Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Kesepian yang tiada akhir, Bag 3

by Alex


Lelaki, bagaimanapun keadaannya, suatu saat akan merasakan kesepian yang dalam saat harus mengambil keputusan. 3 hari gue bersama Ade, begitu banyak yang kami lakukan untuk saling mengenal pribadi, akhirnya gue balik ke kota gue. Seminggu kemudian Ade menyusul, karena liburannya telah berakhir, dan dia akan masuk kuliah. Beberapa hari kemudian, Singgih datang ke kota gue buat nemuin gue, karena memang jadwalnya seminggu sekali dia ngapelin gue. Tepat itu hari kesepuluh hubungan gue dengannya. Dan... gue harus berbicara dengan singgih mengenai apa yang telah terjadi, karena gue gak boong padanya. Temen-temen gue yang tau kondisi gue menyarankan supaya Singgih tidak tau dulu tentang ini, karena mengingat usia jadian kami yang masih baru. Itu tentu menyakitkan bagi Singgih. Tapi gue tampaknya udah gak tahan lagi, gue nekad. Akhirnya setelah Singgih sampai di kota gue, gue menjemputnya di terminal bis, dan setelah makan malam, gue mengajaknya ke kos gue. Sesampainya di kos, gue pun kemudian mulai membuka pembicaraan, "singgih, gue mo bicara", gue berkata sambil membuka jaket terus mengambil kursi. Waktu itu Singgih duduk di tepian tempat tidur. "Ya mas, bicaralah", tampak SInggih sibuk aama HPnya, gue menatap matanya, gue agak nervous, tapi desakan lain di hati gue memaksa gue untuk bicara. "Gue... mmm, Singgih, kamu cinta, kamu sayang kan ama mas?" Singgih hanya diam, kemudian meletakkan HPnya di meja, dan kemudian mengalihkan pandangannya pada gue. Kemudian memegang kepala gue dengan kedua telapak tangannya dan mengecup bibir gue, dia berkata: "Mas, Singgih sangat, sangat menyintai mas, so... ada apa mas kok bicara seperti itu, apa mas gak percaya ama Singgih?" "Nope, gue percaya elo kok Singgih, mmmm, elo gak mo kan melihat mas melakukan free sex dengan banyak orang?", ujarku selanjutnya. Singgih menganggukkan kepala. Kemudian gue pindah posisi duduk di samping kanannya, seraya merangkulnya. "Singgih, elo tau kan kalo mas ini sangat suka ml, elo tau kan kalo mas ini memiliki naluri yang kuat untuk selalu dan selalu berhubungan sex dengan siapapun, bahkan dengan cewek sekalipun, apalagi dia cowok cakep dan memang bener-bener mas sukai?" Singgih tersenyum, tak ada kata-kata keluar dari mulutnya, hanya tatapan matanya yang tajam menusuk mata gue, terasa hingga lubuk yang terdalam. Kemudian gue berkata, "Singgih, elo datang ke sini seminggu sekali, dan kita hanya punya waktu satu hari untuk berduaan, dan tentunya satu hari itu gak cukup bagi gue, dibanding enam hari yang laen. SInggih, gue merasa kesepian selama enam hari itu". "Maksud mas apa sih?", dia berkata sambil mengernyitkan dahi penuh selidik. "Singgih, mas sudah berniat untuk menjadi orang baek-baek, hanya melakukan hubungan sex dan bercinta dengan satu orang, hanya mencurahkan perasaan sayang dan perhatian mas pada satu orang kekasih mas, dan itu tentunya hanya kepada elo mas melakukannya". "Ya, Singgih tau itu, Singgih percaya kok ama mas Alex". "Tapi, gue gak kuat Singgih, gue gak mau melakukan onani, hanya untuk kepuasan sesaat, gue terlalu dimanjakan oleh gampangnya mendapatkan pasangan sex di internet, dan selama ini, seperti elo tau, mas melampiaskan nafsu mas ama mereka". "Ups", SInggih mengucapkan itu sambil mengatupkan telapak tangannya di mulut gue. Kami terdiam sesaat, kemudian dia pelan-pelan