sibuk" di pentilnya... saya tak tahu beberapa lama, barangkali tiga, empat menit. Tetapi saya ingin menjilati semua badannya ... bukan hanya dadanya saja. Makanya lidah saya turun kebawah lagi.... ke perut ... Sambil perutnya saya jilati, tangan saya membuka celananya....Sekarang Didi hanya pakai celana dalam. Ada yang menonjolkan didalam celana ini. Tentu saya ingin melihatnya... Tetapi ada yang lain yang saya ingin melihat lebih dulu. Makanya saya meminta Didi menelungkup... Baru sekarang saya mencopot celana dalamnya. Wah ... bagus sekali pantatnya. Saya amat terangsang melihatnya. Tangan saya langsung mulai meremas-remas. Didi merintih nikmat sambil bergoyang-goyang dan sambil merenggankan kedua pahamu lebar-lebar biar semua bisa saya lihat ... biji pelirnya, bulu-bulu dibelakang bijinya, lubangnya ... semua kelihatan. Tanganku meraba-raba pantatnya, jari saya membelai buah pelirnya dari belakang, dan lidah saya sibuk juga di bijinya dan di pantatnya ... sampai nafasnya makin lama makin kuat. Sekarang Didi merintih seperti saya tadi: " ooh, eeeh, Uwe, teruuus, mmhm ...enak ... jangan berhentiiiiii ... teruuuuus!" Ternyata dia paling suka merasakan lidah saya di pantatnya dan di lubangnya... Tetapi .. saya mau melayani bagian badannya yang lain juga .. "Didi ... tolong telentang ..!" Didi langsung membalikkan badannya. Kontolnya ngaceng dan keras. Bagus bentuknya. Tadi di gua tidak begitu kelihatan, tetapi sekarang kelihatan semua: kepala kontol yang besar dan merah ... pangkalnya yang panjang ... biji pelirnya ... jembut yang belum begitu lebar .. Kulit Didi memang halus dan bersih ... dan itu yang saya sukai. Saya memang tidak suka kalau partner saya ada banyak bulu (seperti ada di badan saya sendiri... ). Melihat semua itu, nafsu saya tak bisa dikendalikan lagi. Saya langsung mulai mengulum kontolnya. Pada saat kontolnya masuk ke mulut saya, badannya gemetar. Saya mendengar rintihannya: " oooh...enak sekali ...Uwe, teruus, kuatlah, ooooh ..." Kontolnya sampai pangkalnya didalam mulut saya. Sambil mengulum tititnya, saya melihat perutnya yang bergoyang, saya merasakan kedua kakinya diatas pundak saya ... Supaya Didi tidak terlalu cepat mencapai puncak nikmatnya, saya berhenti dulu. Sekarang saya menjilati kontolnya. Lidah saya mulai di kepala kontolnya ... turun kebawah .. ke biji pelirnya ... antara pahanya. Kemudian keatas lagi.... Tiba-tiba saya mendengar suaranya: " Uwe ... saya ingin '69' ..." Itu memang saya ingin juga. "Oke ... dari samping dulu..", kata saya. Beberapa detik lagi kami sudah mulai dengan cara yang sangat merangsangkan itu. Saya mengulum kontolnya, mata saya melihat pahanya, bijinya, pantatnya dari dekat. Dan lidah Didi saya rasakan di kontol saya juga. kami saling mengulum dan menghisap kontol kami masing-masing... Nafas kami kian lama kian cepat ... Saya menikmati kemesraan yang kami alami. Tak ada tabu lagi ... Tangan Didi meremas pantat saya, tangan saya meremas pantatnya juga, lumatan lidah dan bibirnya terasa di kontol saya, di biji saya, wah---di pantat saya juga, sambil kontolnya keluar masuk mulut saya. Kita beberapa menit dalam posisi ini. Kadang-kadang saya berhenti mengulum kontolnya, saya mulai menjilatinya dari kepalanya sampai pangkal ... sampai bijinya. Didi demikian juga. Pada saat lidahnya turun ke buah pelir saya, saya selalu merenggangkan paha saya ... Tiba-tiba dia mengganti posisi. Saya menelentang, dia diatas tubuhku. Kontolnya persis diatas kontol saya. Kami saling bergoyang sambil mencium. Lidahnya didalam mulut saya lagi, matanya menatap mata saya dari dekat. Tangan saya meraba punggungnya...turun kebawah ... meraba pantatnya lagi. Didi mulai merintih. Kami bergoyang kuat, dua kontol saling menekan dan menggesek. Saya hampir tak bisa tahan lagi ... tetapi saya masih mau menikmatinya lebih lama. Masih banyak cara lain yang mau dicoba...! "Didi ... turun dulu...", kata saya. "Sekarang ada pengumuman!" "Ada apaaaa? Pengumuman.....? Apa maskudmu ...?", tanyanya. "Ada pengumuman", saya ulangi lagi. "Seperti di bioskop 21..." Didi kaget. Dia belum mengerti juga. Saya meniru suara yang biasanya terdengar kalau mau nonton di 21. Hanya kata-kata saya rubah sedikit: "Perhatian-perhatian! Pintu pantat saya sudah dibuka. Para kontol yang sudah pakai kondom dipersilakan masuk!" Didi mulai tertawa ... "Dimana loketnya? Cepat ... mana kontol saya ini bisa mendapat kondom?" Saya membuka laci disamping ranjang saya. Kondom dan jelly juga selalu saya sediakan... Didi langsung memakai kondom. Saya kira dia tidak menduga bahwa dia boleh mengewong saya. Dia senang sekali. Ternyata saya bukan cowok pertama yang diewongnya. Dia tahu caranya untuk memakai kondom, dia tahu juga bahwa bahwa dia harus pakai jelly ... Kontolnya dilumurinya dengan jelly itu ... "Uwe ... sekarang kamu harus nungging", katanya. Saya ikut perintahnya. Sambil nungging lubang pantatku dilumurinya dengan jelly juga. Wah ... enak benar rasanya... Didi