Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Senja di Peraduan

by C4lv


Senja Di ujung Peraduan

Senja sudah mulai menjelang, jalanan sudah terlihat ramai oleh orang-orang yang pulang kerja. Aku lajukan mobil Honda Jazzku keluar dari kantor. Terasa penat seharian bertemu dengan klien-klien membuatku tak ingin langsung pulang ke rumahku di Surabaya Barat. Terbayang kemacetan yang akan menghadang, kantorku ada di Surabaya Pusat, jadi pasti macet akan ada. Terbersit di pikiranku uap panas yang membasahi tubuhku menyegarkan tubuhku yang terasa penat, ya enaknya merasakan steam setelah berolahraga. aku langsung mengarahkan mobilku menuju hotel tempet aku biasa fitnes membentuk tubuhku yang indah dengan sixpack dan dada yang bidang dan sepasang pantat yang sexy berisi. Tak sia-sia aku melakukannya sepanjang tahun ini. Sesampai di tempat Gym, langsung receptionist menyapaku dengan begitu ramah dan senyuman yang manis, hampir setiap hari aku aku datang ke sini, ya paling tidak sesibuk-sibuknya diriku aku sempatkan waktu seminggu 3 kali datang ke gym. "Sendiri, Ko Renald?" tanya receptinist, " Ya, seperti biasa la, sendiri, tapi disini kan banyak temen juga kan?" sahutku sambil menerima kunci loker dan handuk. "Ko ada saingan buat kamu lo?" lanjut sang receptionist. " Saingan apa?" tanyaku dengan wajah binggung, ya memang aku benar-benar binggung. "2 hari ini ada member baru lo, bodynya gak kalah deh sama koko, cakep lagi, dari tadi yang cewek-cewek sudah berkali-kali bolak-balik kesini tanyain namanya, member apa bukan." " Yang mana Sis (receptionistnya namanya Sisca)?" "Itu ko yg pake celana putih kaos hitam." tunjuknya sambil menunjuk cowok yang sedang menggunakan treadmill. Dengan rambut yang sedikit begelombang, dengan kulit yang berkilat karena keringat, wajah yang tampan dan body yang aduhai, terbentuk, sedikit lebih kekar dari aku. " Wah, iya nih Sis, lebih gede dari gue, tapi tetep donk lebih putih diriku dan lebih tampan diriku." sahutku sambil melangkah ke arah Ruang ganti. " O, kalo soal putih, ya memang putih sampeyan." sahut Sisca sang receptionist. Sesaat aku sudah berbalutkan celana sport hitam dengan kaos hitam pula. memperlihatkan tanganku yang terbentuk dan putih semulus pualam. Kutikatkan tali sepatu kets putih dengan garis hitam yang menawan. Langsung kuarahkan kakiku menuju treadmill untuk memulai pemanasan. " Hai, baru ya?" sapaku pada cowok yang dibilang sama Sisca sebagai sainganku. "Hai, juga. Yup aku baru 2 hari ini di Surabaya. Tugas kantor buat stay di Surabaya." " Namaku Renaldy." " OK, Aku Kris." Kris, nama ini mengingatkan aku pada teman masa kecilku. " Nice to meet you Kris." " Nice to meet you to Renald." " Just call me Aldy, long time stay or short time stay?" "1 Year, ya kantor cabang disini ada trouble manajemen." waktu terus berlalu dan tanpa terasa dari sesi ke sesi latihan aku dan Kris selalu bersama dan selalu berbagi cerita. Ternyata dia bergerak di bidang Medical Equipment. Aku sendiri bergerak di bidang Architectural. Semakin ngobrol panjang lebar, aku dan Kris begitu terasa dekat seperti kawan lama, bahkan begitu akrab, sepertinya aku pernah mengenal orang ini tapi dimana? Tapi aku gak teralalu berpikir hal itu, hari pikiranku sudah begitu lelah memikirkan pekerjaan. Selang 2 jam rasanya aku merasa sudah cukup melakukan sesi latihan ini. Aku pun berpamitan untuk menyudahi obrolan ini. "Kris, aku sudah selesai, aku duluan ya, mau jacuzzi dulu neh." "OK aku 3 set lagi aku selesai kok. Cu there." Dengan berbalut handuk aku melangkah dari Ruang Ganti ke tempat jacuzzi. Aku kenakan handuk kecil dan Handuk besar aku tenteng dengan tanganku. Tubuhku yang putih bak pualam hanya terbalut handuk