Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pak Duta Besar

by PrabowoSuharto


Bab 1

Hari Senin tanggal 22 Desember 1976 adalah hari terakhir aku ke sekolah. Keadaan keluargaku saat itu sangat pas-pasan, karena bapakku meninggal dua tahun yang lalu. Hanya kakak ku yang laki-laki serta ibuku yang pada dasarnya menggarap sawah peninggalan ayahku. Oleh sebab itu aku putuskan untuk merantau ke Jakarta, kebetulan sepupuku yang 3 tahun lebih tua dariku sudah merantau terlebih dahulu, sehingga ia menjadi pembuka jalan bagiku.

Oh hampir lupa, namaku Prabowo dan asal ku dari desa kecil sekitar satu jam dari Jogjakarta. Desaku ini berbukit-bukit, pemandangannya cukup indah. Hanya saja, kehidupan sulit sekali, oleh sebab itu aku bertekat untuk membantu ibuku dan kakakku.

Kemarin malam sepupuku, mas Subagyo, yang sudah bekerja di Jakarta kebetulan pulang kampung. Jadinya aku sempat berbincang-bincang dengan dia. Aku sempat melontarkan hasratku untuk bekerja di Jakarta seperti dia. Memang aku sedang beruntung, dia langsung mengatakan bahwa tetangga majikannya sedang mencari jongos untuk membantu dia. Pada dasarnya untuk membantu keperluan sehari- harinya. Tanpa pikir panjang, aku putuskan untuk ikut ke Jakarta.

Dengan restu ibuku, kami berdua berangkat ke Jakarta setelah tahun baru. Perjalanan cukup mulus. Sepupuku membantu ongkosku ke Jakarta. Setibanya di stasiun Gambir, kami naik bis ke Menteng, tempatnya jalan Diponegoro. Kami berdua langsung menuju rumah di mana Subagyo bekerja sebagi supir untuk kedutaan Inggris. Aku sangat terpesona melihat betapa indahnya rumah duta besar Inggris. Bayangkan saja, anak kampung tiba-tiba masuk rumah besar dan indah.

“Kamu tunggu di sini ya, karena majikanmu baru balik dari Inggris minggu depan” ujar sepupuku. Aku mengangguk setuju.

Di rumah duta besar ini, ada beberapa pembantu wanita. Daripada aku menggaur, aku lebih baik belajar mengerjakan urusan rumah tangga. Karena nanti tugasku segabai jongos yang akan meladeni majikanku. Selama seminggu, aku belajar mencuci dengan mesin cuci, menyeterika, merapihkan ranjang.

Sejak tahun lalu bapak duta besar menghuni kediamannya sendirian, karena ibu duta harus menemani anak bungsunya menyelesaikan sekolah menengah pertama . Kehidupan dipagi hari pak duta selalu rutin. Beliau bangun sekitar jam 6 pagi, sarapan pagi, membaca surat kabar di kebun belakang, dan kemudian mandi pagi. Tanpa memeriksa terlebih dahulu, aku bergegas ke kamar beliau untuk merapikan kamar tidur beliau. Setibanya di dalam kamar, ternyata beliau berada di dalam kamar dan hanya mengenakan celana dalam putih yang ketat. Aku agak kaget, dan meminta maaf dan bergegas keluar. Tetapi pak duta memanggilku, jantungku berdebar keras, aku agak takut bertatap muka dengan beliau.

“Prabowo, kamu tidak usah pergi, tetap di sini, dan kamu bisa bersihkan kamar saya” beliau mengijinkan

Dengan agak segan aku kembali dan mulai membereskan ranjang beliau. Selama aku merapikan ranjang beliau, pak duta berdiri di depan cermin sambil mencukur jenggotnya. Aku lirik dan perhatikan. Aku belum pernah melihat pria bule dalam keadaan hampir telanjang seperti itu. Tinggi badannya sekitar 1 meter 85 cm, sangat tinggi untuk ukuran Indonesia. Dadanya bidang sekali dan ditumbuhin bulu dada yang tebal. Pada dasarnya keadaan fisik beliau bagus sekali. Aku tak mengerti, semakin aku perhatikan beliau, semakin badanku terasa panas, dan denyut jantungku berdebar-debar. Sesaat kemudian, berusaha menggaruk-garuk punggunya. Tanpa kusangka-sangka beliau memintaku untuk mendekatinya, dan meminta bantuanku untuk menggaruk punggunnya. Sembari menggaruk punggunya, kedua kaki terasa lemas, hampir tidak bisa berdiri. Beberapa saat kemuadia, beliau memberi isyarat sudah cukup.