memasukkan jarinya.. "Wah ... lubang ini sudah mengangga .. ", katanya. "Sudah seperti terowongan...Berapa kontol sudah masuk kesini ...?" Saya diam saja. Sebenarnya saya malu juga. Saya memang paling suka kalau diewong. Makanya sudah banyak lekong yang saya layani. Tetapi saya tidak menyadari bahwa hal itu begitu kelihatan. Tapi Didi memang pintar... "Sekarang saya tahu apa yang kamu butuhkan", tambahnya. Pada saat yang sama kontol Didi yang besar itu masuk ... sampai pangkalnya. Saya mulai merintih .. . Semua batang kotolnya terbenam dalam pantat saya.Titit Didi keluar-masuk, keluar-masuk, keluar-masuk.... Gerakan kontolnya meninggalkan gesekan-gesekan nikmat di seluruh dinding pantatku. Didi menikmatinya juga...terutama waktu saya mulai bergoyang dengan pantatku juga. Kami beberapa menit main didalam posisi ini. Saya yang nungging, Didi berlutut di belakang dan menusuk pantatku dengan gagahnya.. "Ohh... Didi .. enak benar tusukan kamu.. Kamu begitu jantan...", kata saya sambil merintih. Didi tidak bicara. Nafasnya mulai memburu: "oooh...hhhh...ohhh. waaah". Dia makin mempercepat gerakannya. "Didi .. jangan keluarin dulu.. Ganti posisi dulu...Tolong dari depan saja. Saya mau melihat muka kamu...!" Didi mencabut kontolnya .. tetapi hanya untuk sementara. Saya telentang, satu bantal dibawah punggung saya. Kaki saya diangkat Didi. Kedua kaki saya sekarang bersandar pada pundaknya. Didi langsung memasukkan kontolnya lagi. Gesekan yang nikmat melanda saya lagi... Saya dibawah Didi ... seperti seorang isteri yang melayani suaminya. Kami beberapa menit dalam posisi ini. Tiba-tiba gerakan Didi semakin cepat. Nafasnya keras memburu, ekspresi mukanya melihatkan kenikmatan yang sedang dialaminya. Saya tahu: Didi sedang menjelang orgasme ... "Didi ... oh .. tolong kontolmu dicabut lagi...." "ohhh...kenapa ...hhh ..?" "Saya ingin sekali melihat kontolmu saat kamu keluarin ..." "Oke...", kata Didi. Dia berhenti dengan goyangannya, dia mencabut kontolnya yang begitu keras, dia mencopot kondom, dan dia berlutut, badan saya antara dua pahanya. Saya mulai menjilati biji pelirnya. Satu tanganku membelai pentilnya, tanganku yang lain meremas pantatnya. Didi mulai mengocok kontolnya ... dia mempercepat kocokannya ... dan ... "Oooh ... Uwe, hampir, saya tak tahan lagi ... oooh ... mau keluarrrrrrr ... oooh, sekarang, sudah terasa ... phhhh, oohhh...!" Sambil mendengar jeritannya, saya melihat bahwa kontolnya memancarkan sesuatu yang kental dan panas. Pertama dahiku dan rambutku dikenai, kemudian bibirku, hidungku. Saya membiarkannya, karena saat ini membuktikan betapa mesranya hubungan kami... Baru sekarang Didi menyadari apa yang terjadi: "Oh, Uwe, maaf ..." Saya menyela katanya: "Jangan minta maaf. Saya menginginkannya justru begitu...Ini hadiah darimu..!" Didi tertawa. Dan waktu dia melihat bahwa kontolku masih ngaceng dan keras, dia mulai mengocok kontolku... "Saya mau melihat kamu puas juga...", katanya sambil mengocok. Dan sambil mengocok kontolku, Didi berlutut ... sekarang terbalik. Sekarang pantatnya diatas mukaku. Itu yang meningkatkan kenikmatanku. Saya melihat pantatnya dari dekat, saya merasakan satu tangannya di kontol saya dan tangannya yang lain di biji pelir ... ada cairan yang kental di bibirku dan di hidungku lagi .. "hadiah" dari Didi... Saya merenggangkan pahaku, saya mengangkat pinggulku, saya merintih .... Rasanya seperti melayang ... saya tak bisa tahan lagi .... "Oooh, Didi, Diiiiiid..." jeritanku pada saat peju sedang keluar. Kontolku memancarkannya jauh, sampai perutnya, sampai dadanya ... Dan Didi mengocok sampai akhirnnya. Kemudian dia membiarkan badannya jatuh ke depan. Pahaku menjadi bantal untuk kepalanya, kontolnya kurasa di dadaku. Kami berdua puaaaas ... lelah ... Kami beberapa menit begini...kemudian Didi mengganti posisinya. Tubuhnya tetap diatas tubuhku, tetapi sekarang kami saling menatap dengan mata. Kami tidak bicara. Kemesraan kami sekarang tidak membutuhkan kata-kata. Dalam posisi ini kami tertidur ... telanjang ... tanpa mandi dulu.... Setengah jam lagi Didi membangunkan saya. "Uwe ... saya mau pulang dulu..." "Sudah mau pulang?", tanya saya. "Saya ditunggu di rumah... Tetapi ... bagaimana ... ada lanjutannya? Apa besok pagi saya boleh datang lagi?" "Itu yang saya harapkan...", jawab saya. Dan harapan saya memang tidak sia-sia. Didi datang lagi... Dan dia mengajak saya berangkat ke Pangandaran. Menarik juga pengalaman kami disana. Tetapi ... itu cerita yang lain.... N.B.: Bagi teman-teman yang ingin memberi kritik, saran, atau sekedar mengajak kenalan tolong kirim e-mail ke "cowok@hotmail.com". Siapa tahu ... barangkali kita bisa bertemu juga. Walaupun saya hidup di Jerman, saya memang sering ke Indonesia.... Due to international translation technology this story may contain spelling or grammatical errors. To the best of our knowledge it meets our guidelines. If there are any concerns please e-mail us at: CustomerService@MenontheNet