kecil yang hanya bisa menutupi bagian terindah dan sebagian dr sepasang bola pualam yang sexy. Langsung aku basahi tubuhku di Shower yg hangat sebelum aku masuk ke jacuzzi. Jam sudah menunjukkan jam 8.45. Orang sudah mulai sepi. Maklumlah hari ini hari jumat, banyak orang lebih memilih pulang lebih awal persiapkan weekend mereka. Aku langsung melepaskan handuk itu dan aku langsung membenamkan tubuhku yang tanpa sehelai benang itu kedalam kolam air panas dengan gelumbung-gelembung yang menyegarkan badan. Kupejamkan mataku menikmati hangatnya jacuzzi. Tak terasa ada orang yang menyapaku. " Hai, terasa enak sekali dikau." sapa orang itu dengan suara yang sexy yang ternyata adalah suara Kris. dan yang membuatku lebih kaget dia hanya menenteng handuk di bahunya sedangkan dia tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Tubuh yang begitu indah, dada yang begitu bidang tanpa sehelai bulu didadanya, otot yang keras dan kulit yang berkilat akibat keringat, perutnya yang rata terbentuk sixpack dan... O 'benda terindah' yang terguntai dan bulu-bulu lembut nan tipis menghiasinya, tampaknya dia rajin sekali membersihkan dan mencukur bulu-bulu ditubuhnya seperti diriku, tak lain agar otot yang terbentuk terlihat lebih indah. 'Benda itu terguntai, dengan ukuran yang cukup besar dan masih terlihat lemas, kontan saja aku terdiam terpaku melihatnya, apalagi 'kepala' tersebut mengkilat berwarna merah. "Hei, kok bengong?" sahutnya memecah kekagetanku. "O iya, kaget kukira siapa. Ayo masuk jangan berdiri disitu aja." dengan senyumnya yang begitu manis dia langsung duduk tak jauh dariku. Dan tak terasa 'benda terindah'ku mulai bereaksi akibat pemandangan tadi, kontan aja membuat diriku sedikit panik, tapi untung didalam kolam, dan untung saja dia memejamkan mata. Suasana hening berjalan beberapa saat dan kemudian dia beranjak dari tempatnya dan tak kusangka, 'benda terindah'nya berdiri tegak lurus 45derajat kearah depan, dan ukuran membesar berlipat-lipat dan 'kepala yang berkilat-kilat dengan tubuh yang basah, masih mengalir titik-titik air ditubuhnya, dan tiba-tiba dia menarik tanganku, spontan saja aku kaget dan hampir saja aku terjatuh, dan tanpa kusadari dia langsung menarik diriku dan tak sengaja tubuh kita bertempelan dan 2 'benda terindah' bersentuhan dan darah mengalir begitu cepat, aku langsung menarik tubuhku. " Eh, sorry mengagetkan dirimu." sahutnya sepertinya dia tidak merasakan apa pun ketika 'benda'nya dengan 'benda'ku bersentuhan, tapi yang pasti 'penis'nya bergerak naik turun siap tempur. "Hei, what's wrong with you." sahutku sedikit kesal. " Sorry, Aldy. Aku mengajakmu menemani diriku ke Ruang Steam." " Kupikir ada apa. bilang aja lah, tidak usah menarik tanganku begitu kuatnya. membuyarkan fantasiku saja." sahutku sedikit memancing. Dia malah tertawa, dengan 'benda terindah' yang masih menegang, dia malah memegangnya dan berkata," fantasi yang meneyenangkan ya? Sama donk, tuh 'punya' kita sama-sama tegang. Punyamu begitu mulus ya." "Ayo sudah." aku langsung membalutkan handuk kecilku, walau sebenarnya percuma saja dan sambil menuju ke Ruang Steam. Aku langsung duduk bersandar di dinding dan langsung kerasakan kepenatanku menghilang secara perlahan-lahan. Kris pun masuk dan dia langsung menarik handukku yang hanaya kuletakkan diatas 'benda terindah'ku. Spontan saja aku begitu kaget, dan melontarkan protes. Tapi hanya tersenyum " Aldy kita kalo steam harus seluruh tubuh, masa seh 'benda terindah' itu kamu tutupi. biarlah 'dia' juga relax, lagipula aku bisa memandangmu lebih nyaman." spontan aku kaget dengan statement yang dia lontarkan. Apa dia juga pencinta sesama jenis? hatiku semakin bergejolak. "sudahlah terserah apa