Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Kesepian yang tiada akhir, Bag 2

by Alex


Cinta itu misteri, dia adalah anugerah buat kita, kita tak bisa menolaknya atau memaksa kehadirannya, so.. jagalah ia. Cukup lama gue menunggu Ade, 1,5 bulan tanpa kepastian. Hati ini semakin lama semakin hancur saat gue mendengar kemesraan Ade bersama bfnya, memang gue secara langsung tidak melihat kemesraan mereka, tapi itu cukup bagi gue. Tapi itu tak lama, suatu ketika gue mencoba menelpon Ade (kebetulan dia lagi liburan di kota lain), dan dari pembicaraan kami, dia mengatakan bahwa dia merasa bingung dengan kondisi hubungan dia dengan mereka saat ini. Ade merasa hanya dipermainkan, dan mungkin hanya pelarian (?). Gue hanya memberikan masukan yang positif, gue gak mo menghancurkan hubungan mereka. Gue tau itu menyakitkan bagi gue sendiri, saat gue bercanda bersama Ade di telpon itu, hati ini sakit. Sakit sekali... Dan gue bilang ke dia: cobalah tuk mencari apa yang salah, dan cobalah untuk bersabar menjalani ini. Dia berterimakasih pada gue atas saran dan nasehat gue. Di akhir perbincangan, dia mengatakan bahwa dia meminta maaf kepada gue, dia telah membuat gue kecewa atas apa yang terjadi. Gue cuma bisa menghela napas, dan gue katakan it's okay, gak masalah. Akhirnya pembicaraan selesai, dan setelah itu hati gue terasa bergemuruh, terasa gue sangat marah sekali dengan bfnya Ade yg telah menyakiti dan membuat Ade tak tenang. Tapi gue pikir, gue bukan siapa-siapa Ade, gue gak bisa melakukan tindakan apapun. Dan... gue cuma bisa memukul2 dinding tembok! Ini bukan crita seru kawan2, tak ada desahan tak ada klimaks kenikmatan, tapi ini real story. So... Hari berganti hari... tak terasa sudah 2 minggu setelah gue terakhir menelpon, gue berkenalan dengan Singgih, dia dari kota lain juga, kebetulan waktu itu dia berkunjung ke kota gue, menemuin temannya. Awalnya, gue gak ada perasaan apa-apa pada dia. Tapi ternyata dia jatuh cinta pada gue saat pandangan pertama. Gue tau dia bottom murni, dan gue top, gue pikir dia cuma sex oriented aja ama gue. Dan gue menolak dengan halus tawaran ml dengan dia hari itu. Dia berusaha dengan keras buat dapatin gue, dia chat saat gue ada di cenel, juga lewat telpon, dan dia selalu merayu dan memberikan pujian2 pada gue. Gue hanya bisa tertawa saja, gue bilang makasih atas pujian dia. Dan dia selalu menanyakan kapan gue ada waktu, dia bilang dia mau nemuin gue. Gue bilang bahwa gue gak ada waktu nemuin dia (karena gue masih belum interes ama dia). Gue gak menjanjikan apapun padanya... gue bilang gue gak ada waktu. Hingga suatu ketika gue merasakan perasaan aneh, dan ... lama-kelamaan saat ketemuan di chatingan, malah gue yang terbalik untuk merayu Singgih. Di kepala gue udah gak ada lagi Ade, juga Ferry. Gue cuma pengen cari cinta laen, dan kebetulan ada orang yang care ama gue. Memang waktu itu gue masih sering ml sana-sini ama anak laen, tapi... gue mengharapkan saat gue mendapatkan bf, gue akan menghentikan freesex, dan hanya dengan satu kekasih gue saja gue making