Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Andre dan Si Gondrong, Part 1

by Prince chakran


Hi kenalin, nama aku Andre. ASL? 21 tahun, laki-laki tinggal di Jakarta. Tinggi 175 cm berat 63 kg. Tampang lumayan, malah orang bilang cute mirip Aaron Kwok. Kulit putih karena aku keturunan Chinese, rambut hitam lurus agak gondrong, dibelah tengah, ujung poninya jatuh di bawah kuping. Rambutku halus, sampai kalau nunduk, semua poni jatuh ke depan. Bikin gemes orang aja, pengen membelai. Aku kuliah di salah satu universitas swasta jurusan Teknik Sipil dan sekarang lagi kerja praktek di proyek pembangunan gedung kantor. Sampai umur segini, aku belum pernah punya cewek. Cewek yang naksir aku nggak terhitung banyaknya. Tapi mereka semua nggak tahu kalo sebenarnya aku lebih tertarik sama cowok. Tapi karena bawaan ku yang macho, mereka nggak bakal nyangka. Pengalaman ama cowok apalagi, belum pernah sama sekali. Paling bisanya membayangkan sambil onani di kamar tidur atau dibawah shower. Aku senang banget kerja praktek di proyek pembangunan gedung kayak gini. Aku bisa puas melototin para pekerja bangunan. Biasanya, karena panas mereka suka kerja sambil telanjang dada. Dari semua pekerja yang ada di proyek itu, ada satu yang jadi favorit aku. Tingginya sekitar 180 cm berat kurang lebih 75 kg lah. Badannya nggak terlalu gede tapi berotot, kulitnya coklat kebakar matahari, perutnya kotak-kotak berotot karena sering kerja berat. Mukanya cukup ganteng buat pekerja bangunan, manis lah. Yang paling aku suka rambutnya, gondrong lurus lewatin bahu. Kadang dilepas, tapi lebih sering diikat ekor kuda. Kalau lewat dekat dia, aku suka curi2 pandang, dan kayaknya dia tahu kalau aku suka dia. Dia bakal balas menatap dengan matanya yang tajam. Bikin aku grogi dan lemes aja. Tiap sore jam lima, mereka bakal selesai kerja dan ramai-ramai mandi di pancuran tempat mandi terbuka di sudut proyek itu. Biasanya aku sudah siap di tempat strategis di lantai dua. Sambil duduk di situ, aku jelas sekali lihat mereka semua mandi di bawah, tapi mereka nggak bisa lihat aku. Yang aku tunggu ya pasti si Gondrong. Tapi hari itu, jam setengah enam lebih dan hampir gelap, si Gondrong kok belum mandi juga ya? Pancuran mulai sepi. Wah, barangkali Si Gondrong hari ini langsung pulang nih, nggak mandi dulu. Baru aja aku bangun dari duduk mau pulang, tiba2 si Gondrong muncul. Merasa sendirian, si Gondrong nyantai saja mandinya. Pertama dia lepas ekor kudanya dan makin keliatan sexy dengan rambut gondrongnya yang terurai lepas. Pelan dia buka kaos kerjanya, terlihat perutnya yang kotak-kotak berotot. Lalu dia buka celana jeansnya, dan terakhir celana dalamnya. Sekarang dia polos, telanjang bulat. Aku reguk semua keindahan badannya. Baru kali ini aku bisa puas memandang dia dengan jelas tanpa gangguan. Saat balik badan untuk buka keran shower, pantatnya yang bulat kelihatan keras berotot. Sambil berdiri di bawah air mengalir, perlahan dia basahi rambutnya, ambil sachet shampoo dan keramas. Setelah busa shampoo bersih, ganti badannya yang dia sabuni. Tangannya menjelajah tiap senti tubuhnya. Busa sabun melimpah. Aku menahan nafas, sambil membayangkan tanganku yang mengerayangi tubuhnya. Aduh… Tangannya menyabuni dadanya yang bidang, puting susunya kelihatan keras di tengah bulatan coklat tua segede koin seribuan. Dari dada, tangannya turun menjelajah tiap kotak perutnya. Setelah itu turun lagi menuju semak bulu kemaluan yang lebat menghitam, terus menuju batang kontolnya. Perlahan dimainkannya kontol itu, ditarik-tarik perlahan. Aku makin nggak bisa nafas saking tegang. Akibat permainan itu, kontolnya makin membesar, semi ereksi. Belum bangun semua saja panjangnya sudah sekitar 15 cm, diameternya segede paralon 5 cm dan yang paling istimewa adalah kepala kontolnya yang mirip jamur raksasa, gedeee banget. Ya Tuhan… aku sampai nggak