maumu." aku langsung berbaring memejamkan mata. kesel juga menghadapi orang seperti dia. Padahal juga baru kenal beberapa jam yang lalu. Tiba aku merasakan pijatan lembut dikakiku, membangunkan diriku yang sempat terlelap. "Its ok, just massage your feet." sahut Kris melihat sorot mataku yang tidak begitu senang. dan kulihat 'benda terindah'ku telah tertutup oleh handuk dan aku pun terduduk dan kami saling berpandang. Aku terduduk dan meletakan kakiku, dan dia sujud di depanku dan kita pun saling terdiam dan mata saling beradu, seolah-olah ada benang yang mengikat 2 bola mata kita. Entah siapa yang mulai, bibirnya sudah menempel dibibirku dan lidah bertemu dengan lidah dan deep kiss yang penuh roman terjadi diantara 2 lelaki terindah. " Ko Renald, Ko Krisdianto? sudah jam 9.30, Kita tutup jam 10.00 tepat lo." suara pria yang membuat kita berdua spontan kaget dan aku langsung meraih handukku tanpa berkata sepatah kata pun ke Kris dan aku langsung menuju areal Shower dan aku langsung membasuh diriku. dan pikiranku terus melayang-layang. Bagaimana mungkin bisa terjadi, beberapa jam yang lalu, kita berdua adalah 2 orang yang tidak saling kenal, tapi beberapa menit yang lalu apa yang terjadi? kita berdua berciuman slayaknya sepasang kekasih. Memang aku adalah seorang gay, dan aku pun tanpa pasangan, tapi aku bukanlah tipe orang yang dengan begitu gampangnya melakukan hal seperti itu pada orang yang baru aku kenal. Aku pun langsung menuju Ruang ganti dan disana telah duduk sosok Kris yang duduk teremenung dengan mimik begitu kelam, begitu berbeda rasanya dari yang tadi aku lihat. tubuhnya hanya berbalutkan handuk. Tubuhnya masih tersisa tetesan air. Entah apa yang membuatku begitu empati pada sosok pria ini. "What's wrong with you?" tanyaku, tanpa jawaban hanya sebuah tetesan air mata yang berlinang. "Aldy..." " Ya." "Kenapa kamu tidak mengenal diriku?" spontan aku mendengar ini aku merasa bingung, bagaimana bisa, dia baru aku kenal, tapi memang tidak bisa aku pungkiri aku merasa ada kedekatan diriku dengan dirinya."Aku, begitu sedih apapun yang aku lakukan untuk mengingatkan dirimu, ternyata tidak membuatmu mengingat akan diriku. Aku Kris, Krisdianto, Krisdianto Pramono, Koko Ito!" mendengar dia menyebut koko Ito, aku begitu tersentak, pikiranku berputar bak sebuah film yang di reward kembali. " koko Ito... " jawabku dengan lirih dan bibirku bergetar. Kris langsung berpaling dan dia membuka lokernya dan mulai berpakain dangan raut muka sedih, seakan tak percaya, dede yang selama 14 tahun dicintainya dan diharapkannya tak mengingatnya. Aku sungguh tak menyangka, yangh ada di hadapanku adalah kokoku tersayang, Krisdianto Pramono, Koko Ito orang yang selalu ada dihatiku yang selalu membuatku selama ini menjauh dari setiap orang yang akan mendekatiku. Sejak kecil, saat aku berada di jakarta, aku begitu dekat dengan tetanggaku Ko Kris, yang biasa aku panggil koko Ito. Dia 2 tahun lebih tua dari aku. Dia begitu gagah dan pemberani. Sewaktu kecil aku begitu lemah diantara teman sepermainanku, selalu mendapat perlakuan yang cukup kasar, selain aku yang paling kecil diantara anak-anak satu kompleks, aku juga termasuk yang paling cengeng, maklum aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Koko Ito lah yang selalu membelaku, bahkan menggendongku, kalo misalnya aku terantuk batu atau kakiku keseleo. Kakak laki yang paling besar beda 10th dari aku dan kakakku yang perempuan beda 8 tahun, jadi tidak mungkin mereka bisa menjadi teman sepermainanku. Dan Koko Ito lah yang selalu menjada kakak bagi aku. Memelukku dengan begitu kasih dan selalu berbagi makanan dengan diriku, sampai semua orang mengira aku adalah adiknya. Mungkin itu wajar Koko Ito