menarik tangannya. "Ok, mas harus jujur apa yang terjadi", dia mulai mengeraskan suaranya. "Gue... dan Ade udah jadian", gue spontan menyatakan itu. "Tapi, gue gak mau kehilangan kamu juga Singgih, gue gak ada maksud untuk menyakiti elo", buru-buru gue menambahkan. Singgih kembali terdiam, tak berkata apa-apa, dia mengambil sebatang rokok, kemudian menyalakannya. Kemudian setelah beberapa kali mengeluarkan asap rokok, sambil memandang ke arah gue, dia berkata: "Hmm... Ade..., gue perna denger nama itu, setau gue, dia udah ada BF". "Ya, tapi sekarang mereka udah putus, dan gue sejak dulu, sebelum mengenal elo udah suka dan jatuh cinta padanya. Gue gak mo kehilangan dia lagi, gue sendiri yang datang ke kotanya dan menyatakan cinta kepadanya beberapa hari yang lalu", ujar gue. "Gue gak bermaksud menyakiti elo, gue masih cinta dan sayang elo, gue tau ini penghianatan ke elo, makanya gue bilang ini ke elo, biar gak berlarut-larut masalah ini, so... gue tau, gue salah... tapi, elo apa tega membiarkan mas sendirian selama elo tinggal. Bukankah kalo mas hanya bercinta dengan Ade selama elo gak ada, mas gak melakukan freesex dengan sembarang orang yang gak jelas apakah mereka sehat apa tidak, elo sayang ama mas kan?", lanjut gue. "Huh, egois. Mas maunya menang sendiri, gue ini dikemanain, mas mau bahagia, tapi gue.... gue di kota laen merasakan sakit hati saat membayangkan mas pada saat yang sama bercintaan dengan orang laen, walau gue tau dengan siapa mas melakukannya," SInggih terlihat marah, mukanya merah. Gue cuam bisa tertunduk. Dan gue liat dia kemudian menelungkupkan wajahnya di bantal, terdengar isak tangisnya.... malam semakin larut dan gue hanya bisa terdiam, tak tau harus melakukan apa. Saat itu gue baru merasa, bahwa gue telah menyakiti dia, gue terlalu menggampangkan masalah. Baru kali ini gue merasakan kehampaan, dan gue baru sadar.... bahwa gue benar-benar salah karena telah menghianati cinta tulusnya. Kemudian gue mencoba menyentuh pundak kanannya. Dia menepis dengan kasar, sambil memalingkan wajahnya pada gue, "Ok, sekarang begini saja, mas pilih gue apa dia?" "Singgih...m gue gak bisa memilih siapapun diantara kalian berdua, gue mencintai kalian berdua, dan gak mo menyakiti salah satu dari kalian", ujarku. "Oh ya... itu namanya rakus! Gue gak mo diduakan, pokoknya malam ini mas harus mengambil keputusan!", dia kemudian mengambil HPnya dan gue gak tau dia lagi berbuat apa dengan HPnya. Gue kemudian menyalakan sebatang rokok di mulut gue, kemudian berkata: "Ok, kalo itu mau elo. Malam ini gue akan putuskan itu, beri gue waktu sebentar", kemudian gue bangkit dari tempat tidur dan menuju teras kos bagian atas, sambil memandang langit yang berbintang, gue terdiam. Tak ada suara satupun yang terdengar, pikiran gue kacau waktu itu, gue tau, bahwa gue udah menyakiti Singgih. Sayup-sayup gue mendengar lagu Hotel california dari Eagles. Waktu berjalan terus, menit demi menit. Entah udah berapa batang rokok gue habiskan, dan gue merasa sangat kesepian waktu itu, kesepian yang dalam, tak ada teman untuk diminta pendapatnya, tak ada teman yang bisa kasi masukan apa yang harus gue lakukan. Gue .... gak abis berpikir, ternyata di dunia gay masih ada cinta, masih ada kecemburuan yang dalam, yah... sperti sebuah sinetron, gue ternyata harus menjalani ini. Ok, gue lanjutin di bagian selanjutnya, makasih. Untuk tanggapan kirim ke Alex (maximumsize2002@yahoo.com).