percaya dengan mataku sendiri lihat kepala kontolnya. Mataku langsung berkunang2. Oh my God…. Si Gondrong mainin kontolnya dengan perlahan, kelihatan sekali dia menikmati. Matanya kadang merem. Ini live show khusus buat aku, seakan dia tahu aku nonton di situ. Makin lama kontolnya makin besar dan keras, sampai ereksi full. Panjangnya sekitar 20 cm dan diameternya segede botol soft drink. Air shower terus mengguyur badannya. Aku makin nggak tenang dan mau pingsan. Tangan si Gondrong sibuk mengocok batang kontolnya. Sementara dadanya naik turun, nafasnya makin tersengal-sengal nggak teratur. Tiba2 dia mematikan keran dan menghilang, bersender di bagian tembok yang nggak kelihatan dari atas. Duh, padahal bentar lagi dia klimaks nih. Sialan! Nggak mau rugi, aku cepet bangun dan nyaris lari turun tangga ke bawah. Aku mau lihat klimaksnya! Tanpa sadar aku setengah lari menuju daerah shower itu. Karena aku nggak tahu persis dia nyender dimana, pas tikungan tembok aku malah nabrak si Gondrong. Gubraaak! Dia kaget karena dengar orang lari dan makin kaget lihat aku nabrak dia. Karena beban badan aku, dia terdorong ke dinding dan otomatis aku jatuh ke pelukannya. Dengan sigap dia tangkap badan aku supaya nggak jatuh. Sesaat kita berdua diam, kaget dan nggak sadar apa yang terjadi. Beberapa detik kemudian terasa hembusan nafas panas dekat pipi aku. Aku nengok ke atas dan mataku ketemu mata dia. Belum pernah aku berhadapan sedekat ini dengan si Gondrong. Tiba-tiba semua jadi jelas lagi. Terasa juga kontol gedenya yang keras itu mengganjal di dekat perutku. Aku tersentak, malu dan ingin lari kabur. Merasa aku ingin lari, ditangkapnya tanganku. “Eeeh!!! Mau kemana lu!”, kata si Gondrong. “Enak aja mau kabur abis ganggu acara orang!” kata dia lagi sambil terus memandang aku tajam. Tiba-tiba dia sadar. “Hey, gua kenal elu! Elu anak praktek yang suka liatin gue kerja kan?! Kenapa? Lo suka ama gua?” kata dia lagi sambil narik badanku ke pelukannya. Aku makin meronta pengen kabur, tapi dia makin kenceng meluk aku. “Ngapain lu jam segini blom balik? Abis ngintip gua lu?” Ditatapnya mata aku tajam2. Oh Tuhan, dari deket mukanya benar-benar jantan. Dagu dan janggutnya penuh bulu kasar karena belum cukur. Aku makin nggak bisa ngomong, diam seribu bahasa, dadaku makin deg-degan nggak karuan. Tiba-tiba aja bibirku dilumat, dikulumnya bibir bawahku, tangan kanannya menjambaknya rambutku, menahan kepalaku supaya nggak bisa mengelak. Aku kaget dan meronta, nggak pernah nyangka akan begini jadinya. “Hmmmm… Hmmmm….” Aku meronta, menolak. Tapi semakin menolak, semakin ganas dia. Bibir bawahku dikulum dengan kasar, lidahnya menjulur paksa masuk ke rongga mulutku, membelit lidahku jadi satu. Ludahnya menerobos masuk ke mulutku tak bisa dicegah dan bercampur jadi satu dengan ludahku. Aku makin gemetar dan nyaris jatuh nggak kuat berdiri. Tanpa sadar tanganku bergantung di lehernya, menahan supaya badanku nggak jatuh. Makin lama ciumannya makin nafsu dan nggak terasa aku makin melayang nikmat. Enak gila! Pelan2 aku belajar meniru gerakan bibir dan lidahnya, membalas ciumannya dengan tak kalah nafsu. Kedua tanganku mencengkeram rambut gondrongnya. Sementara tangan kanan si Gondrong membelai rambutku dan tangan kirinya asyik menggerayangi pantatku. Perlahan kontolnya keras lagi, bergeleser di selangkanganku. Tiba-tiba dia berhenti menciumku dan bicara dengan suaranya yang berat, “Hmmm… Gimana? Enak?” Matanya tajam menembus mataku, tanpa senyum. Aku tersipu2 malu, tak bisa ngomong apa2. Tiba2 dijambaknya lagi rambutku dengan kedua tangannya. Aku didorong paksa jongkok di depannya. Tiba-tiba saja kontolnya sudah berada tepat di muka aku. “Isep kontol gue!” perintahnya. Ya Tuhan! Dari jarak dekat begini baru keliatan betapa kontolnya benar-benar gede. Kepala kontolnya gede mirip jamur mekar, ranum coklat kemerahan, batangnya