Aku mundur beberapa langkah, sebelum beliau membalikan badannya dan dalam sekejap, beliau menanggalkan celana dalamnya. Jantungku hampir lepas sekali lagi. Selama hidupku, aku belum pernah menyaksikan kemaluan laki-laki dewasa, paling-paling anak remaja di kampungku sewaktu kita main di air terjun di kaki gunung. Dalam waktu sekejap, aku merasakan dunia ini seperti terbalik. Aku yakin kemaluan beliau tidak tegang, tetapi juga tidak dalam keadaan lembek, jadi kelihatan padat tetapi tidak berdiri. Kalau aku harus kira-kira, ukurannya kurang lebih 14 cm. Selain itu ini pertama kali aku melihat kemluan yang tidak disunat.

Mataku terbelalak dan memandang benda yang begitu mempesona. Selain itu mulutku terbuka. Aku tidak mampu melakukan apapun, sampai tiba-tiba.

“Prabowo, are you OK” beliau berkata

Mukaku berubah menjadi merah padam, karena malu sekali, dan air mataku mulain meleleh. Segera, beliau mencoba mengatasi suasana agar aku tidak malu. Aku dirangkul, dan beliau berkata “Jangan malu dan menangis, itu biasa. Karena kamu belum pernah lihat. Nanti kamu akan jadi biasa, OK”. Aku menganggukan kepala dan setuju. Selama aku dalam pelukannya aku merasa begitu tenang akan rasa kasih seorang bapak, dan juga beliau memiliki aroma yang memikat sekali.

“Prabowo, bagaimana kalau kamu duduk di sini dan kamu bisa menonton waktu saya mandi, jadi kamu tidak akan merasa malu kalau melihat saya dalam keadaan telanjang” kata beliau

Aku tidak percaya apa yang kudengar. Tapi hatiku melonjak dalam kegembiraan dan juga dalam nafsu. Kamar mandi beliau besar dan berlantaikan marmer. Aku duduk di closet selama beliau mandi di bawah pancuran. Kedua matakan tidak bisa berpaling dari sosok seorang pria yang benar-benar tampan. Suara gemercik air yang keluar dari pancoran, mentulikan suasana. Tetapi membantu membawaku ke dunia birahi. Pertama-tama dia membasahkan sekujur badannya, kemudian mulai mencuci rambutnya dengan shampoo. Wangi shampoo memenuhi kamar mandi itu, kemudian beliaum membilas rambutnya. Setelah itu beliau mulain menyabuni tubuhnya dari muka sampai kaki. Terakhir, beliau berkonsentrasi di daerah kemaluannya. Kedua mataku tertuju pada benda dasyhat itu. Aku tidak mengerti apa yang belia lakukan. Ku perhatikan dengan seksama. Mula-mula beliau, menarik kulit yang menutupi kepala kemaluannya. Tanpa kusangka beliau tiba-tiba memandangku dan tersenyum lebar. Kemudian tangan kanannya menyabuni batang dan kepala kemaluannya, setelah itu tangan kiri beliau menggenggam kantong buah pelirnya yang besar itu, sementara tangan kanannya menggosok- gosok dan memainkan kepala dari batang kemaluannya. Dalam waktu beberapa menit, aku menyaksikan sesuatu yang aku tidak pernah ku banyangkan dalam hidupku. Kemaluan pak duta besar menjadi keras, merah dan membengkak. Panjangnya kurang lebih sekitar 18 cm dan gemuk sekali. Sekali lagi beliau memandangku, dengan senyum yang begitu bangga.