love. Dan akhirnya gue bikin janji, gue telpon singgih, dan gue kasi tau kapan gue ada waktu tuk nemuin dia. Akhirnya singkat cerita kami bertemu.... seperti dua kekasih yang udah lama tak bertemu, kami langsung abis2an ml. Hmm, mungkin ini bukan crita lucu tapi gue pikir itulah kenyataannya. So.. gue akhirnya jatuh hati padanya, dia begitu baik pada gue, walau yang gue tau bahwa gue masih merindukan Ade. Dan gue ama Singgih selang dua hari kemudian jadian, dia jadi bf gue. Tapi usia bf-an kami cuma 10 hari, karena, suatu ketika gue menelpon Ade, dia masih dikota tempat dia liburan, gue bilang gue sangat-sangat kangen dia, dan ingin nemuin dia. Gue gak bisa apa-apa, terasa semua begitu cepat berlalu, gue memang merasakan ini penghianatan pada Singgih, tapi gue -sekali lagi- hanya mengikuti kata hati gue yang begitu kuat untuk menemuin dia. Dan.. Si Ade tampaknya kaget dengan rencana kedatangan, gue dia bilang, kapan mas mo ke sini, gue bilang siang ini juga (karena waktu itu gue nelponnya siang hari). Trus dia bilang, dia akan jemput aku di terminal, dia suruh aku call dia kalo aku udah sampe. Di dalam bis, sepanjang perjalanan, perasaan gue hampa, gue hanya melihat orang lalu lalang tanpa gue sendiri tertarik untuk memberikan respon pada apapun yang terjadi. Yang ada di otak gue waktu itu adalah gue menghianati Singgih. So, akhirnya gue sampai juga, dan gue dijemput oleh Ade, dan menginap di rumahnya. Kami sekamar. Dan... waktu itu gue gak tau harus berkata apa. Kami berdua hanya terdiam di kasur, Kami cuma bisa saling berpandangan dan tersenyum. Akhirnya (seperti kebiasaan gue :)) gue pun "memulai" dengan menyentuh jemarinya. Dan dia tidak beraksi apapun. Dia tampaknya masih kaku dengan gue. Memang kami tak perna sebelumnya bersentuhan, dan gue pikir mungkin dia gak mo menghianati bfnya. So akhirnya kulepas genggaman jari gue. Dan gue bercerita pada dia mengenai perjalanan gue, dan kabar mengenai temen2nya di kota gue, hingga kami larut dalam pembicaraan. Gue mencoba lagi untuk menggenggam jemarinya.... dan kembali lagi dia terdiam, gue bilang, "lho kenapa? kok diem? trus aja crita, gak papakan gue megangin jari kamu?", Dia tersenyum dan menganggukkan kepala, trus dia crita lagi. Tangan gue makin gatel aja gue remas-remas jemarinya, apalagi melihat wajahnya yang manis, gue merasa mendapatkan makhluk termanis malam itu. Kami masih rebahan di kasur waktu itu, dan jam mulai menunjukkan pukul 11 malam, tak terasa kami udah 1 jam di kasur itu, hanya bercerita. Gue mulai kehabisan crita, dan kudekatkan wajahku ke wajahnya, dan gue pikir, dia juga melakukan hal yang sama, waktu itu kami hanya tersenyum, dan menghentikan crita kami. Tak terasa hendusan napas nya terasa di wajah gue. Dan gue mulai mengecup bibirnya, eh ternyata dia langsung memejamkan matanya. Akhirnya bibirku mulai melumat bibirnya yang mungil. Terlihat dia masih kaku dalam melakukan itu, dia memelukku kuat-kuat. Hanya desahan napas cepatnya yg terasa. Akhirnya tak terasa gue sudah berada di atasnya, dan gue langsung menghentikan