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

31 Gay Erotic Stories from Alex

A Night To Remember

It all started with the familiar thought of curiosity. For many years I dreamed of the thought of being with another guy, simply because the way my girlfriends loved to suck on me. I loved to watch them suck me dry after they would swallow my cum, until every drop was gone. After many blow jobs, I myself, wanted to suck my own cock, just to feel it in my mouth to see what was

C'était sa Première Fois

J'adore être pénétré et pénétrer les autres. Mais quand c'est fait avec une personne sur laquelle je fantasme vraiement, c'est encore mieux. Je vais à l'université et j'habite avec deux colocataires. Ils sont tous les deux très craquant mais, hélas, ils sont tous les deux hétéro. Un jour que j'étais seul avec David, qui est en passant l'un de mes meilleurs amis, je décidai d'être un

Chinese Buffet

Tonight, I didn't really feel much like making cooking or anything, and I really didn't want to be alone for the night, either. So, I got up out of my apartment and went out for some Chinese food. Downtown, there's this nice Chinese restaurant I've been to a couple of times. Every time I went, I scoped out some of the guys who worked there. I fall in love with hot, young Asian

Customs

It has been a long week. I was traveling all over Africa. I was after a case of fraud that concerned a really big number of firms in the west world. I am a journalist. I still remember those endless plane flights that exhausted me and I started thinking only about a soft bed where I could sleep. I am 21 and am a fit guy. I love sports and work out quite a lot in my free time. I

Danny Comes To Stay

I didn’t know till Tuesday or something he was going to be here, and the worst thing was he was going to come down without telling mum and dad, and they were going to have to act like they were pleased to see him and what a nice surprise and all that, but really it would be all uncomfortable cos they’ve never really been able to look him in the face since they found out

Ein Deutscher in New York

Da saß er nun in dem luxuriösen Hotelzimmer in New York und harrte der Dinge, die da kommen sollten. Großen geschäftlichen Sinn machte diese Reise nicht. Der Vertrag, den er nachmittags mit den amerikanischen Partnern unterzeichnet hatte, hätte auch per Briefwechsel geschlossen werden können. Die Konditionen waren bereits vorab durch E-Mails, Faxe, Briefe, Telefonate und

Father's Present For Son

Ever since he stared puberty I have been thinking about my son. Thinking about how soon he would start to masturbate and how his penis would start to grow. This got me very horny. I wanted him to have sex with me when he turned 14 but never asked him to in fear of someone finding out and taking him away from me. So I waited until his 18th birthday to ask him. That way he would

First & Best Time

I was about 17 when went to my college lecturer’s house for an end of term party. I got pretty hammered and at the end of the night was offered a room by this guy's wife. I accepted and she showed me to my room. About 15 minutes later, she comes back with some grass and starts rolling it up. We smoke a bit and then my lecturer comes in for a toke. She starts rubbing his thigh and

Innocence Lost

I had just finished running five miles for track when Dustin came up to me. Dustin was the hottest guy in school. He had blonde healthy hair that was stylishly parted to both of the sides of his head. He was wearing a white tank top and windbreaker pants. He must have been the most muscular guy in our school. All of the girls would cut their teeth to go out with him. "Hey

Innocence Lost Part 3

I didn't tell anyone about seeing Tyler and Dustin having sex in the woods. I couldn't help but be aroused by the whole situation. After all, I'm only human. When I got home, I was in for a pleasant suprise. Danielle was standing in my front yard talking to my mother on the patio. But a gorgeous hunk of a man was standing there with her. His hair was styled like Dustin's, but

Innocence Lost, Part 2

It had been two weeks since I had shared my first sexual experience with Dustin. The morning after, he had left before I woke. So I went home thinking I could talk to him later. Little did I know that Dustin just needed me for a one night stand. He would look at me as if I were diseased when we were at school. Every time I looked at him he was talking to his best friend Tyler.