besar, tebal dan berurat. Dibawahnya menggantung dua biji segede telor ayam kampung, penuh ditumbuhi bulu. Apalagi ngisep kontol, melihat kontol orang lain dari jarak dekat saja baru sekarang. “Isep! Cepet!”, kata si Gondrong lagi, nggak sabar. Dua tangannya mencengkram rambutku menahan, sementara kontolnya makin ditekan ke mulutku. Gimana juga kontol sebesar itu bisa masuk mulut. Tapi karena dia maksa terus, terpaksa aku buka mulut lebar2. Pelan2 kepala kontolnya masuk mulutku, terus, terus, sampe akhirnya mentok di tenggorokanku bikin aku keselek, mendelik dan hampir muntah. Dia tarik keluar lagi perlahan. Masuk lagi. Keluar lagi. Keluar masuk, keluar masuk, keluar masuk. Walau mulutku sakit dan pegel karena mesti terbuka lebar, lama-lama aku terbiasa juga. Enak juga ngisep kontol. Kalau rahangku capek, aku jilati kepalanya, aku sedot batangnya. Lidahku menjalar, menyapu dari kepala kontol, turun ke bawah batang. Kadang aku jilat-jilat telornya sambil tanganku ngocok batang kontolnya. Aku ciumi semak bulu kemaluannya. Baunya khas, bikin aku tambah horny. Sementara itu kontolku sendiri sudah dari tadi keras dan berdenyut2. Si Gondrong cuma bisa merem melek keenakan dan mendesis2 kayak ular. Tangannya sibuk membelai2 rambutku yang halus. Kontol si Gondrong makin keras dan makin gede. Full ngaceng kira-kira 20 sentimeter. Berdenyut-denyut, basah mengkilat kena ludah. Dia makin gemes. Rambutku dicengkeramnya, ditahannya kepalaku dan dia teken pantatnya maju mundur bikin kontolnya keluar masuk, maju mundur di mulut aku. Dientotnya mulutku tanpa ampun. Genjotannya makin lama makin cepat dan makin keras. Sluuurup…. sluuuruuup… pooookk… poookk…. poook…. Air maninya dikit-dikit mulai keluar dan terasa asin-asin gurih. “Jangan kena gigi, goblok!”, kata si Gondrong sambil menampar keras pipiku. Pyaaaaar… mataku sampai berkunang2. Aku makin keteteran. Rahangku sakit karena dipaksa terbuka lebar. Ludahku keluar makin banyak, menetes-netes ke tanah, sebagian malah jadi pelumas yang bikin kontolnya makin lancar keluar masuk mulutku. Aku cuma bisa mengerang, “Oouuugh… Oouuuugh….”. Sementara itu desah nafas si Gondrong makin keras dan memburu, terengah-engah. Mampus aku! Si Gondrong kayaknya bentar lagi mau klimaks nih. Bagaimana yah kalau air maninya keluar di mulut aku? Goyangannya makin lama makin keras dan cepat. Kontolnya makin bengkak dan terasa berdenyut2 di mulutku. Dengan satu genjotan terakhir, sambil kedua tangannya erat menjambak rambutku, dia tekan kepalaku dan didorongnya kontolnya jauh ke dalam kerongkonganku. Crooot, crooot, crooot…. Air maninya muncrat di dalam mulutku, melesak masuk hingga ke saluran hidungku. “Aaaah… aaaaaah…”, si Gondrong mengaduh setengah teriak keenakan. Air maninya terasa hangat dan gurih asin, berkali kali muncrat memenuhi mulutku. Tiap kali muncrat, si Gondrong menggenjot pantatnya bikin kontolnya masuk makin dalam di mulutku. Membuatku terpaksa menelan lendir kental yang hangat itu berkali-kali agar mulutku kosong dan bisa menampung aliran maninya yang tak kunjung habis. Setelah sekitar 10 kali semprotan, akhirnya perlahan genjotan pinggulnya berhenti. Nafasku dan nafasnya sama2 memburu. Kontolnya masih ada dalam mulutku, bengkak dan keras, berdenyut2. Terasa sisa lendir maninya meleleh di pinggir bibirku. Dengan kasar dicabutnya batang kontolnya dari mulutku. Ploook… Mulutku terasa kosong, rahangku sakit, keringat mengucur. Sisa-sisa ludah dan air mani yang menetes di sudut bibir perlahan kuseka dengan lengan kemeja. Mulut dan kerongkonganku terasa anyir, rasa air mani. Sementara si Gondrong masih berdiri tegak mengangkangi aku, kontolnya berayun-ayun, tetap ngaceng walau sudah klimaks. Kasar ditariknya aku berdiri dan dituntun berjalan ke arah bedeng mandor. Aduuuuh, aku mau diapain lagi nih? Saat itu hari makin gelap, sepi dan nggak ada orang.