melakukan hal itu, dia anak tunggal, dan orang tuanya pun memutuskan untuk tidak memiliki anak lagi. Tapi itu hanya berlangsung hingga aku berumur 13tahun. Koko Ito dan keluarganya harus pergi meninggalkan Indonesia ke negeri Kincir Angin. Ayahnya dipindah tugaskaan ke negeri Kincir Angin untuk dijadikan staf ahli di Medical Laboratory. Tak disangka, tak dinyana, diriku yang begitu rapuh, apalagi aku baru umur 13tahun, saat Koko Ito datang kerumahku bersama orang tuanya, untuk berpamitan, orang tuaku sempat kuatir, karena bukan sekali dua kali, aku sering sekali tertidur di rumah Koko Ito , bahkan rumah Koko Ito sepertri rumah ke dua bagi diriku, pernah sekali waktu aku hampir diangkat anak oleh kedua ortu Koko Ito , yang tentu saja orang tuaku langsung menolak mentah-mentah, mereka begitu sayang padaku. Memang Mamanya Koko Ito , tidak dijinkan untuk melahirkan anak lagi, karena membahayakan nyawanya. Aku begitu mendengar berita itu, sangat terpukul. Dan 2 hari aku tidak mau keluar kamar dan tidak mau makan. Koko Ito yang selalu ada disisiku, yang selalu menggodaku, bahkan kita sering sekali mandi berdua, sering kali dia selalu menarik handukku dan membiarkan diriku telanjang dan aku merengek berharap handukku dikembalikan (Persis seperti yang terjadi di Ruang Steam tadi). Dia selalu ke kamar mandi dengan telanjang dan handuk disandangkan dibahunya. ( yang selalu dilakukannya sampai hari ini, ini pun tidak membuat aku mengingatnya sebagai Koko Ito , kokoku yang tersayang.) Sampai ortu Koko Ito memundurkan jadual keberangkatannya, karena kuatir akan diriku. Sampai akhirnya tidak bisa ditunda-tunda lagi, Koko Ito harus berangkat juga. Koko Ito mengajakku untuk kerumahnya. Rumahnya sudah begitu kosong hanya beberapa barang yang dipakai untuk tidur dan duduk seadanya. dan beberapa dus-dus barang. Aku diajak ke kamarnya dan dia mengunci pintunya. " De, koko gak akan ninggalin dede, koko selalu ada di hati dede, meskipun koko gak disini, tapi koko selalu ada dihati dede, dede pun akan selalu ada di hati koko." Aku yang terduduk di atas kasur dan Koko Ito bersujud didepanku dan memandangku dengan begitu penuh kasih persis seperti yang dia lakukan pd hari ini. "Dede tau gak, kenapa begitu?" aku mengeleng dengan mata yang penuh dengan air mata. "Karena koko cinta sama dede, bukan sebatas cinta seperti saudara, koko bener-bener cinta sama dede, seperti papa kita cinta sama mama kita, seperti itu juga cinta koko sama dede, koko janji koko akan kembali sama dede, koko janji akan mencari dede." sesaat setelah Koko Ito mengutarakan hal itu, bibirnya langsung didekatkan ke bibirku dan deep kiss pertama terjadi dan yang terulang di hari ini, di tempat dimana biasa aku fitness. Pikiranku melayang dan termenung, aku pun menuju tempat receptionist, yang tak terasa selama aku melamun, aku baru tersadar Kris sudah tak ada, dan aku begitu panik dan bertanya,"Kris, mana?" Sisca yang dari tadi menunggu aku dan Kris bengong, sudah malam kali ya, jadi sudah sedikit error. " Kris sapa ko?" "O, itu cowok yang kamu bilang sainganku... ayo cepetan dimana?" Sisca pun dengan bengong dan kelimpungan juga " Barusan jalan Ko..." " OK thank you ya... ternyata dia teman masa kecilku yang menghilang." sahutku sambil berlari. "Kris....." aku memanggil dengan lantang, begitu melihat punggung dari Kris dengan setelan jeans dengan kaos hitam membalut tubuh yang berotot. Tapi dia tetap tak berpaling, aku mengejarnya sampai di parkiran, yang ternyata mobilnya dengan mobilku bersebelahan, mobil Toyota Fortuner hitam terbaru dan aku melinat sepintas tergantung di kaca depan mobilnya liontin yang sangat aku kenal, liontin berbentuk Dolphin dan terukir namaku 'Renaldy Armadianto'. dia