Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 6

by Alex


Malam berlalu begitu cepat, kami tertidur pulas. Tak ada "aktifitas apapun". Cuma ciuman kecil dia pada pipi kiri gue terasa saat gue setengah tertidur. Dan pagi itu matahari bersinar, langit cerah bertepatan dengan pertengahan bulan agustus. Gue mengantar kepergian Ferry ke terminal. Selama di mobil kami mengobrol tentang banyak hal, sungguh mengasyikkan, tak terasa macet jalan pagi itu yang biasanya membuat gue marah-marah, malah membuat gue suka karena bisa berlama-lama bersama Ferry. Saat mobil gue berhenti pada traffic light terakhir mendekati terminal, Ferry berkata: "Mas, sebenarnya Ferry suka ama mas Alex", ujarnya seraya jari-jari tangan kanannya menyentuh dan meremas lengan kiri gue yang dari tadi gak lepas dari kopling. Tatapan matanya tajam memandang gue. Dan gue lihat tampak sesungging senyuman manis mengiringi akhir kata-katanya. "Ferry dari dulu sangat merindukan bisa bertemu mas kembali. Ferry ingin menjadi bf mas tapi waktu itu Ferry masih punya bf, dan Ferry di sisi lain, masih mencintai bf Ferry. Kini Ferry sudah putus ama bf Ferry dan Ferry sadar bahwa Ferry juga hanya bisa sekedar berteman dengan mas... karena mas sekarang sudah punya bf. Gue terhenyak, dan bunyi klakson mobil di belakang mobil gue meleburkan keterhenyakan gue. Kira-kira 100 meter dari persimpangan, gue menghentikan mobil di pinggir jalan. Gue mematikan mesin dan membuka kaca jendela. Gue sulut sebatang rokok.. dan tak lama kemudian mengepullah asap rokok di depan hidung gue. Gue memalingkan wajah gue kepada Ferry, dan balik meremas jemarinya. Ferry balas memandang gue, tampak kesedihan di matanya... ketiada-berdayaan melawan nasib. "Orang bilang. emosi itu adalah energi dalam mosi atau gerakan. Ketakutan lu dulu kehilangan bf lu dan keinginan lu mendapatkan gue merupakan dua sisi yang bertentangan. dalam koin emosi lu saat itu", gue berkata dengan intonasi yang rendah seraya mendekatkan wajah gue pada wajahnya. Kemudian gue tersenyum, kemudian melanjutkan, "Dan... gue mengerti akan hal itu Ferry, gue juga waktu itu suka elu. Gue juga, waktu itu, menginginkan agar lu bisa 'jalan' ama gue. Bukan karena kiss-an elu yang bikin gue jatuh hati. Sebelum itu.. sebelum gue ngekis elu... jantung gue udah berdebar-debar saat berkenalan ama elu. Yang jelas waktu itu otak gue terasa hampa. Gue gak perna merasakan hal seperti ini kecuali saat gue pertama kali jatuh cinta ama ce waktu smp dulu". "Tapi mengapa mas gak mengatakannya, bukankah dengan begitu Ferry bisa secepatnya mutusin bf Ferry yang kebetulan saat itu hubungan kami sedang mengambang?", balas Ferry. "Ferry... , elu adalah pohon cinta gue yang merupakan anugerah bagi gue yang tumbuh dan berakar jauh di lubuk gue. Ferry, bagaimanapun keadaannya, gue paling anti merusak hubungan pacaran orang laen. Gue tau waktu itu elu masih bf-an... dan oleh sebab itu gue gak mau merusak hubungan elu berdua. Gue gak mau merusak menjadi bensin yang makin memperbesar api perselisihan kalian". Gue tersenyum dan membelai rambutnya. Ferry memandang gue dan tampak matanya berkaca-kaca, tampak kekosongan di kedua matanya ... dalam.. terbias dalam bulatan indah yang berwarna hitam. "Tapi waktu itu gue sedih Fer", lanjut gue. "Sepulang dari kota elu dulu, berhari-hari gue susah tidur. Malam-malam berlalu dalam kesepian. KARENA GUE INGAT ELU TERUS... dan gue tak berdaya menghadapi ini, kadang gue menyalahkan diri sendiri: mengapa gue jadi orang yang idealis, mengapa gue gak sekalian menarik elu dari dekapan bf elu... menarik elu dan memeluk erat tubuhmu... hingga elu benar-benar mendengar detak irama cinta gue pada elu di dada gue dan merasakan betapa gue mencintai elu. Mengapa kita harus bertemu? dan... yang gue tau sampai sekarang hanya: kita bertemu karena