Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Berenang Bersama Sahabat

by Paul Rudd


Aku mengenal Tommy belum lama, kira-kira baru sekitar dua bulan. Kami bertemu sewaktu kami sedang berada di sebuah mal di Jakarta. Waktu itu aku hendak naik lift, dan dia berdiri di depanku, juga sedang menunggu lift yang sama. Saat itu, aku tertarik untuk berkenalan dengannya, dan jadilah kami berkenalan. Siang itu kami makan siang bersama di sebuah kantin tidak jauh dari mal tersebut. Tommy memberikan aku nomor teleponnya, tetapi dia berkata dia sering tidak ada di rumah (dia tinggal bersama kakaknya yang sudah berkeluarga), dan kalaupun ada biasanya malam hari. Kami bertemu hanyalah seminggu sekali, karena Tommy masih kuliah, dan hanya punya waktu luang satu hari saat dia libur. Dia berusia 24 tahun, kulit putih bersih, dengan mata dan alis yang sangat bagus. Ia selalu berpenampilan rapi dan cukup modis juga. Tetapi pertemuan kami tidak selalu bisa terjadi setiap minggu, terkadang sampai 2-3 minggu tidak ketemu. Itupun cuma terbatas di mal kami dan hanya berlangsung sekitar 1-2 jam saja, hanya sekedar ngobrol-ngobrol di bangku atau makan siang. Setelah itu dia harus pergi lagi. Sepanjang minggu, aku selalu merindukan dia. Aku sebenarnya senang dengannya dan sangat ingin bisa menjadi pacarnya, tetapi aku masih belum berani mengatakannya padanya. Dia sendiri sekarang sedang "kosong". Dia sudah putus dengan pacarnya yang lama karena pacarnya itu punya kekasih baru lagi. Tommy suka berenang, dan kebetulan aku juga dulu senang berenang juga, tapi kami belum punya waktu untuk berenang bersama. Hal inilah yang selalu kunantikan dan kubayangkan selalu. Akhirnya, kami punya waktu bersama dan merencanakan untuk berenang minggu depan. Waduh, alangkah lamanya penantianku! Satu minggu rasanya seperti seabad saja, aku selalu menanti hari demi hari dengan tidak sabar. Alhasil, datanglah hari yang ditunggu-tunggu. Kami berjanji bertemu di suatu tempat setelah dia pulang kuliah. Aku sendiri sekarang sedang menganggur, baru saja tamat dari perguruan tinggi, jadi kira2 aku 1-2 tahun lebih tua dari my friend Tommy. Akulah yang tiba lebih dulu, kemudian setelah dia muncul, kami langsung cabut ke gelanggang renang Ancol. Sore itu kami nikmati bersama. Kami berenang, mencoba tiap-tiap kolam renang yang ada di Ancol. Kami ke kolam arus, kolam ombak, bermain arus dan bermain ombak. Kami juga tak melewatkan kesempatan meluncur naik spiral. Kebetulan kolam spiral sepi. Setelah kami naik tangga yang tinggi, kami mulai meluncur ke bawah bersama-sama, aku di depan, dia di belakang. Mula-mula kami duduk, Tommy menempel di belakangku dan kedua tungkainya setengah melingkari pinggulku (kan aku yang di depan!). Setelah kami mulai meluncur, lama-kelamaan kami jadi mulai berbaring, mengikuti arah arus yang semakin kencang dan mengikuti kelokan-kelokan di spiral itu….lama-lama, kepalaku akhirnya berbaring tepat di selangkangan Tommy, dan saat itu aku rasakan toolnya sudah agak mengeras. Aku nikmati saja perasaan kerasnya tool dia di belakang kepalaku, sekali2 kepalaku terantuk2 dan membentur2 toolnya itu, tetapi aku biarkan saja, dan diapun tampaknya tidak berkeberatan. (O ya, selama ini memang kami belum saling ‘ngapa-ngapain", hanya sekedar berjabat tangan kalo ketemu dan kemudian ngobrol. Tommy pernah bilang, dia tidak suka dengan "seks instan", yaitu baru kenal langsung ngeseks. Dia bilang itu kesannya murahan. Dia maunya sudah kenal dulu dengan baik, baru mulai pelan2 hal itu terjadi dengan sendirinya, dan tidak usah dipaksakan. Aku sebenarnya sudah lama ingin ngeseks sama dia, cuma berhubung dia bilang begitu, aku jadi takut dia nggak suka sehingga