Innocence Lost: Part 3a

Dustin removed all of his clothing and mine after he locked the door shut. The three of us got onto Tyler's bed and started to kiss each other passionately. Tyler started sucking on my hard nipples while I was frenching Dustin. I was in pure joy. My hands were grabbing Dustin's ass cheeks hard. He started cry out in pleasure. His hardened dick was rubbing against my abs. Dustin then

Jeff Hammond's Jockstrap

I'd been hearing the rumor for a week. Porn star Jeff Hammond, my favorite, had joined our health club. Needless to say, I spent a lot of extra time hanging around the gym in hopes of catching a glimpse of him working out or, better yet, showering. Finally it happened. I walked into the locker room one day and saw a tall guy with of an hourglass figure wearing nothing

Kesepian yang tiada akhir, Bag 1

Sorry pada cerita sebelumnya gue lupa mencantumkan identitas gue... ini crita gue mulai dari awal aja deh, true story.. Cinta tidak mesti harus memiliki, itu mungkin yang terjadi ama gue. Begitu banyak cinta, tapi ternyata itu hanya untuk satu orang. Gue pikir itu anugerah, dan memang sangat amat misteri. Dulu, hidup gue hanya untuk mencari cinta dengan menanamkan harapan ke orang

Kesepian yang tiada akhir, Bag 2

Cinta itu misteri, dia adalah anugerah buat kita, kita tak bisa menolaknya atau memaksa kehadirannya, so.. jagalah ia. Cukup lama gue menunggu Ade, 1,5 bulan tanpa kepastian. Hati ini semakin lama semakin hancur saat gue mendengar kemesraan Ade bersama bfnya, memang gue secara langsung tidak melihat kemesraan mereka, tapi itu cukup bagi gue. Tapi itu tak lama, suatu ketika gue

Kesepian yang tiada akhir, Bag 3

Lelaki, bagaimanapun keadaannya, suatu saat akan merasakan kesepian yang dalam saat harus mengambil keputusan. 3 hari gue bersama Ade, begitu banyak yang kami lakukan untuk saling mengenal pribadi, akhirnya gue balik ke kota gue. Seminggu kemudian Ade menyusul, karena liburannya telah berakhir, dan dia akan masuk kuliah. Beberapa hari kemudian, Singgih datang ke kota gue buat nemuin

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 4

Jam berdentang sekali, menyadarkan gue.. bahwa itu udah menunjukkan jam 1 pagi. Gue mengisap rokokku untuk yg terakhir kalinya dan kemudian masuk ke kamarku lagi. Kulihat Singgih duduk di pinggir tempat tidur. Gue mengambil tempat dan duduk di sampingnya. Gue menatap matanya dan berkata, "Singgih, gue memilih si Ade, karena gue udah lama mencintai dia dan gak mo kehilangan dia

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 5

Setelah malam itu, kami semakin deket. Kami semakin lengket. Hingga pada suatu ketika dia pindah ke rumah kontrakan, kami semakin bebas untuk "beraktifitas". Di rumah itu dia tinggal sendiri, tapi karena gue hampir tiap hari maen-maen ke rumah itu maka dia gak merasa kesepian. Sebulan berlalu setelah itu.. dan secara tidak sengaja, saat gue jalan-jalan di mall sendirian, gue

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 6

Malam berlalu begitu cepat, kami tertidur pulas. Tak ada "aktifitas apapun". Cuma ciuman kecil dia pada pipi kiri gue terasa saat gue setengah tertidur. Dan pagi itu matahari bersinar, langit cerah bertepatan dengan pertengahan bulan agustus. Gue mengantar kepergian Ferry ke terminal. Selama di mobil kami mengobrol tentang banyak hal, sungguh mengasyikkan, tak terasa macet jalan pagi

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 7

[Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan crita ini, terdapat kesalahan/kekeliruan pengetikan atau penempatan istilah. Penulis berharap bahwa kesalahan tersebut tidak mempengaruhi jalan crita secara keseluruhan. Mohon maaf kepada pembaca karena telah merasa terganggu atas kesalahan tersebut. Terimakasih atas kritikan dan saran pembaca kepada penulis pada crita ini di bagian yang telah

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 8 (akhir)