###

3 Gay Erotic Stories from Uwe Reytel

Pertemuan di Kawah Putih, Bagian 1

Rasanya capek..lelah ... Habis meong memang begitu...apalagi kalau satu malam sampai tiga kali... Ternyata Ricky capek juga. Kami belum mandi...kami masih di ranjang, telanjang bulat... Indah sekali permainan tadi...aku menikmati semuanya. Ricky tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kenikmatanku. Wah....aku sekarang puaaas....Pantatku memang masih terasa sakit

Pertemuan di Kawah Putih, Bagian 2

Sekarang Ricky sudah puas, tapi Ijul belum. Dan Benny dan aku juga tambah terangsang setelah menyaksikan adegan yang hot itu antara Ricky dan Ijul. "Oke ... Uwe... sekarang tak ada alasan lagi...Sekarang kamu harus siap untuk ditempong", kata Benny. "Bagaimana dengan Ijul?; tanyaku. "Ijul belum keluarin juga...". "Itu tugasmu juga", jawab Benny. "Sambil kamu menikmati tusukan

Semuanya Mulai di Gua Jepang ...

Semuanya mulai di gua Jepang ... By Uwe Reytel Sambil minum kopi dan makan kue di toko Canary, saya mengingat apa yang sudah saya alami selama saya di Bandung. Wah .. asyik juga... Baru kemarin malam saya datang dengan bis dari Jakarta. Waktu itu saya belum punya kenalan di kota ini. Dan sekarang ... ? Paling ada Irwan ...! Memang baru kenal ... tetapi pertemuan kami yang

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story