###

4 Gay Erotic Stories from Prince chakran

Andre dan Si Gondrong, Part 1

Hi kenalin, nama aku Andre. ASL? 21 tahun, laki-laki tinggal di Jakarta. Tinggi 175 cm berat 63 kg. Tampang lumayan, malah orang bilang cute mirip Aaron Kwok. Kulit putih karena aku keturunan Chinese, rambut hitam lurus agak gondrong, dibelah tengah, ujung poninya jatuh di bawah kuping. Rambutku halus, sampai kalau nunduk, semua poni jatuh ke depan. Bikin gemes orang aja, pengen

Andre dan Si Gondrong, Part 2

Si Gondrong dengan cueknya berjalan telanjang menuntun aku ke bedeng. Kontolnya yang gede berayun-ayun, basah mengkilat kena air mani campur ludah. Rambut gondrongnya berkibar kena angin. Si Gondrong membuka pintu bedeng yang tak terkunci, menyalakan lampu dan jelas terlihat isi bedeng itu. Di sudut ruangan ada dipan bale-bale tempat para mandor biasanya santai. Si Gondrong lalu

Andre dan Si Gondrong, Part 3

Dengan pasti si Gondrong menggendongku menuju shower daerah mandi terbuka. Angin malam yang dingin nggak mampu mengusir panas dan keringat di tubuh kami. Perlahan aku diturunkan dan disenderkannya di tembok. Aku memandang dia membuka keran shower, berdiri di bawah siraman air, membasahi rambut gondrongnya dan kemudian berbilas membersihkan diri dari sisa pergumulan kami – keringat, ludah

Andre dan Si Gondrong, Part 5

Begitu bangun aku bingung berada dimana, aku juga tidak tahu sudah jam berapa. Aku menemukan diriku masih bugil, tidur tengkurap di ranjang yang acak-acakan. Sisa-sisa sperma kering masih membekas di wajah dan dadaku, sekujur tubuhku terutama dada penuh dengan bekas cupangan yang memerah. Aku melihat sekeliling, hening tanpa suara, entah kemana si Gondrong. Selanjutnya aku tidak tahu

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story