Gay Erotic Stories

Peristiwa ini terjadi saat hall tempat saya berlatih sudah sepi dan hanya tinggal kami berdua saja disana. Sesuatu yang tidak pernah aku duga sebelumnya dapat terjadi ... Nama saya Hari, tinggi saya 170cm dengan berat 63kg. Saya seorang atlit gulat, saya sangat menyukai gulat. Waktu berlatih saya sering memperhatikan tubuh kawan-kawan. Pakaian gulat yang menempel kulit dan minim itu benar-benar menonjolkan bagian-bagian tubuh dengan jelas. Apalagi melihat kawan-kawan berotot kekar, tapi yang paling saya suka adalah melihat punting susu mereka yang hanya sedikit terlihat di dada bidang mereka yang kekar dan tonjolan-tonjolan kontol mereka. Melihat punting susu mereka dalam pakaian seperti itu menimbulkan sensasi tersendiri buat saya. Terkadang ada yang memiliki punting susu yang kecil kecoklatan dan ada yang berpunting besar terlihat tegak berdiri. Hmm... saya sering susah untuk menjaga kontol saya, biasanya kalau tidak tertahan lagi saya pergi ke WC dan ngocok. Dari semua teman gulat saya, saya ingin sekali ngesex dengan Jeri. Orangnya sedikit lebih tinggi dari saya dan terlihat lebih kurus namun berisi otot tapi yang paling menarik perhatian adalah kontolnya yang terlihat besar. Hari itu terasa membosankan. Saya harus pulang paling malam karena pelatih menyuruh saya terus berlatih. Tapi tanpa disangka ternyata Jeri juga belum pulang. Kamipun sparring bersama. Ternyata dia lebih hebat dari saya. Dan diapun mengajari saya. Dia memegang tubuh saya menunjukkan teknik memegang dengan baik. Sentuhan inilah yang kuinginkan, sentuhannya menembus kostum gulat katun (yang berbentuk seperti celana monyet pendek itu) menyentuh kulit langsung. Tanpa terasa perhatian saya teralihkan ke matanya, dan tanpa terasa juga kontol saya tegang membentuk tenda besar. Jeri berhenti dan juga membalas pandangannya. Tanpa kata-kata lagi kucium bibirnya dan berbisik kata-kata cinta. Jeri diam saja ... hanya membalas ciumanku. Kuciumi terus mukanya dan makin lama bergerak ke bawah menuju punting susunya yang kecil kecoklatan. Tanganku meraba punggungnya yang keras berotot, menelusuri ke bawah menuju pantatnya. Kuremas-remas bongkahan pantatnya yang gempal itu, jariku menelusuri belahannya dan mengusap-usap lubang anusnya yang berbulu. Jeri melenguh pelan. Jariku kumasukkan ke dalam lubang anusnya dengan mudah, rupanya dia seorang gay juga. Sayapun makin tidak dapat menahan birahi lagi, baju gulat kami kutanggalkan dan langsung melorot di kaki. kami berdua telanjang di hall dengan hanya memakai sepatu dan baju gulat kami di kaki kami (ternyata kami berdua juga tidak suka memakai cd waktu bergulat). Tanpa basa-basi lagi kumasukkan kontolku ke dalam anusnya. Anusnya ternyata sudah longgar ditambah keringat kami sebagai pelicin, kamipun ngesex dengan nikmat. Keluar masuknya jadi gampang gerakkan kupercepat, saya takut ketahuan orang ngesex di hall tapi itu memberikan sensasi tersendiri juga. Kontolku memuncratkan air maniku ke dalam Jeri. Jeri yang dari tadi kukocok kontolnya juga sudah mau keluar. Cepat-cepat aku ke depan kontolnya. Waktu Jeri orgasme, pejunya mendarat di mukaku membasahi kening dan pipiku. Ku ambil dan kujilati, Jeri juga membatu membersihkan. Kami cepat-cepat menaikkan baju gulat kami dan Heri menawarkan aku berbenah di rumahnya dan aku sih setuju aja. Ngesex kami akan berlanjut tapi nanti saja deh ceritanya ... Due to international translation technology this story may contain spelling or grammatical errors. To the best of our knowledge it meets our guidelines. If there are any concerns please e-mail us at: CustomerService@MenontheNet