Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Kesempatan

by Truman


Malam itu aku sedang sendirian di tempat kost. Kubaringkan tubuhku di atas ranjang. Penat tubuhku langsung hilang. Tiba-tiba telepon berdering. Ternyata dari temanku Beni. Dia mengajakku untuk menginap dirumahnya. "Okelah", pikirku. Lagipula aku lagi nggak punya kerjaan di tempat kost. Kulajukan kendaraanku sampai ke rumahnya. Ternyata Beni telah menungguku di teras rumah. Tubuhnya yang tinggi besar hanya menggunakan kaus tipis dan celana tipis yang pendek sekali. Sinar lampu memantulkan bayangan kontolnya dibalik celana itu. Tampak bulu dadanya menyembul sedikit disela-sela kaus tank-topnya itu. "Masuk, Ham", serunya. "Di rumah gua lagi nggak ada orang, aku kesepian nih." Dia langsung duduk di atas kapet tebal dengan gaya seenaknya. Tak sengaja terlihat sedikit kepala kontolnya yang berwarna merah. Kulirik sekilas lalu aku berpaling ke tempat lain. Kami menonton TV bersama sambil ngobrol kesana-kemari sampai tak terasa sudah tengah malam. "Ben, aku nggak bisa tidur nih kalau pake pakaian lengkap begini," kataku sambil menunjuk pakaianku. “Ya sudah, buka saja, nggak ada orang ini. Gua aja pake begini aja." Kubuka satu-persatu kancing bajuku. Dadaku yang bidang dengan bulu-bulu halus diatasnya sampai ke pusar terlihat dengan jelas. Makin kebawah makin lebat. Beni memandangku tanpa kedip sehingga aku jengah. "Kenapa, Ben?" tanyaku dengan suara berat. "Kamu macho juga, Ham." "Ah, biasa aja." Selanjutnya kubuka jeans ketatku dan tinggal celana dalam tipisku saja yang tertinggal. Di bawah sinar lampu terlihat jelas bayangan kontolku yang belum ngaceng. Beni menelan ludahnya. Bunyi nafas yang keluar semakin keras. Dengan cueknya aku langsung berbaring di atas karpet. "Ben, kamu belum mau tidur?" Beni mendekati diriku dan merapatkan tubuhnya disampingku. Nafasnya memburu di dekat telingaku dan itu membuat kontolku jadi ngaceng banget. Celana dalamku tak mampu menampung kontolku yang panjangnya 16 cm sehingga menyembulkan kepalanya. Beni langsung mengelusnya pelan-pelan. Kunikmati benar elusannya. Tangan Beni kemudian tidak hanya mengelus kepala kontolku yang halus itu, tetapi terus dengan batangnya. Kupegang kontolnya yang masih ditutupi celana pendeknya itu. Kontolnya sangat tegang, tak sabar langsung saja kubuka celananya. Dan terlihat kontolnya itu panjang dan besar sekali. Kira-kira 20 cm. Warnanya yang coklat bersih membuat nafasku tak beraturan. Kudekatkan mulutku dan langsung menghisapnya. Desah pelan terdengar dari mulut Beni. Semakin kuat aku menghisapnya dan semakin dalam. Karena kontolnya besar, tak semua dapat masuk kemulutku. Kujilati bijinya dan desahannya semakin keras. Bulu jembutnya yang hitam mengkilat membuat aku semakin terangsang. Semakin cepat kontolnya masuk dan keluar dari mulutku. Tiba-tiba aku dibaringkannya. Dan diapun mulai menghisap kontolku yang sedari tadi sudah ngaceng. Aku pun mendesah keras, dan akhirnya menyemburlah air maniku. Tak lama ia pun mengeluarkan air maninya. Malam itupun menjadi malam terindah bagiku, dan aku langsung tertidur pulas.

###

2 Gay Erotic Stories from Truman

Desa Tercinta, Desa Terlarang

Liburan smester lalu Idham ingin sekali pergi ke desa orangtuanya. Ia ingin menghirup udara segar, menghilangkan stres yang menghimpitnya selama ini.Ia belum pernah ke desa orangtuanya itu, meski neneknya masih menetap disana. Hal itu pula yang membuat keinginannya untuk pergi ke desa begitu menggebu-gebu. "Kangen sama nenek," katanya saat ditanya Papinya. Bis yang ditumpangi

Kesempatan

Malam itu aku sedang sendirian di tempat kost. Kubaringkan tubuhku di atas ranjang. Penat tubuhku langsung hilang. Tiba-tiba telepon berdering. Ternyata dari temanku Beni. Dia mengajakku untuk menginap dirumahnya. "Okelah", pikirku. Lagipula aku lagi nggak punya kerjaan di tempat kost. Kulajukan kendaraanku sampai ke rumahnya. Ternyata Beni telah menungguku di teras rumah. Tubuhnya

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story