supaya gue tau bahwa sebenarnya gue ditakdirkan untuk mencintai elu!! Walau kita gak harus bersatu! Walau jutaan bulir airmata elu dan bahkan gue berjatuhan... kita mungkin akan terus ditakdirkan begini... kita gak bisa bersatu...". "Maafkan Ferry mas", dia tiba-tiba memeluk gue. "Ferry yang salah waktu itu, semestinya Ferry gak ngasi ciuman ama mas. Seharusnya Ferry sadar bahwa waktu itu Ferry masih punya bf. Kalo saja Ferry bisa menahan ciuman Ferry... mungkin gak sampai membuat mas sedih". "Udahlah Fer...., lupakan yang sudah berlalu... dulu itu emang gue yang salah... gue yang 'gatel' dan gue lah yang memulainya, seharusnya gue yang minta maaf bukan elu", bisik gue. "Dan kini kita pun gak bisa 'jalan' bersama juga. Kini mas sudah punya bf. Ferry lah kini yang harus merasakan kesedihan ini", ujar Ferry kemudian dengan nada tinggi. "Fer... kamu masih cinta ama mas?", gue bertanya. "Iya..., Ferry masih cinta dan masih mengharapkan balasan cinta dari mas", jawab Ferry. Gue terdiam... dan membuang puntung rokok putih dari jari gue yang udah mati dari tadi. "Gue juga masih cinta elu", ujar gue tak lama kemudian. "Tapi gue gak bisa melepaskan si Ade. Gue gak punya hati untuk mutusin dia gara-gara gue cinta elu. Dia amat tersayang bagi gue. Dan kini hanya dia yang sepenuh hati gue cintai dan sayangi. Gue udah banyak berkorban untuk mendapatkan dan menjaga kelanggengan hubungan kami. Dia... bagi gue adalah separuh hidup gue. Dan gue gak mo kehilangan dia Fer". "Ferry tahu itu mas, Ferry sadar kok", ujar Ferry sambil menunduk. "Dan elu datang pada saat gue dan dia masih saling menyayangi. Kami gak ada masalah apapun. Dan gue tahu... bahwa dia juga gak mo kehilangan gue". Sementara Ferry mendengarkan gue, hari terasa makin panas. Matahari makin meninggi.. angin sepoi-sepoi berhembus, tapi itu gak bisa menyejukkan hati kami yang masih gundah. Tampak Ferry terdiam., membiarkan kata-kata gue mengendap dalam pikirannya. Gue sendiri akhirnya terdiam dan hanya bisa memainkan jemari tangannya, gue akhirnya bingung sendiri harus bicara apa lagi. Terasa belenggu besar mengikat gue, tidak seperti biasanya... gue begitu gampang menerima 'kehadiran' orang baru. Kali ini bayangan Ade terasa berada di hadapan gue. Ade tampak riil... dan Ferry terasa sebagai ilusi. Sayang gue pada Ade maju dan berdiri di depan gue sedangkan cinta gue... yang jelas-jelas sangat... jelas terlihat pada diri Ferry tampak kabur. Menyadari bahwa gue sangat hanyut dengan emosi gue, Ferry berkata, "Mas, Ferry ingin mas bahagia bersama Ade. Kalo emang semua harus terjadi begini, Ferry gak bisa memaksakan keinginan Ferry pada mas". "Iya Ferry, gue minta maaf. Gue gak bisa jadiin elu sebagai 'sephia' apalagi bf gue. Gue gak bisa seperti dulu lagi. Gue ingin menjadi orang setia. Udah banyak orang yang telah gue sakiti. Dan gue gak ingin menyakiti Ade. Sabarlah Ferry, kalo emang kita akan bersatu, maka kita akan bersatu dan bisa jalan bersama". "Sampai kapan mas, Ferry harus menunggu?" tanya Ferry. "Sampai antara gua dan Ade sudah tidak ada apa-apa lagi. Sampai gue dan Ade putus. Tapi gue gak bisa memaksa elu untuk terus menunggu gue... berjalanlah sendiri, carilah orang lain sebagai pendamping elu. Gue gak ingin mengikat elu". Ferry terdiam... tak lama kemudian dia memeluk gue dengan erat, terdengar isak tangis tertahan. Gue cuma bisa menghela napas. Menit demi menit berlalu, akhirnya kami melanjutkan perjalanan sampai terminal. Lalu kami berpisah. Gue merasa sangat bersalah usai mengantar Ferry. Perasaan gundah dalam hati gue terasa menghentak-hentak dada gue sepanjang perjalanan pulang. Tapi gue gak tau harus merasa bersalah kepada siapa. Dan gue rasa... gue secara tidak langsung telah memberikan harapan padanya. Bersambung.. Untuk tanggapan kirim ke Alex (maximumsize2002@yahoo.com).