aku menahan perasaanku yang sudah begitu menggebu-ngebu (duh, nggak kuat bo!!)). Setelah berenang beberapa lama dan sempat "cuci mata" melihat orang lain dalam baju renang dengan bodi yang bagus-bagus (tentunya cowok donk!! Haha…cewek2 biar seseksi apapun yang lewat..duh..cuekin ajah…malah kami sebel kalo ngeliat cewek yang rada2 genit dan terkesan menjual diri….duh..sori yach, ngelirik sedikitpun nggak deh! Ogah!!). Kami berdiskusi membicarakan cowok2 ganteng berbodi bagus yang kami lihat sepanjang kolam renang, ngomentarin sana-sini, ngalor-ngidul… Kembali ke kejadian di spiral, cuma sebatas itu aja kok…selebihnya aku masih belum berani. Akhirnya, tibalah saat kami berbilas. Aku mengusulkan kita berbilas di tempat bilas keluarga dengan air hangat. Memang kudu mesti bayar sih, tapi ini sudah bagian dari rencanaku yang udah kususun mateng2 (sampe ampir gosong malah!! ...hahaha..): aku pengen mandi berdua dengan dia di tempat yang tertutup (duh, moga2 doi nggak keberatan yach!!). Dengan berdebar-debar aku menunggu jawabnya…dan…yess!!! Dia setuju cing!! Duh, betapa girangnya aku! Dengan bergegas (sebenernya aku sih yang bergegas nggak sabaran..doi terpaksa ngikutin langkahku yang cepet dan jauh-jauh..hihihihi!) kami segera menuju tempat bilas. Setelah urusan administrasi beres, kami dipersilakan masuk dan memilih sendiri kamar bilasnya. Kami memilih yang paling ujung, ada pintunya. Kami masuk, ruangannya cukup luas, di ujung ada undakan dari porselin putih tempat menaruh pakaian, juga ada dua buah keranjang buat tempat pakaian. Lalu di dinding ada dua shower, yang bisa air panas dan dingin. Mulailah kami mandi, tapi masih pake celana renang. Diam-diam aku ngelirik ke arah celana renangnya, tampak "adik"-nya masih "tidur", celananya tampak menonjol sedikit. Aku sendiri sudah ngaceng berat, sampe2 aku kudu mesti pura2 ngebalik badan supaya dia nggak ngeliat tonjolan keras di bawah celana renangku yang kebetulan model kolor ketat (yang model celana pendek entah ke mana, padahal aku punya, lagi diperluin biasa..nggak tau ada di mana!). Kontolku sudah hampir nggak kuat menahan tegangnya, sampe2 hampir menyembul dari celanaku, tapi kugeser2 hingga setir kiri, duh, sakit juga cing, nahannya! Kami mandi biasa, sabunan, keramas, dsb. Dia tampak tenang2 aja, sementara aku gelisah terus karena menahan ngacengnya tititku ini, belon lagi ditambah bulu2 jembutku yang ketarik-tarik…duh…nggak kuat deh!! Kemudian aku angkat bicara: "Tom, elu…." (gua kaget juga, kok suara gue rada serak dan tercekat, rupanya menahan nafsu yang tak terbendung..tapi cepet2 gua atur napas dan lanjutin), "Eh, Tom, punggung lu mau nggak gua sabunin, kan nggak nyampe….kalo berenang bilasnya harus bersih banget lho, kalo nggak nanti panuan..hehe….bisa jadi iklan: Idih, Fanu!! (gue ikutin gaya ngomongnya yang di iklan tv itu lho) !" Tommy ketawa terbahak2, sampe bahu dan kepalanya terguncang2, lalu mengangguk2 sambil masih ketawa, menjawab: "hahaha…he-eh..boleh kok….hahaa…nanti gantian deh, elu kan juga jangan sampe fanuan! Hahaha…" Lalu aku mulai menyabuni punggungnya, pelan-pelan, sambil membelai-belainya mesra. "Bodilu bagus lho Tom, kekar, elu fitness yach…" kataku. "Ah, nggak juga, mana, jelek gini…buktinya nggak laku!" bantahnya. "Ah, nggak kok, bagus, otot-otonya juga keras dan kuat," kataku lagi sambil meremas otot bisepsnya, otot lengan atas. Lalu aku pegang dadanya, "tuh, dadalu juga mantep, keras, perutlu juga kotak-kotak, kayak perut superman, pasti sering sit up!" sambil berkata gitu aku terus memegang tiap bagian yang kusebutkan. Tommy diam saja. Merasa mendapat lampu hijau, aku mulai berkata lagi: "putinglu bagus deh, boleh nggak gue