Setelah batang kemaluan beliau menjadi tegang dan mencuat, beliau merubah cara mempermainkan atau merangsannya. Beliau mempermainkan batang kemaluannya seakan-akan seperti sepotong bambu. Aku benar-benar tidak mengerti apa yang beliau lakukan. Digenggam erat sambil dikocok-kocok seperti orang mengocok botol obat. Sementara itu nafasnya mulai memberat, dengan mata yang tertutup. Pemandangan ini benar-benar luar biasa. Jantungku berdebar-debar, nafasku pun tersengal-sengal. Saat itu aku duduk kira-kira 3 meter dari beliau. Aku kumpulkan semua kebarianku, and ku berjalan mendekatinya. Tangan kanan beliau terus mengocok-ngocok kemaluannya seperti tidak ada hari esok. Semakin dekat kulihat, semakin luar biasa. Kepala kemaluannya terlihat berdenyut-denyut, dan berwarna merah padam. Beliau mulain mengeluarkan rintihan-rintihan kenikmatan. Dari sini, aku mempelajari bahwa ini suatu kegiatan yang pasti nikmat. Tetapi aku tidak mengerti apakan ini akan berlanjut sampai kapan. Kulihat, dia mulain mendorong- dorong pinggulnya kedepan, dan kedua kakinya menjadi tegan sambil menarik- narik dadanya yang bidang kebelakang.

“Oh, my God……oh my God” beliau merintih-rintih.

Kupalingkan pandanganku ke mukanya, kulihat kedua bola matanya berbalik seperti orang kesurupan. Dan kocokannya semakin cepat, badannya mulai bergetar-getar seperti orang ayan. Dan tiba-tiba dia memalingkan tubuhnya ke hadapan ku, sehingga mukaku berhadapan tepat di depan kemaluannya yang tegang. Aku tidak tau apa yang akan terjadi, tetapi dengan cepat dia menarik dengan kuat bahunya ke belakang dan mendorong pinggulnya kedepan.

“OHHHH…………………………………….” Beliau berteriak keras

Dalam waktu yang bersamaan, kulihat cairan putih dan kental tersembur dari lubang kemaluannya yang merah padam. Semprotan pertama tepat menenbak pipi kananku, dengan sigap aku membentuk bentuk mangkok dengan kedua tanganku untuk menangkap semprotan berikutnya. Tanpa kusadari, ku julurkan lidahku dan kujilati cairan putih kental itu. Terasa asin dan hangat, tapi aku sangant menyukai rasanya, kutelan semuanya. Pikiranku melayang-layang, aku tidak percaya apa yang terjadi.

“Prabowo, kamu tau apa yang saya lakukan” tanya pak duta.

“Tidak pak, saya sama sekali tidak mengetahui yang bapak lakukan, tetapi saya sangat menikmati apa yang saya lihat” sahutku

“Yang saya lakukan itu namanya masturbasi, itu adalah kegiatan yang disukai semua orang laki-laki, mulai dari masa remaja sampai dewasa” jelasnya lagi

Dengan penuh pertanyaan “Apa yang membuat masturbasi sangat nikmat pak?”

Beliau tertawa terbahak-bahak. “Prabowo, kamu ini benar-benar anak masih kecil! Yang membuat seorang laki-laki suka bermasturbasi adalah saat cairan kental putih keluar dari kemaluan. Rasa yang tidak bisa digambarkan…enak sekali”

Kubertanya lagi “Apa gunannya cairan putih itu?”

“Oh, kamu juga tidak tau. Cairan putih disebut sperma atau air mani dalam bahasa Indonesia. dan itu untuk membuat anak” sahutnya lagi.

“Untuk membuat anak??? Bagaimana mungkin” dengan nada terperanjat kubertanya lagi.

“Kalau begitu, nanti hari Jum’at malam, kamu akan boleh menonton bagaimana orang membuat anak?” Jawabnya

Aku terdiam seribu bahasa, dan bertanya dalam hatiku, membuat anak. Sementara itu beliau membersihkan air mani yang berhamburan ke segala arah sewaktu keluar dari ujung kemaluannya.

Bab 2

Empat hari sudah berlalu, terasa lama sekali, karena aku menunggu-nunggu atraksi apalagi yang pak duta akan pertujukan kepadaku. Kudengar pintu garasi terbuka, hatiku berdebar-debar menantikan apa yang akan terjadi.