###

31 Gay Erotic Stories from Alex

A Night To Remember

It all started with the familiar thought of curiosity. For many years I dreamed of the thought of being with another guy, simply because the way my girlfriends loved to suck on me. I loved to watch them suck me dry after they would swallow my cum, until every drop was gone. After many blow jobs, I myself, wanted to suck my own cock, just to feel it in my mouth to see what was

C'était sa Première Fois

J'adore être pénétré et pénétrer les autres. Mais quand c'est fait avec une personne sur laquelle je fantasme vraiement, c'est encore mieux. Je vais à l'université et j'habite avec deux colocataires. Ils sont tous les deux très craquant mais, hélas, ils sont tous les deux hétéro. Un jour que j'étais seul avec David, qui est en passant l'un de mes meilleurs amis, je décidai d'être un

Chinese Buffet

Tonight, I didn't really feel much like making cooking or anything, and I really didn't want to be alone for the night, either. So, I got up out of my apartment and went out for some Chinese food. Downtown, there's this nice Chinese restaurant I've been to a couple of times. Every time I went, I scoped out some of the guys who worked there. I fall in love with hot, young Asian

Customs

It has been a long week. I was traveling all over Africa. I was after a case of fraud that concerned a really big number of firms in the west world. I am a journalist. I still remember those endless plane flights that exhausted me and I started thinking only about a soft bed where I could sleep. I am 21 and am a fit guy. I love sports and work out quite a lot in my free time. I

Danny Comes To Stay

I didn’t know till Tuesday or something he was going to be here, and the worst thing was he was going to come down without telling mum and dad, and they were going to have to act like they were pleased to see him and what a nice surprise and all that, but really it would be all uncomfortable cos they’ve never really been able to look him in the face since they found out

Ein Deutscher in New York

Da saß er nun in dem luxuriösen Hotelzimmer in New York und harrte der Dinge, die da kommen sollten. Großen geschäftlichen Sinn machte diese Reise nicht. Der Vertrag, den er nachmittags mit den amerikanischen Partnern unterzeichnet hatte, hätte auch per Briefwechsel geschlossen werden können. Die Konditionen waren bereits vorab durch E-Mails, Faxe, Briefe, Telefonate und

Father's Present For Son

Ever since he stared puberty I have been thinking about my son. Thinking about how soon he would start to masturbate and how his penis would start to grow. This got me very horny. I wanted him to have sex with me when he turned 14 but never asked him to in fear of someone finding out and taking him away from me. So I waited until his 18th birthday to ask him. That way he would

First & Best Time

I was about 17 when went to my college lecturer’s house for an end of term party. I got pretty hammered and at the end of the night was offered a room by this guy's wife. I accepted and she showed me to my room. About 15 minutes later, she comes back with some grass and starts rolling it up. We smoke a bit and then my lecturer comes in for a toke. She starts rubbing his thigh and

Innocence Lost

I had just finished running five miles for track when Dustin came up to me. Dustin was the hottest guy in school. He had blonde healthy hair that was stylishly parted to both of the sides of his head. He was wearing a white tank top and windbreaker pants. He must have been the most muscular guy in our school. All of the girls would cut their teeth to go out with him. "Hey

Innocence Lost Part 3

I didn't tell anyone about seeing Tyler and Dustin having sex in the woods. I couldn't help but be aroused by the whole situation. After all, I'm only human. When I got home, I was in for a pleasant suprise. Danielle was standing in my front yard talking to my mother on the patio. But a gorgeous hunk of a man was standing there with her. His hair was styled like Dustin's, but

Innocence Lost, Part 2

It had been two weeks since I had shared my first sexual experience with Dustin. The morning after, he had left before I woke. So I went home thinking I could talk to him later. Little did I know that Dustin just needed me for a one night stand. He would look at me as if I were diseased when we were at school. Every time I looked at him he was talking to his best friend Tyler.