isep Tom?". Dia nggak menjawab, hanya mengangguk pelan. Mungkin dia juga udah mulai terangsang, atau udah pasrah gue apa-apain juga. Lagu pentilnya langsung gue kulum, gue isep dan gue jilat-jilat pelan, melingkar-lingkar. "Ah…oh…" Tommy mendesah sambil menggelinjang kegelian……"udah..eh…udah…duh, geli deh…ahhh…" katanya sambil narik-narik rambut gue supaya gue lepas dari pentilnya. Rupanya dia kegelian. Gue lepas pentilnya, tapi langsung gue turun ngejilatin perutnya, pusarnya yang basah kena air hangat. Dia mendesah-desah lagi kegelian. Lalu tangan gua mulai meraba-raba celana renangnya. Dia diam saja. Gue pegang toolnya dari luar, gue remes-remes, lalu gue gigit-gigit pelan toolnya dari luar. Gue bisa merasakan tool itu mulai mengeras di balik celananya. Lalu, dengan hampir tak terdengar (lagi-lagi suara gue tercekat) gue bilang: "Nggak papa yach gue buka celana elu…". Dia nggak menjawab, tapi gue juga nggak perlu dan nggak butuh tunggu jawaban (penis gue sendiri terasa sudah ngeluarin sedikit pre-cum, cuma setetes, bening, tapi doi masih dalam celana kok!). Langsung ajah gue pelorotin celananya, dan dia ikut ngebantuin sampe turun semua, jatuh, dan dia angkat kaki-kakinya hingga celana itu lepas dari tubuhnya. Sekarang, Tommy berdiri bugil, tanpa sehelai benangpun di hadapanku. Aku sendiri berlutut tepat di depan penisnya yang sudah full-erect. Bentuknya bagus, rapi, alur-alur bekas sunatnya terlihat rapi (punyaku sendiri rada geradakan di bagian bawah, jam 6… mungkin waktu ngejahitnya dokternya gemeteran kali..hihihi..buka rahasia nich!!). Panjangnya kurang lebih 16-17 cm, diameternya cukup besar. Warnanya lebih gelap dari kulit sekitarnya, tetapi nggak hitam banget, masih kecoklatan, dan kepalanya agak lebih besar sedikit, berwarna putih kemerahan..pokoknya bagus deh!! Jembutnya juga tersusun rapi, lebat di pangkal penis lalu beralur rapi sampe ke pusat, makin jarang, sampe berhenti sedikit di atas pusat (habis maksudnya…). Aku genggam kontol Tommy dengan tangan kanan, kurasakan dia berdenyut-denyut dalam tanganku….rasanya nikmat sekali. Lalu dengan tak sabaran aku masukkan tool itu ke dalam mulutku, dan aku kulum dengan penuh gairah…aku hisap-hisap dan aku jilat-jilat. "Ah..ah..ahhhh…." Tommy mendesah-desah penuh kenikmatan. Lalu aku mengulum bijinya, gantian satu demi satu, tapi dia nggak tahan dan teriak-teriak kegelian…"ah..udah..udah…geli..hahah..jangan..duh…geli..!". Akhirnya aku pindah lagi ke penisnya, aku geluti dan aku isap-isap dengan penuh nafsu. Mulutku kutarik maju-mundur, sambil terus mengisap-isap dan menjilati kepala kontol yang indah itu….. "Ah..ahh…shhh..sshhh…" tommy terus mendesah, sekarang dia juga mulai memaju-mundurkan pinggulnya, mengikuti irama maju-mundurnya mulutku….Jadi, aku mengisap, dia memompa… "Terus..terus..shh…ahh…sshh…" desahnya nikmat. Aku terus mempercepat gerakan maju-mundurnya kepalaku, sambil sekali-sekali aku berhenti dan kukenyot/kuhisap kuat-kuat kepala kontolnya sampe dia jinjit-jinjit kegelian… "Aduh….Rudd…duh….mau..mau keluar nih…sshh…" kata Tommy terbata-bata… Aku tidak memperdulikannya, malah semakin ganas aku hisap dan kukemut-kemut kontolnya itu yang semakin berdenyut-denyut itu…. Akhirnya….crot…crooot…croottt! menyemburlah cairan putih kental Tommy ke dalam mulutku bagai lahar panas yang menyembur, sampai menyentuh dinding belakang mulutku, kencang, dan sekitar 7-8 kali semprotan, sementara kontolnya terus berdenyut-denyut di dalam mulutku….Cairan mani Tommy aku telan dengan rakus dan lahapnya, rasanya dan baunya sangat khas, begitu jantan dan nikmat…duh…telah begitu lama aku tidak merasakan nikmatnya cairan mani seorang lelaki jantan! Aku seperti orang