tetap tidak menggubris diriku, menatapku pun tidak, sikapnya begitu dingin. Dengan suara lirih, dan aku mulai terisak, " Koko Ito sudah gak sayang sama dede? koko selalu ada di hati dede kan?" air mataku mulai berlinang. sambil aku merogoh saku celanaku dan aku mengeluarkan sebuah liontin berbentuk Dolphin dengan tulisan 'Krisdianto.P'. "Apakah liontin ini sudah gak berharga lagi?" Liontin yang selalu aku gunakan sebagai gelang ini selalu aku lepaskan saat aku berolahraga, aku sangat menjaganya. ini adalah benda terakhir yang Koko Ito berikan ke diriku. Dengan berat hati aku letakkan liontin itu di kap mobil Fortuner hitam itu. dan aku langkahkan kaki menjauh dari situ ke arah mobilku. " Dede, selalu bawa ini kemanapun?" pertanyaan itu menghentikan langkahku dan aku terdiam dan berbalik sambil menganggukan kepala. " Kenapa?..." aku tak bisa menjawab pertanyaan ini. " Kenapa kamu selalu bawa ini tapi kamu gak mengingatku sama sekali? nama indoku pun kamu tidak? aku mengulang kejadian yang sama pun kamu juga tak mengingatnya. kenapa de? " " Aku... sudah terlalu lama, aku menunggu 14 th Ko? aku hampir tak percaya lagi kita bisa ketemu, begitu kamu pergi, beberapa saat aku benar-benar tak bisa mengendalikan diri, aku begitu sedih sampai jatuh sakit, akhirnya ortuku sepakat pindah ke Surabaya, berharap dengan lingkungan yang baru aku bisa bertumbuh lebih baik tanpa bayang-bayang dirimu, aku hampir tak ingat lagi sosok Krisdianto. Aku berusaha menerima kenyataan bahwa kau pergi bukan untuk kembali." " Tapi aku disini Aldy... dedeku tersayang didepan matamu, masa kamu tak teringat sedikitpun dari raut wajahku?" "Maafkan aku..." dan saat itulah Kris memeluk diriku dengan begitu eratnya, dan kami berdua pun terisak bersama, sudah hampir 14 th tak pernah bertemu tanpa kabar tapi ternyata cinta memang begitu kuat, selama 14 tahun pula aku tak pernah memilki seorang pacar. Tapi mengapa aku tidak mengingatnya lebih cepat? Akhirnya pun kami bertemu kembali, dan Kris berjanji tak akan meninggalkanku kembali. Dia tak rela, apalagi diriku sudah tumbuh menjadi pemuda yang begitu menawan hati banyak pria maupun wanita. Kita pun berencana tinggal di 1 apartemen di tengah kota, jadi bisa lebih sering berdua sepulang kerja, tanpa harus terjebak kemacetan, membayar kesempatan-kesempatan yang pernah hilang itu. Ternyata selama ini, dia selalu mengirimkan surat yang selalu kembali tanpa balasan. Dan Kris 1 tahun terakhir mencari kabar beritaku secara intensif, sampai akhirnya dia menemukan namaku terdaftar sebagai keanggotaan gym di sbuah hotel berbintang 5 di Surabaya Pusat. Ya kalau memang cinta lautan pun akan di seberangi. Aku sudah tak memanggil Kris dengan sebutan Koko Ito, terlalu kekanak-kanakan, sekarang aku memanggilnya dengan Itto Pitto, dan dia memanggilku dengan Aldy Bunny. Kok sama kekanakannya, tapi biarlah kita membuka lembaran baru dengan panggilan sayang yang berbeda. terinspirasi oleh beberapa cerita cinta. dan indahnya tubuh Krisdianto. Cover MensHealth edisi Oktober 2005 cerita ini hanyalah fiktif belaka dan rekaan cerita hasil imajinasi. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan hanya digunakan untuk menunjang isi cerita.

###

1 Gay Erotic Stories from C4lv

Senja di Peraduan

Senja Di ujung Peraduan Senja sudah mulai menjelang, jalanan sudah terlihat ramai oleh orang-orang yang pulang kerja. Aku lajukan mobil Honda Jazzku keluar dari kantor. Terasa penat seharian bertemu dengan klien-klien membuatku tak ingin langsung pulang ke rumahku di Surabaya Barat. Terbayang kemacetan yang akan menghadang, kantorku ada di Surabaya Pusat, jadi pasti macet akan ada.

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story