Beberapa saat kemudian, pak duta memasukin ruang keluarga.

“Hi, Prabowo…..apakabar kamu hari ini” sapanya

“Oh, baik-baik saja pak” sahut ku agak malu-malu

“Bisa kamu ambilkan saya air, saya haus” perintahnya

Saya bergegas ke belakang mengambil segelas air es. Sewaktu aku balik di ruang keluarga, pak duta sudah menanggalkan kemeja dan celana panjangnya. Beliau duduk dengan santainya sambil menaikan kaki kanannya. Kuberjalan mendekatinya, dari tempat kuberjalan, aku dapat melihat bulu-bulu kemaluan beliau karena karet sekeliling celana dalamnya sudah agak longgar. Hatiku mulai berdebar-debar.

“Prabowo, duduk kemari, kamu masih ingat janji saya kan? Saya akan memperlihatkan bagaimana membuat anak. Apa kamu masih tertarik? Tanyanya

“Tentu pak, saya tidak tahu sama sekali bagaimana manusia membuat anak” jawabku dengan nada yang lugu

Dengan suara yang dalam beliau menyahut “Baik, nanti malam kamu akan dapat menyaksikan. Tapi dengan satu syarat, kamu tidak boleh menceritakan ke siapapun. Nanti malam sewaktu aku diurut oleh pak Ali, kamu masuk kamarku dan duduk di sudut ruangan dan jangan mengeluarkan suara. Duduk dan perhatikan”

“Janji pak” ku jawab dengan nada yang memastikan

Hari sudah mulai menggelap, beliau makan malam. Setelah itu beliau duduk-duduk sambil menonton televisi. Tiba-tiba ku dengar pintu garasi terbuka lagi.

“Oh itu pasti pak Ali dan istrinya” dengan tiba-tiba pak duta berseru.

Beberapa saat kemudian sepasang suami istri berumur duapuluhan memasuki ruang keluarga dengan dibantu oleh Siti pembantu rumah tangga kami.

Dengan logat Jakarta yang kental pasangan itu menyapa pak duta “Selamet malem pak, sudah siap untuk pijetnye?”

“Oh, tentu pak” jawab pak duta dengan singkat. Sementara itu pak duta membantu pasangan itu untuk masuk ke dalam kamar tidur pak duta. Setelah kedua pasangan itu di dalam kamar, pak duta memberi isyarat agar aku masuk dan duduk diam.

Aku duduk di sudut Utara dari kamar pak duta, sehingga aku dapat melihat dengan jelas semua kejadian di dalam kamar itu. Di sudut Selatan, ibu Ali duduk dengan tenang. Kedua orang ini adalah tuna netra, mereka mencari uang dengan mengurut.

Pak duta, menanggalkan kaos singletnya. Sekali lagi aku terpesona akan keindahan badannya yang bidang dan cukup berotot. Beliau tengkurap, dengan tangkas pak Ali mulai mengurut punggung pak duta. Sekali-sekali terdengar rintihan kenikmatan dari mulut pak duta. Pak Ali sudah tahu kesukaan pak duta, beliau sudah menjadi langganan pak Ali selama satu tahun semenjak ibu duta kembali ke Inggris. Kadang-kadang terdengar pukulan-pukulan pak Ali dan juga rintihan kesakitan pak duta.

Setelah puas dengan bagian belakang, pak Ali meminta pak duta untuk membalikan badannya sehingga pak duta berbaring memandang langit-langit kamarnya yang megah. Pak Ali memulai dari betis dan mulai naik ke paha. Terlihat dengan jelas, pak duta meringis-ringis kesakitan, tetapi nikmat juga. Setelah kaki selesai, pak Ali beralih ke bagian dada. Pak Ali menggunakan banyak minyak karena pak duta memiliki tubuh yang berbulu lebat. Dengan mantapnya pak Ali meremas-remas dan menekan-nekan dada pak duta dengan ibu jarinya. Kudengar keluhan-keluhan kenikmatan.

Aku mulai berpikir, kapan adegan membuat anak akan dimulai. Tiba-tiba sewaktu aku berpikir, tangan pak Ali menarik karet celana dalam pak duta. Dalam waktu sekejap, aku melihat kemaluan pria yang lembek dan tertidur diantar bulu kemaluan yang tebal sekali.

