Gay Erotic Stories

Waktu itu aku baru saja lulus SMA dan bermaksud melanjutkan kuliah ke sebuah kota . Bersama temanku, Andri, dan beberapa teman lain, aku menginap di sebuah rumah kontrakan kecil milik temanku. Malam itu, aku dan Andri tidur di dalam kamar di lantai 2, sementara yang lain sudah tertidur di ruang tamu. Sekitar pukul 2 dini hari aku terbangun dari tidurku. Entah kenapa aku tak dapat tidur kembali. Aku menoleh ke tubuh yang terbaring di sebelahku, Andri. Ia tampak tertidur dengan pulas. Tiba-tiba gairahku muncul saat menatap tubuhnya yang terlentang itu. Andri memang memiliki wajah yang tampan, tubuh yang tinggi dan kulit yang putih. Mataku tertumbuk pada tonjolan kemaluannya yang masih tertutup celana panjang. Gundukan kemaluan itu membesar, mungkin karena kontol Andri sedang ereksi akibat dinginnya udara malam. Aku semakin bergairah, sehingga dengan nekat aku mendekatkan tanganku ke arah gundukan kontolnya. Pelan-pelan kubuka risleting celana panjang pemuda itu, sehingga tonjolan kontolnya yang tegang semakin jelas tercetak dibalik celana dalam putihnya. Dengan hati-hati kusentuh tonjolan kontol Andri, lalu kubelai-belai sambil sesekali aku melirik ke arah wajah pemuda itu, siapa tauhu dia terbangun akibat ulahku ini. Namun ternyata Andri tetap tertidur pulas, walaupun sesekali terdengar rintihan pelan dari mulutnya saat kubelai-belai tonjolan kontolnya yang tegang. Aku semakin bernafsu, sehingga tanpa berpikir panjang, aku mencoba memelorotkan celana dalamnya dengan hati-hati hingga kontol Andri akhirnya mencuat keluar. Kepala kontolnya yang bulat lonjong itu membesar, sementara batang kontolnya yang panjang menegang berdiri tegak ke atas. Aku segera menggenggam batang kontol Andri sambil meremas-remasnya, sehingga Andri merintih-rintih keenakan,"Aaaah... aaahhh...... aaaahhhhh" Kukira Andri terbangun karena remasan jemariku di kontolnya, ternyata ia masih tetap tertidur, namun wajahnya seperti merasakan kenikmatan, mulutnya menganga sambil mengeluarkan rintihan-rintihan nikmat. Aku semakin nekat, dan akhirnya kumasukkan kepala kontolnya ke dalam mulutku lalu kuhisap perlahan. "Aaaaaahhhhh..... aaaaaahhhhh ...... aaaahhhh...." Andri mengerang panjang saat kuisap-isap kepala kontolnya. Lalu kucoba memasukkan batang kontolnya ke dalam mulutku, lalu ku keluarkan lagi, begitu seterusnya. Andri hanya merintih-rintih nikmat, pantatnya bergoyang-goyang naik turun mengikuti gerakan kontolnya di mulutku. Sesekali aku menjilati lubang kontolnya yang sudah basah oleh cairan kental, lalu kumasukkan lagi kontolnya ke dalam mulutku. Kira-kira 15 menit kemudian, tiba-tiba kudengar nafas Andri mulai memburu, rintihannya tertahan, dan seketika itu juga kukeluarkan kontolnya dari mulutku, sementara tanganku mengocok batang kontolnya, dan .... "aaaahhhh...... aaaaaaakkkkhhhh....... crreeetttt....... croooottt.... crrrooooootttt.....ccrrrooooooottt.....crrrrooooottt...." Andri meregang-regang saat cairan maninya memuncrat bertubi-tubi dari lubang kontolnya dan membasahi tanganku. Setelah cairan maninya berhenti memuncrat, kontol Andri mulai melemas dan mengecil, sementara aku membersihkan cairan maninya yang tercecer di tanganku, di celananya dan di sekitar selangkangannya hingga bersih. Saat kulihat lagi wajah Andri, ia masih tetap tertidur, tidak terbangun sedikitpun. Setelah itu aku pergi ke kamar mandi dan bermasturbasi, lalu kembali tidur di sebelahnya. Keesokan harinya, Andri hanya bercerita padaku bahwa semalam ia bermimpi ada yang melakukan oral sex kepadanya, dan katanya lagi, kejadian itu seolah benar-benar terjadi saking nikmatnya. Aku hanya tersenyum mendengar ceritanya. Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi melakukan apapun kepada Andri. Biarlah ia berpikir bahwa kejadian malam itu hanyalah sekedar mimpi basah belaka...