ciuman gue. Dan gue bilang ke dia, bahwa gue rindu padanya, "Ade, aku datang ke kota ini untuk menemuin kamu, karena aku rindu kamu", aku mulai membuka pembicaraan. "Aku juga mas, aku juga rindu mas", jawabnya. "Lho, bukankah kamu udah punya bf?, kenapa masih mengingat gue?" aku agak menjawab spontan. "Yah, Kami udah putusan, kemaren". "kemaren?" "ya", dia kemudian mencoba duduk, dan gue juga mengambil posisi duduk didepannya dengan bersila. Ade kemudian menceritakan betapa, dia gak tahan dengan keadaan tanpa kepastian dengan bfnya, dia merasa disia-siakan, tak ada telpon, tak ada kemesraan buat dia, selama ini. Gue pikir, mungkin Ade cuma jadi pelampiasan sex aja. Dan dia menceritakannya sambil menangis tertunduk. Gue elus rambutnya dan kecup dahinya, trus gue bilang, "Ade, hampir dua bulan gue menantikan saat seperti ini, walau gue tau gue telat, tapi gue gak bisa memungkiri apa yang sesungguhnya yang ada di hati gue, kamu, bayangan kamu gak bisa gue hilangkan dalam hari-hariku". "Oh ya?", Ade mengangkat kepalanya, tampak wajahnya yang manis dengan deraian airmata. "ya", jawabku. "Bukankah mas sendiri saat ini udah punya bf juga?" "Yeah", aku mengangguk sambil terdiam, gue kaget. Trus gue bilang: "dari mana lu tau kalo gue udah punya bf?" "Dari temen-temen secenel", jawabnya. Kemudian aku memeluknya. Sangat erat sekali, terasa dada ini bergemuruh..... dan, akhirnya gue berkata, "Gue menyintai elo Ade, gue gak bisa membohongi kamu, memang, gue juga menyintai Singgih, tapi.... apakah gue mau terus-terusan begini, gue bener2 gak tau kalo elu udah putus ama bf elo. Gue gak ada maksud apapun, gue pikir, gue datang ke kota ini hanya untuk menyatakan cinta kepada kamu... cuma itu". Tak terasa airmata gue keluar, gue baru kali ini menangis, udah lama gue gak menangis, entahlah, gue gak abis pikir. "Ade, gue benar-benar menyintai elo, 2 bulan lamanya gue menahan ini semua, kalaupun gue mendapatkan Singgih, gue tetap gak bisa melupakan elo, suwer". "Ya, mas, Ade juga cinta mas, tapi bagaimana dengan Singgih?", dia bertanya. "Itu bisa gue atur, toh gue juga tetap cinta dia", jawabku. "Maksud mas? Gue ama dia dijadiin bf mas?" "ya, Ade... Gue gak bisa mutusin Singgih, tapi gue juga gak mau melepas elu lagi, kini elu udah digenggaman gue, begitu lama hati ini merasakan kepedihan sejak kehilangan kamu dulu. Gue gak mau jadiin sephia gue. Elu adalah bf gue juga, biar... waktu gue habis untuk kalian berdua". Ade hanya terdiam dia menatapku seakan gak percaya. Dan dia kemudian mengatakan bahwa dia gak pengen dikatakan merebut gue dari si Singgih. Tapi pada prinsipnya dia bilang bahwa itu terserah gue.... karena dia juga cinta gue. Akhirnya gue dan Ade jadian, sekarang gue punya 2 bf! 3 hari di kotanya kami habiskan berdua, dalam keriangan, dalam tangisan, dan dalam deru asmara kerinduan yang seakan tak habis2nya. Oke... gue cabut dulu, hehe udah capek, ini soalnya guie ngetiknya di warnet, ntar kalo sempat gue lanjutin kapan-kapan lagi. bye. untuk tanggapan kirim ke Alex (maximumsize2002@yahoo.com).