Innocence Lost: Part 3a

Dustin removed all of his clothing and mine after he locked the door shut. The three of us got onto Tyler's bed and started to kiss each other passionately. Tyler started sucking on my hard nipples while I was frenching Dustin. I was in pure joy. My hands were grabbing Dustin's ass cheeks hard. He started cry out in pleasure. His hardened dick was rubbing against my abs. Dustin then

Jeff Hammond's Jockstrap

I'd been hearing the rumor for a week. Porn star Jeff Hammond, my favorite, had joined our health club. Needless to say, I spent a lot of extra time hanging around the gym in hopes of catching a glimpse of him working out or, better yet, showering. Finally it happened. I walked into the locker room one day and saw a tall guy with of an hourglass figure wearing nothing

Kesepian yang tiada akhir, Bag 1

Sorry pada cerita sebelumnya gue lupa mencantumkan identitas gue... ini crita gue mulai dari awal aja deh, true story.. Cinta tidak mesti harus memiliki, itu mungkin yang terjadi ama gue. Begitu banyak cinta, tapi ternyata itu hanya untuk satu orang. Gue pikir itu anugerah, dan memang sangat amat misteri. Dulu, hidup gue hanya untuk mencari cinta dengan menanamkan harapan ke orang

Kesepian yang tiada akhir, Bag 2

Cinta itu misteri, dia adalah anugerah buat kita, kita tak bisa menolaknya atau memaksa kehadirannya, so.. jagalah ia. Cukup lama gue menunggu Ade, 1,5 bulan tanpa kepastian. Hati ini semakin lama semakin hancur saat gue mendengar kemesraan Ade bersama bfnya, memang gue secara langsung tidak melihat kemesraan mereka, tapi itu cukup bagi gue. Tapi itu tak lama, suatu ketika gue

Kesepian yang tiada akhir, Bag 3

Lelaki, bagaimanapun keadaannya, suatu saat akan merasakan kesepian yang dalam saat harus mengambil keputusan. 3 hari gue bersama Ade, begitu banyak yang kami lakukan untuk saling mengenal pribadi, akhirnya gue balik ke kota gue. Seminggu kemudian Ade menyusul, karena liburannya telah berakhir, dan dia akan masuk kuliah. Beberapa hari kemudian, Singgih datang ke kota gue buat nemuin

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 4

Jam berdentang sekali, menyadarkan gue.. bahwa itu udah menunjukkan jam 1 pagi. Gue mengisap rokokku untuk yg terakhir kalinya dan kemudian masuk ke kamarku lagi. Kulihat Singgih duduk di pinggir tempat tidur. Gue mengambil tempat dan duduk di sampingnya. Gue menatap matanya dan berkata, "Singgih, gue memilih si Ade, karena gue udah lama mencintai dia dan gak mo kehilangan dia

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 5

Setelah malam itu, kami semakin deket. Kami semakin lengket. Hingga pada suatu ketika dia pindah ke rumah kontrakan, kami semakin bebas untuk "beraktifitas". Di rumah itu dia tinggal sendiri, tapi karena gue hampir tiap hari maen-maen ke rumah itu maka dia gak merasa kesepian. Sebulan berlalu setelah itu.. dan secara tidak sengaja, saat gue jalan-jalan di mall sendirian, gue

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 6

Malam berlalu begitu cepat, kami tertidur pulas. Tak ada "aktifitas apapun". Cuma ciuman kecil dia pada pipi kiri gue terasa saat gue setengah tertidur. Dan pagi itu matahari bersinar, langit cerah bertepatan dengan pertengahan bulan agustus. Gue mengantar kepergian Ferry ke terminal. Selama di mobil kami mengobrol tentang banyak hal, sungguh mengasyikkan, tak terasa macet jalan pagi

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 7

[Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan crita ini, terdapat kesalahan/kekeliruan pengetikan atau penempatan istilah. Penulis berharap bahwa kesalahan tersebut tidak mempengaruhi jalan crita secara keseluruhan. Mohon maaf kepada pembaca karena telah merasa terganggu atas kesalahan tersebut. Terimakasih atas kritikan dan saran pembaca kepada penulis pada crita ini di bagian yang telah