kehausan di gurun pasir. Cairan putih itu kureguk habis tanpa sisa, sebagian mengalir keluar melalui pipiku karena terlalu banyak, lalu aku usap dengan jariku dan aku jilat juga jariku itu…kepala kontolnya aku jilat sampai bersih, bahkan batangnya aku peras-peras, sambil menanti sisa-sisa mani yang masih ada di saluran kencingnya, begitu keluar setetes di ujung kepalanya, aku jilat dan kulahap lagi sampai kering tak bersisa. "Ah…ah…." , desah Tommy…"Rudd..sori yach…kamu jadi kemakan beju aku…" katanya dengan nada meminta maaf. "Nggak apa-apa, aku suka kok, rasanya enak banget, " jawabku sambil tersenyum dan menghapus sisa-sisa beju Tommy yang masih nempel di pipi dan jari-jariku…."Thanks yach…Rudd…" kata Tommy kembali…."your welcome," balasku…"Aku juga thanks karena kamu mau aku service…aku takut kamu nolak….", sambungku lagi…. "Trus kamu sendiri gimana…tuh.. pasti udah ngaceng berat deh….", kata Tommy lagi… "Iya tuh..gimana yach…rasanya udah mau meletus ke luar nich..", jawabku jujur saja. "Sini, gantian, aku yang keluarin punya kamu….", kata Tommy sambil mau membuka celana renangku. "Aku is…,"…kata-katanya terpotong, karena tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu ruangan bilas kami. "Tok..tok..tok!!", duh, kami berdua terperanjat dan kaget setengah mati. "Duh, gimana nih…kita rupanya kelamaan.." kataku setengah menjerit… "iya yach..aduh, kita harus buru-buru…tapi gimana dong kamu…aku kesian sama kamu, soalnya aku tahu pasti sakit nahan ngaceng seperti itu terus…", kata Tommy dengan nada menyesal. Karena kaget, toolku langsung jadi lemes, lalu aku melanjutkan, "nggak apa-apa, yach udah kita cepet-cepet ajah, kali banyak orang yang ngantri, nanti kita malah dimarahin dan dicurigain orang lho…" "Trus kamu gimana?" tanya Tommy lagi. "Terserah kamu, kapan-kapan mau di mana..pokoknya kamu utang lho sama aku..", kata aku sambil tersenyum setengah bercanda.. "iya deh..aku emang berhutang budi sama kamu…aku janji pasti kalo ada kesempatan lain, aku dulu deh yang servis kamu…mau gaya apa ajah..ok, silakan….", sambung Tommy. "Kamu nggak keberatan? Ini bukan seks instan kan yach? Kita kan udah lumayan kenal,", kataku lagi. "Oh, nggak kok, aku malah suka sama kamu Rudd, kamu orangnya baik banget dan setia sama teman. Aku malah pingin kalo kamu bisa jadi pacarku, mau nggak?" tanya Tommy. Wah, ini dia kata-kata yang selama ini aku tunggu-tunggu!! "Duh, aku mau sekali Tom! Kenapa nggak dari dulu ajah?? " kataku senang. "He..hehe…selain itu, kamu jago banget dalam hal seks oral..aku suka cara kamu…kita bisa sering-sering mengulanginya lagi, ok, my darling?!!", jawab Tommy. Lalu aku segera memeluknya, erat, mesra, bibir kami saling bertautan, berciuman penuh gairah cinta dua kekasih yang baru saja memadu asmara. Rasanya pelukan dan ciuman ini tak akan kulepas selamanya, tetapi, kemudian menyusul bunyi ketukan yang tadi…"Tok! Tok! Tok!!!", kali ini lebih kasar dan lebih keras, memecah keheningan yang diciptakan oleh dua insan yang sedang dimabuk cinta ini……………. Sekian dulu yach…kalo para pembaca senang dengan gaya ceritaku, atau mau kontak lewat e-mail…silakan kirim saja ke: paulrudd75@hotmail.com Aku tunggu lho!!

###

1 Gay Erotic Stories from Paul Rudd

Berenang Bersama Sahabat

Aku mengenal Tommy belum lama, kira-kira baru sekitar dua bulan. Kami bertemu sewaktu kami sedang berada di sebuah mal di Jakarta. Waktu itu aku hendak naik lift, dan dia berdiri di depanku, juga sedang menunggu lift yang sama. Saat itu, aku tertarik untuk berkenalan dengannya, dan jadilah kami berkenalan. Siang itu kami makan siang bersama di sebuah kantin tidak jauh dari mal

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story