###

31 Gay Erotic Stories from Alex

A Night To Remember

It all started with the familiar thought of curiosity. For many years I dreamed of the thought of being with another guy, simply because the way my girlfriends loved to suck on me. I loved to watch them suck me dry after they would swallow my cum, until every drop was gone. After many blow jobs, I myself, wanted to suck my own cock, just to feel it in my mouth to see what was

C'était sa Première Fois

J'adore être pénétré et pénétrer les autres. Mais quand c'est fait avec une personne sur laquelle je fantasme vraiement, c'est encore mieux. Je vais à l'université et j'habite avec deux colocataires. Ils sont tous les deux très craquant mais, hélas, ils sont tous les deux hétéro. Un jour que j'étais seul avec David, qui est en passant l'un de mes meilleurs amis, je décidai d'être un

Chinese Buffet

Tonight, I didn't really feel much like making cooking or anything, and I really didn't want to be alone for the night, either. So, I got up out of my apartment and went out for some Chinese food. Downtown, there's this nice Chinese restaurant I've been to a couple of times. Every time I went, I scoped out some of the guys who worked there. I fall in love with hot, young Asian

Customs

It has been a long week. I was traveling all over Africa. I was after a case of fraud that concerned a really big number of firms in the west world. I am a journalist. I still remember those endless plane flights that exhausted me and I started thinking only about a soft bed where I could sleep. I am 21 and am a fit guy. I love sports and work out quite a lot in my free time. I

Danny Comes To Stay

I didn’t know till Tuesday or something he was going to be here, and the worst thing was he was going to come down without telling mum and dad, and they were going to have to act like they were pleased to see him and what a nice surprise and all that, but really it would be all uncomfortable cos they’ve never really been able to look him in the face since they found out

Ein Deutscher in New York

Da saß er nun in dem luxuriösen Hotelzimmer in New York und harrte der Dinge, die da kommen sollten. Großen geschäftlichen Sinn machte diese Reise nicht. Der Vertrag, den er nachmittags mit den amerikanischen Partnern unterzeichnet hatte, hätte auch per Briefwechsel geschlossen werden können. Die Konditionen waren bereits vorab durch E-Mails, Faxe, Briefe, Telefonate und

Father's Present For Son

Ever since he stared puberty I have been thinking about my son. Thinking about how soon he would start to masturbate and how his penis would start to grow. This got me very horny. I wanted him to have sex with me when he turned 14 but never asked him to in fear of someone finding out and taking him away from me. So I waited until his 18th birthday to ask him. That way he would

First & Best Time

I was about 17 when went to my college lecturer’s house for an end of term party. I got pretty hammered and at the end of the night was offered a room by this guy's wife. I accepted and she showed me to my room. About 15 minutes later, she comes back with some grass and starts rolling it up. We smoke a bit and then my lecturer comes in for a toke. She starts rubbing his thigh and

Innocence Lost

I had just finished running five miles for track when Dustin came up to me. Dustin was the hottest guy in school. He had blonde healthy hair that was stylishly parted to both of the sides of his head. He was wearing a white tank top and windbreaker pants. He must have been the most muscular guy in our school. All of the girls would cut their teeth to go out with him. "Hey

Innocence Lost Part 3

I didn't tell anyone about seeing Tyler and Dustin having sex in the woods. I couldn't help but be aroused by the whole situation. After all, I'm only human. When I got home, I was in for a pleasant suprise. Danielle was standing in my front yard talking to my mother on the patio. But a gorgeous hunk of a man was standing there with her. His hair was styled like Dustin's, but

Innocence Lost, Part 2

It had been two weeks since I had shared my first sexual experience with Dustin. The morning after, he had left before I woke. So I went home thinking I could talk to him later. Little did I know that Dustin just needed me for a one night stand. He would look at me as if I were diseased when we were at school. Every time I looked at him he was talking to his best friend Tyler.

Innocence Lost: Part 3a

Dustin removed all of his clothing and mine after he locked the door shut. The three of us got onto Tyler's bed and started to kiss each other passionately. Tyler started sucking on my hard nipples while I was frenching Dustin. I was in pure joy. My hands were grabbing Dustin's ass cheeks hard. He started cry out in pleasure. His hardened dick was rubbing against my abs. Dustin then

Jeff Hammond's Jockstrap

I'd been hearing the rumor for a week. Porn star Jeff Hammond, my favorite, had joined our health club. Needless to say, I spent a lot of extra time hanging around the gym in hopes of catching a glimpse of him working out or, better yet, showering. Finally it happened. I walked into the locker room one day and saw a tall guy with of an hourglass figure wearing nothing