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 8 (akhir)

Matahari pagi bersinar cerah keesokan harinya, dan arak-arakan awan tipis di ufuk timur sana membiaskan kilau warna ungu dan merah delima sinar itu. Terlihat iringan bebek menyapu embun yang melekat pada rerumputan, dan anak-anak sekolah berlarian seakan menyambut pagi yang kemilau! Dan semua itu mengantar gue berpamitan pada Ade pagi itu. Akhirnya gue tahu bahwa Ferry bukannya makin

Laplaya en Nuestros Cuerpos 1

Ya me habían dado las vacaciones de verano y decidí irme de la ciudad una temporada.El trabajo, los horarios,los atascos, las facturas ... no me dejaban vivir mi vida.Entonces decidí irme a LA. , alquilé una casa que estaba al lado de la playa para pensar en mis cosas. La busqué alejada de la gente teniendo apenas 10 vecinos en 10 km de costa. Me encantaba esa tranquilidad, esa paz,

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1 Saya mahasiswa tingkat 3 sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Karena saya bukan asli orang Bandung, saya tinggal di sebuah rumah kost khusus cowok. Kamarnya ada 10, penghuninya juga 10 orang. Kebetulan mahasiswa semua. Salah satu hal yang saya sukai dari tempat kost saya adalah kamar mandinya. Bukan karena bersih atau

Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut)

Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut) (Sedikit dari cerita yang lalu : Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri, tiba-tiba Ary masuk.

Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya ....)

Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya ....) Sore itu hari Sabtu. Jam baru menunjukkan pukul 6 lebih sedikit. Semua orang pergi ke acaranya masing-masing, kecuali aku. Aku bengong aja sendiri. Nggak ada janji dengan siapapun, nggak punya seseorang untuk diapelin. Aku nggak tau bahwa hari itu akan jadi babak baru dalam hidup saya. Abis mandi, aku pakai kaos santai dan

No Ônibus

Era uma terça-feira à noite, e eu estava indo de ônibus do interior de São Paulo para a capital. Estava cansado só de pensar em passar sete horas sentado em um banco de ônibus, sabe lá com que tipo sentado ao lado... Para minha surpresa, o ônibus estava quase vazio, com a maioria das pessoas sentando no fundo. Eu me sentei na frente do ônibus. Na janela oposta, sentou-se um

QUÉ SUEÑO...!!!!!!!

El ordenador para mí se ha hecho completamente imprescindible y con la maravilla llamada Internet más. Por lo general acostumbro a entrar a la red (en las noches) y bajo fotos de chicos gays en acción o en sexo oral; en ocasiones entro a chat y/o busco los últimos títulos de videos boy-boy... Esto se ha incrementado increíblemente, pienso que por la situación de vivir con la

The Asian Streetpunk, Part 1: Our First Meeting

I once lived in New York City, and when I was 15, all I ever did, constantly was go back and forth to almost any restroom I could just so I could either jerk off or luckily have fun with a buddy. Even now, I still can't believe how incredibly horny I always was, especially anytime I would bump into a cute Asian guy - didn't matter if I was in the street or if I was playing a

The Asian Streetpunk, Part 2: Kissing In Chinatown

The train made its stop at Canal Street, a normally crowded part of Chinatown, New York. I walked alongside Byron, my dream boy come true, as we ventured down some of the many streets and around the many corners and through some of the many allies. I also took my random peeks at some of the other guys around me, but, of course, my mind never once left Byron. By this time, I felt

The Dream Biker

(This is all fiction) I was only 16 years old, when I met the most remarkable human being I ever came across. I fell in love from just one glance at his face...as well as his body. One day, during the summer break, school was already out and all of my friends had already left town to go on their own fun little trips over the vacation. Being in such a small, fairly quiet

Twinks

STORY #93 TWINS Alicia wrapped the robe around her lithe nude body and padded down the thick carpeted hall to her eighteen year old twin brother Alexander’s room. She knocked on the door, and without waiting for an answer, opened it and went inside. Alex was lying on his bed reading his history book, and only looked up when his sister asked, “Ready for our good night kisses?” “Where

###

Web-02: vampire_2.1.0.01
_stories_story