Pak Ali bangkit, dan mengambil minyak urutnya. Dituangkan di telapak tangan kanannya, dan kembali menghampiri pak duta yang terbaring dengan tenangnya sambil kedua tangannya diletakkan dibawah kepalanya. Aku benar-benar buta, dan tidak tahu apa yang akan terjadi. Perlahan-lahan pak Ali meminyaki perut pak duta, lama kelamaan mulain turun dan menyetuh kemaluan pak duta. Secara halus dan hati-hati, dengan jari telunjuknya dan ibu jarinya, pak Ali menarik kulit kemaluan pak duta sehingga kepala dari kemaluan terpampang dengan gagah, meskipun tidak keras. Dengan penuh perasaan, pak Ali memainkan kepala kemaluan tersebut. Perlahan-lahan tapi pasti, kemaluan pak duta mulai mengeras. Kedua mata beliau tertutup rapat sambil menikmati usapan jari jemari pak Ali yang begitu ahli mempermainkan batang dan kepala kemaluan seorang pria. Dalam waktu kurang lebih lima menit, pak duta sudah berereksi penuh. Apalagi yang akan terjadi. Dengan tak kusangka, pak Ali mendekatkan mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Dia mulai menjilat-jilat kepala kemaluan pak duta. Kudengar pak duta mulain merintih-rintih dalam kenikmatan birahi. Kurang lebih selama satu menit pak Ali mempermainkan kepala kemaluan itu dengan ahlinya dengan lidahnya yang lincah.

“Atik, die udeh siap nih. Kontolnya udeh keras banget, buruan kesini” perintah pak Ali ke istrinya

Aku begitu terperanjat melihat istri pak Ali menanggalkan bajunya dan memanjat ke ranjang pak duta. Mereka bertigaan diranjang. Ibu Atik berbaring dengan tenang di sebelah pak duta. Pak duta tiba-tiba membuka matanya dan bangun. Dia memperhatikan ke cantikan ibu Atik, beberapa saat kemudian pak duta merubah posisi bu Atik sehingga lubang kemaluannya menghadap pak duta. Pak duta secara perlahan-lahan mulai mengusap-usap kemaluan bu Atik. Bu Atik mulai mengeluarkan suara kenikmatan. Sementara itu, pak Ali tetap menghisap-hisap dan menjilat kepala kemaluan pak duta. Sekali-sekali pak duta dan bu Atik mengeliat karena kemaluan kedua insan ini dalam kenikmataan yang tergambarkan.

Pak duta merendahkan kepalanya dan mulai menjilat-jilat buah dada bu Atik yang montok dan keras puting susunya. Mata ibu Atik terpejam, dia benar-benar menikmati rangsangan jari jemari pak duta dan juga lidah lincah pak duta.

Aku benar-benar tidak mengerti apa yang dilakukan ketiga orang ini. Mereka seperti binatang saja. Saling jilat menjilat.

“Atik, kayaknya si babe udah siap bener nih, lu miring gih, suruh si babe ngentotin elu dari belakang. Kalau dari depan kontolnya babe kayaknya keras dan tegang banget, kalau dari depan lu bisa berdarah” ujar pak Ali. Pak duta tidak mengerti kalau pak Ali berbahasa Jakarta.

Kemudian pak Ali membantu istrinya untuk berbaring dengan sisi kiri dari istrinya. Pada posisi ini aku tidak dapat melihat. Aku berpindah. Tiba-tiba pak Ali bertanya

“Pak ada siapa ya, kayaknya ada orang di kamar ini” dengan nada yang curiga

“Oh tidak ada siapa-siapa pak” balas pak duta.

Sementara itu pak Ali juga mengatur posisi pak duta sehingga beliau berbaring berbaring juga disisi kirinya dan berada di belakang istrinya.

“OK, Tik, angkat kaki kanan lu jadi sibabe bisa masukin kontolnya” perintah pak Ali.