Kesepian yang tiada akhir, Bag 1

Sorry pada cerita sebelumnya gue lupa mencantumkan identitas gue... ini crita gue mulai dari awal aja deh, true story.. Cinta tidak mesti harus memiliki, itu mungkin yang terjadi ama gue. Begitu banyak cinta, tapi ternyata itu hanya untuk satu orang. Gue pikir itu anugerah, dan memang sangat amat misteri. Dulu, hidup gue hanya untuk mencari cinta dengan menanamkan harapan ke orang

Kesepian yang tiada akhir, Bag 2

Cinta itu misteri, dia adalah anugerah buat kita, kita tak bisa menolaknya atau memaksa kehadirannya, so.. jagalah ia. Cukup lama gue menunggu Ade, 1,5 bulan tanpa kepastian. Hati ini semakin lama semakin hancur saat gue mendengar kemesraan Ade bersama bfnya, memang gue secara langsung tidak melihat kemesraan mereka, tapi itu cukup bagi gue. Tapi itu tak lama, suatu ketika gue

Kesepian yang tiada akhir, Bag 3

Lelaki, bagaimanapun keadaannya, suatu saat akan merasakan kesepian yang dalam saat harus mengambil keputusan. 3 hari gue bersama Ade, begitu banyak yang kami lakukan untuk saling mengenal pribadi, akhirnya gue balik ke kota gue. Seminggu kemudian Ade menyusul, karena liburannya telah berakhir, dan dia akan masuk kuliah. Beberapa hari kemudian, Singgih datang ke kota gue buat nemuin

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 4

Jam berdentang sekali, menyadarkan gue.. bahwa itu udah menunjukkan jam 1 pagi. Gue mengisap rokokku untuk yg terakhir kalinya dan kemudian masuk ke kamarku lagi. Kulihat Singgih duduk di pinggir tempat tidur. Gue mengambil tempat dan duduk di sampingnya. Gue menatap matanya dan berkata, "Singgih, gue memilih si Ade, karena gue udah lama mencintai dia dan gak mo kehilangan dia

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 5

Setelah malam itu, kami semakin deket. Kami semakin lengket. Hingga pada suatu ketika dia pindah ke rumah kontrakan, kami semakin bebas untuk "beraktifitas". Di rumah itu dia tinggal sendiri, tapi karena gue hampir tiap hari maen-maen ke rumah itu maka dia gak merasa kesepian. Sebulan berlalu setelah itu.. dan secara tidak sengaja, saat gue jalan-jalan di mall sendirian, gue

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 6

Malam berlalu begitu cepat, kami tertidur pulas. Tak ada "aktifitas apapun". Cuma ciuman kecil dia pada pipi kiri gue terasa saat gue setengah tertidur. Dan pagi itu matahari bersinar, langit cerah bertepatan dengan pertengahan bulan agustus. Gue mengantar kepergian Ferry ke terminal. Selama di mobil kami mengobrol tentang banyak hal, sungguh mengasyikkan, tak terasa macet jalan pagi

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 7

[Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan crita ini, terdapat kesalahan/kekeliruan pengetikan atau penempatan istilah. Penulis berharap bahwa kesalahan tersebut tidak mempengaruhi jalan crita secara keseluruhan. Mohon maaf kepada pembaca karena telah merasa terganggu atas kesalahan tersebut. Terimakasih atas kritikan dan saran pembaca kepada penulis pada crita ini di bagian yang telah

Kesepian Yang Tiada Akhir, Bag 8 (akhir)

Matahari pagi bersinar cerah keesokan harinya, dan arak-arakan awan tipis di ufuk timur sana membiaskan kilau warna ungu dan merah delima sinar itu. Terlihat iringan bebek menyapu embun yang melekat pada rerumputan, dan anak-anak sekolah berlarian seakan menyambut pagi yang kemilau! Dan semua itu mengantar gue berpamitan pada Ade pagi itu. Akhirnya gue tahu bahwa Ferry bukannya makin