Matahari pagi bersinar cerah keesokan harinya, dan arak-arakan awan tipis di ufuk timur sana membiaskan kilau warna ungu dan merah delima sinar itu. Terlihat iringan bebek menyapu embun yang melekat pada rerumputan, dan anak-anak sekolah berlarian seakan menyambut pagi yang kemilau! Dan semua itu mengantar gue berpamitan pada Ade pagi itu. Akhirnya gue tahu bahwa Ferry bukannya makin

Laplaya en Nuestros Cuerpos 1

Ya me habían dado las vacaciones de verano y decidí irme de la ciudad una temporada.El trabajo, los horarios,los atascos, las facturas ... no me dejaban vivir mi vida.Entonces decidí irme a LA. , alquilé una casa que estaba al lado de la playa para pensar en mis cosas. La busqué alejada de la gente teniendo apenas 10 vecinos en 10 km de costa. Me encantaba esa tranquilidad, esa paz,

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1 Saya mahasiswa tingkat 3 sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Karena saya bukan asli orang Bandung, saya tinggal di sebuah rumah kost khusus cowok. Kamarnya ada 10, penghuninya juga 10 orang. Kebetulan mahasiswa semua. Salah satu hal yang saya sukai dari tempat kost saya adalah kamar mandinya. Bukan karena bersih atau

Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut)

Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut) (Sedikit dari cerita yang lalu : Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri, tiba-tiba Ary masuk.

Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya ....)

Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya ....) Sore itu hari Sabtu. Jam baru menunjukkan pukul 6 lebih sedikit. Semua orang pergi ke acaranya masing-masing, kecuali aku. Aku bengong aja sendiri. Nggak ada janji dengan siapapun, nggak punya seseorang untuk diapelin. Aku nggak tau bahwa hari itu akan jadi babak baru dalam hidup saya. Abis mandi, aku pakai kaos santai dan

No Ônibus

Era uma terça-feira à noite, e eu estava indo de ônibus do interior de São Paulo para a capital. Estava cansado só de pensar em passar sete horas sentado em um banco de ônibus, sabe lá com que tipo sentado ao lado... Para minha surpresa, o ônibus estava quase vazio, com a maioria das pessoas sentando no fundo. Eu me sentei na frente do ônibus. Na janela oposta, sentou-se um

QUÉ SUEÑO...!!!!!!!

El ordenador para mí se ha hecho completamente imprescindible y con la maravilla llamada Internet más. Por lo general acostumbro a entrar a la red (en las noches) y bajo fotos de chicos gays en acción o en sexo oral; en ocasiones entro a chat y/o busco los últimos títulos de videos boy-boy... Esto se ha incrementado increíblemente, pienso que por la situación de vivir con la

The Asian Streetpunk, Part 1: Our First Meeting

I once lived in New York City, and when I was 15, all I ever did, constantly was go back and forth to almost any restroom I could just so I could either jerk off or luckily have fun with a buddy. Even now, I still can't believe how incredibly horny I always was, especially anytime I would bump into a cute Asian guy - didn't matter if I was in the street or if I was playing a

The Asian Streetpunk, Part 2: Kissing In Chinatown

The train made its stop at Canal Street, a normally crowded part of Chinatown, New York. I walked alongside Byron, my dream boy come true, as we ventured down some of the many streets and around the many corners and through some of the many allies. I also took my random peeks at some of the other guys around me, but, of course, my mind never once left Byron. By this time, I felt

The Dream Biker

(This is all fiction) I was only 16 years old, when I met the most remarkable human being I ever came across. I fell in love from just one glance at his face...as well as his body. One day, during the summer break, school was already out and all of my friends had already left town to go on their own fun little trips over the vacation. Being in such a small, fairly quiet

Twinks

STORY #93 TWINS Alicia wrapped the robe around her lithe nude body and padded down the thick carpeted hall to her eighteen year old twin brother Alexander’s room. She knocked on the door, and without waiting for an answer, opened it and went inside. Alex was lying on his bed reading his history book, and only looked up when his sister asked, “Ready for our good night kisses?” “Where

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story