Aku tidak habis mengerti, dan terpukau dengan apa yang kulihat. Pak duta merebahkan kepalanya, dan pak Ali memegang dan mengarahkan kemaluan pak duta untuk memasuki lubang kemaluan istrinya. Sedikit demi sedikit, kemaluan pak duta hilang terbenam ke dalam liang wanita itu.

Sekarang apa lagi pikir ku? Beberapa saat kemudian, pak duta mulai menusuk dan menarik batang kemaluannya dengan irama yang tetap.

“Gimana Tik, enak” tanya pak Ali ke istrinya

“Wah, luar biasa bang. Bener2 berasa, bukan panjangnya aja yang luar biasa, gemuknya itu mantep banget” sahut si ibu Atik

Pak Ali juga menjadi begitu antusias. “Bagaimana pak, apa enak?” dia bertanya ke pak duta.

“Very tight, I love it” sahut pak duta

Setelah kurang lebih 5 menit kedua mahluk ini melakukan kegiatan maksiat yang nikmat ini.

“Bang, suruh si babe ngentotin gue dari depan, supaya lebih mantep” Tiba-tiba bu Atik berseru

“Yang bener lu, lu yakin lu bisa tanganin kontol si babe” pak Ali bertanya dengan agak ragu.

“Yakin” sahut bu Atik

Pak Ali perlahan-lahan mendekat ke pusat kenikmatan kedua manusia ini. Aku tidak tahu apa yang dia akan lakukan. Dijulurkan lidahnya dan mulai menjilat-jilat kantong pelir pak duta. Begitu lidah pak Ali menyetuh kantong pelirnya, aku dengar rintihan kenikmatan, kurang lebih selama satu menit pak Ali dengan ahlinya memainkan lidahnya. Beberapa saat kemudian, dia mengangkat kaki pak duta, dan mulai menjilat-jilat anus pak duta.

“Oh, it was so good…..please don’t stop” pak duta mengemis-ngemis.

Sementara itu pak Ali mendorong istrinya sehingga kedua mahluk itu terlepas dan tidak terhubung di alat kelamin. Tetapi pak duta tak perduli karena dia mendapatkan servis yang luar biasa dari pak Ali.

Kemaluan pak duta berdiri tegak, merah padam dan berdenyut-denyut.

“Atik siap-siap, berbaring sana, gue suruh si babe ngetotin dari depan sekarang” perintah pak Ali

Bu Atik, berbaring dengan kedua kakinya ditarik keatas. Sekali lagi pak Ali, mengarahkan pak duta untuk menusukan alat kemaluannya ke dalam lubang kemaluan istrinya.

Meskipun pak duta sudah berusia empat puluhan, tetapi alat kelaminnya memang luar biasa. Tegak dan keras seperti seorang remaja. Selain itu ukurannya bukan tandingan untuk ukuran orang melayu. Kepala kelaminnya begitu besar dan indah bentuknya, membuat wanita melayu bertekuk lutut.

Ku mendekat sedekat-dekatnya. Kurang lebih hanya tiga puluh sentimeter dari pusat kemaksiatan ini. Ku ikuti gerak-geriknya. Pak duta menarik batang kemaluannya sehingga tegak lurus dengan tubuhnya, perlahan-lahan didekatkan kepala kelaminnya dengan lubang kelamin bu Atik. Beliau sentuhkan kepala kelaminnya dengan bibir kemaluan bu Atik. Bu Atik tertawa-tawa centil.

“You like it, don’t you” ujar pak duta

“Are you ready Atik” tanya pak duta

Suaminya menterjemahkan “Tik, siap-siap, dia mau masukin kontolnye tuh”

“Iye” balas Atik

Pak Ali mengacungkan jempolnya tanda siap.

Dengan tekanan yang pasti, pak duta menekan masuk kepala kemaluannya kedalam lubang kewanitaan bu Atik.

“Waduh….gile gede banget. Tapi nggak ape-ape koq, gw suka banget” berseru dengan keras

Pak Ali mengacungkan jempolnya, dia memberi isyarat bahwa semua berjalan baik, dan pak duta bisa melakukan apa saja.

Dengan irama yang tak terputus-putus, pak duta menusuk dan menarik alat kelaminnya. Kadang-kadang, beliau tarik sampai benar-benar lepas, dan dengan cepat ditusukan kembali. Hal ini membuat bu Atik merintih-rintih.