Laplaya en Nuestros Cuerpos 1

Ya me habían dado las vacaciones de verano y decidí irme de la ciudad una temporada.El trabajo, los horarios,los atascos, las facturas ... no me dejaban vivir mi vida.Entonces decidí irme a LA. , alquilé una casa que estaba al lado de la playa para pensar en mis cosas. La busqué alejada de la gente teniendo apenas 10 vecinos en 10 km de costa. Me encantaba esa tranquilidad, esa paz,

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1

Nasib Anak Kost (mana tahan) Part 1 Saya mahasiswa tingkat 3 sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Karena saya bukan asli orang Bandung, saya tinggal di sebuah rumah kost khusus cowok. Kamarnya ada 10, penghuninya juga 10 orang. Kebetulan mahasiswa semua. Salah satu hal yang saya sukai dari tempat kost saya adalah kamar mandinya. Bukan karena bersih atau

Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut)

Nasib Anak Kost, Part 2 (gayung bersambut) (Sedikit dari cerita yang lalu : Beberapa hari kemudian, pagi-pagi, waktu saya lagi asyik mandi sambil membayangkan Ary dan apa yang dia kerjakan malam itu, kontol saya ngaceng tanpa dikomandoi. Nggak tahan aku langsung menyabuni wilayah kontol dan sekitarnya. Pas lagi asyik-asyiknya melayani diri sendiri, tiba-tiba Ary masuk.

Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya ....)

Nasib Anak Kost, Part 3 (akhirnya ....) Sore itu hari Sabtu. Jam baru menunjukkan pukul 6 lebih sedikit. Semua orang pergi ke acaranya masing-masing, kecuali aku. Aku bengong aja sendiri. Nggak ada janji dengan siapapun, nggak punya seseorang untuk diapelin. Aku nggak tau bahwa hari itu akan jadi babak baru dalam hidup saya. Abis mandi, aku pakai kaos santai dan

No Ônibus

Era uma terça-feira à noite, e eu estava indo de ônibus do interior de São Paulo para a capital. Estava cansado só de pensar em passar sete horas sentado em um banco de ônibus, sabe lá com que tipo sentado ao lado... Para minha surpresa, o ônibus estava quase vazio, com a maioria das pessoas sentando no fundo. Eu me sentei na frente do ônibus. Na janela oposta, sentou-se um

QUÉ SUEÑO...!!!!!!!

El ordenador para mí se ha hecho completamente imprescindible y con la maravilla llamada Internet más. Por lo general acostumbro a entrar a la red (en las noches) y bajo fotos de chicos gays en acción o en sexo oral; en ocasiones entro a chat y/o busco los últimos títulos de videos boy-boy... Esto se ha incrementado increíblemente, pienso que por la situación de vivir con la

The Asian Streetpunk, Part 1: Our First Meeting

I once lived in New York City, and when I was 15, all I ever did, constantly was go back and forth to almost any restroom I could just so I could either jerk off or luckily have fun with a buddy. Even now, I still can't believe how incredibly horny I always was, especially anytime I would bump into a cute Asian guy - didn't matter if I was in the street or if I was playing a

The Asian Streetpunk, Part 2: Kissing In Chinatown

The train made its stop at Canal Street, a normally crowded part of Chinatown, New York. I walked alongside Byron, my dream boy come true, as we ventured down some of the many streets and around the many corners and through some of the many allies. I also took my random peeks at some of the other guys around me, but, of course, my mind never once left Byron. By this time, I felt

The Dream Biker

(This is all fiction) I was only 16 years old, when I met the most remarkable human being I ever came across. I fell in love from just one glance at his face...as well as his body. One day, during the summer break, school was already out and all of my friends had already left town to go on their own fun little trips over the vacation. Being in such a small, fairly quiet

Twinks

STORY #93 TWINS Alicia wrapped the robe around her lithe nude body and padded down the thick carpeted hall to her eighteen year old twin brother Alexander’s room. She knocked on the door, and without waiting for an answer, opened it and went inside. Alex was lying on his bed reading his history book, and only looked up when his sister asked, “Ready for our good night kisses?” “Where

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story