Kulihat pak duta mulai melulurkan keringat. Butir-butir keringat pak duta berjatuhan ke tubuh bu Atik. Dan nafas kedua insan ini mulain menjadi berat, terutama pak duta. Kulihat dari bawah, kantong pelir pak duta menghantam bertubi-tubi bagian bawah dari lubang kelamin bu Atik. Aku juga melihat batang kelamin pak duta makin berdenyut-denyut. Tusukannya juga semakin cepat dan dalam. Bu Atik merintih- rintih dengan kerasnya, tetapi pak duta tidak perduli.

Sementara itu, pak Ali melumuri jari tengahnya, dan menghampiri pak duta. Pak duta tidak menggubris, terus memompa istrinya tanpa belas kasihan. Perlahan- lahan, pak Ali mulain mengusap-usap pantat pak duta, tiba-tiba dia mulain merangsang anus pak duta.

“Oh…damm …what are you doing? It was so good” pak duta berteriak dengan suka cita.

Gerakan pak duta semakin tidak terkendalikan, getaran-getaran birahi yang tak terkontrol. Akhirnya

“I am cumming….I am cumming” dengan lantangnya pak duta berteriak

Kulihat pak duta menekan dalam-dalam pinggulnya terhadap kemaluan bu Atik.

Dalam waktu bersamaan, bu Atik juga berteriak melampiaskan kenikmatan yang diterima dari pak duta

“Aduh, aduh, aduh……enak” rintih bu Atik

Secara mendadak pak duta terkulai di atas tubuh bu Atik yang juga tampak seperti orang mati. Kedua mahluk ini menikmati kenikmatan duniawi yang tak tergambarkan.

Kuperhatikan apa yang terjadi dengan kedua alat kelamin dari kedua manusia ini. Dengan jelas aku dapat melihat cairan kental putih pak duta mulain meleleh keluar dari sela-sela antara batang kemaluan pak duta yang masih terbenam dengan tentramnya di dalam lubang kenikmat itu.

Kedua mahluk ini benar-benar tidak berkutik selama kurang lebih lima menit, karena mereka terkuras tenaganya dalam kegiatan maksiat ini.

Setelah lima menit, aku mulain melihat sedikit gerakan dari pak duta. Perlahan- lahan dia menarik kemaluannya yang setengah tegang keluar dari liang kenikmatan tersebut. Tiba-tiba cairan putih mengalir keluar dengan derasnya, karena tidak sekental waktu keluar pada puncak kenikmatan.

Pak duta memandang ku, mengacungkan jempolnya dan dengan senyum yang besar. Sementara itu, pak Ali datang mendekati pak duta dengan beberapa lembar tissue untuk membersihkan alat kelamin pak duta. Aku tetap terpesona, akan apa yang kulihat, meskipun tidak tegang, tapi tetap padat dan berbentuk indah.

Setelah pulih, pak duta berdiri, dan mengenakan celana dalam. Bu Atikpun sudah berpakaian lagi.

“Pak Ali dan Bu Atik, I would like to thank for exceptional service” puji pak duta sambil memberi Rp. 100.000 untuk jasa pelayanannya.

Kemudian pasangan ini meninggalkan kamar tidur pak duta menuju garasi untuk diantar balik ke rumah mereka.

“Prabowo, now you have seen all. When you stick your dick into a vagina and cum in it, the sperm may grow into a baby” ujarnya

Aku tersenyum dan mengangguk-aggukan kepala ku.

If you like my story, please let me know at PrabowoSuharto@rocketmail.com

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

1 Gay Erotic Stories from PrabowoSuharto

Pak Duta Besar

Bab 1Hari Senin tanggal 22 Desember 1976 adalah hari terakhir aku ke sekolah. Keadaan keluargaku saat itu sangat pas-pasan, karena bapakku meninggal dua tahun yang lalu. Hanya kakak ku yang laki-laki serta ibuku yang pada dasarnya menggarap sawah peninggalan ayahku. Oleh sebab itu aku putuskan untuk merantau ke Jakarta, kebetulan sepupuku yang 3 tahun lebih tua dariku sudah merantau

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story