Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Jakarta-Bandung-Jakarta Jilid II

by Safenias@yahoo.com


Bagyo menyumpah-nyumpah kegelian “gue udah nggak tahan lagi nikh…..” ia mulai mempercepat goyangannya, maju mundur dengan cepat, gerakannya membuat aku kelabakan, aku mulai mengimbangi dengan menggenggam kontol itu, setengah masuk mulut setengah kujilat sambil kukocok dengan tangan. Bagyo semakin buas, tangannya menjambak rambutku menekannya sekaligus ke selangkangannya “niiiiiiiiikh… rasain rudal gue………” kontolnya menyodok mulutku semakin cepat, semakin cepat “ssshhhh…..sssshhhhh……ssssssshhhh” desisnya semakin panjang sambil menjinjitkan tumitnya akhirnya ia menekan seluruh kontolnya ke dalam mulutku…. hheegghhh….. crrreeeeeeeeet…… creeeeeett…. Bagyo meledakkan sperma sambil mencengkeram kepalaku kuat-kuat “gilaaa…..nikmat bangeeet” ia setengah menjerit. Aku hampir muntah keseleg kontol plus air mani yang membanjiri kerongkonganku, rasanya seperti tenggelam di kolam, air hangat dari pancuran juga membuatku tersengal-sengal sulit bernafas. Sebagian air mani, masuk ke saluran pernafasan, air mani bahkan keluar dari hidungku. Aku terbatuk-batuk, agak sesak, akhirnya aku bersin dan air mani itu mencelat dari hidungku. Bagyo bukannya kasihan malah menjitak kepalaku “dasar homo tulen, belajar nyedot dari bencong mana lu, nyedot pantat jago, nyedot kontol hebat” Ia langsung mandi tidak menyadari aku yang jongkok tersengal-sengal. “ayo John mandi yuk…..sorry kalo gue kasar” ia menarikku dengan mesra, menyabuni badanku, sekali lagi ia mengulum bibirku “hebaaaat…..baru tau gue rasanya sashimi” Bagyo memandikan aku seperti bayi, mengusap sabun ke punggung, ketiak, perut bahkan mengusap pantat dan lubangku dengan penuh perasaan. Selesai mandi aku mengambilkan kaos ganti, setelah sama-sama berpakaian Bagyo minta minum “segelas lagi, abis itu gue pulang” katanya sambil melihat jam tangan. Aku mengambilkan Amareto, minuman yang paling aku sukai, ditambah 2 buah es batu lantas kami minum segelas berdua “kalo begini nggak bisa segelas, dua gelas ya” mintanya. “lima gelas juga boleh, sanggup nyetir lu ?” kataku menantang “nggak tau deh, gue suka minum tapi bukan peminum berat” ia menghela nafas, ia menarikku sampai mepet, sebelah kakinya digantungnya di pahaku “cabo sayang, udah berapa orang lu tipu kayak gue ? pura-pura jadi dukun, si Aziz juga lu tipu kayak gini ya….lu cabo sekaligus dukun cabul ” Bagyo ngomong seenaknya, sambil mengguncang-guncang kepalaku. “Brengsek lu Bag, lu aja yang bego, sumpah tadinya gue udah benci sama lu, lu aja yang mau dikibulin, orang sekolah koq percaya dukun ! goblok lu” jawabku ketus. Bagyo malah tertawa ngakak mendengar jawabanku “sumpah darling kalo nggak dikibulin begini gue nggak pernah tau ada cara ngeseks begini total, sumpah……enaaaaak….!!” Bagyo sekali lagi mengguncang-guncang badanku, lantas dengan kasar aku diciumnya, digigitnya, kaosku ditarik ke atas ia melomot pentilku dengan ganas, tanganku ditarik ke selangkangannya “sama cewe kita main halus, kalo sama lu John, gue bener-bener bisa main sepuas-puasnya……tai lu ngajarin gue jadi homo” Aku tidak pernah menduga, Bagyo yang ganteng dan anak keluarga terpelajar ternyata mulutnya kasar, baru pertama kali main sama aku sudah ringan tangan, menjenggut, menjambak, menjitak. Entah dia menyesal atau mungkin inilah seks yang dia rindukan selama ini. Aku berusaha tenang, aku mengelus-ngelus selangkangannya, celananya sudah mulai bengkak, aku lantas merangkulnya, mencium lehernya sambil berbisik “gue juga udah mulai suka sama lu, boleh main kasar kalo hanya berdua, kalo lu kasar sama gue di depan orang gue nggak mau ladenin lu lagi, gue bisa kasih lu yang lebih enak dari yang tadi” lantas aku duduk dipangkuannya sambil menggoyangkan pantat sedikit. “janji !...janji bener lu ya !” Bagyo mencengkeram rahangku, mencium bibirku “mana ludah lu…..kasih ke mulut gue……janji lu ! ia menyedot ludah dari mulutku seperti vacuum cleaner dan menelannya “nih telen ludah gue ya…..awas kalo lu sampe nggak ladenin mau gue !” sekali lagi ia merapatkan bibirnya ke bibirku, mendongkrak bibirku dengan lidahnya dan mendorong ludahnya ke mulutku, aku hampir muntah “ ayo telen….biar adil….ayo telen…..hei anjing telen nggak ?......ayo homo telen ludah gue !” plaaak !! tangannya tiba-tiba menamparku, ia memencet hidungku, ludah Bagyo akhirnya kutelan juga. Senyum tersungging di wajah Bagyo, ia memelukku lagi, matanya menatap langsung mataku dengan tajam “ngapain musti dikasarin sikh lu, tinggal telen apa susahnya, udah berapa orang lu telen pejunya” selidiknya sambil mencium-cium leherku lagi, aku menyadari manusia seperti Bagyo pasti pencemburu, pemain seks yang kasar dan orang yang pendendam. Aku harus berhati-hati dengannya. Lewat tengah malam Bagyo pulang, aku mengantarnya sampai gerbang, ia memanggilku dari dalam mobil “ssssst sini aku bisikin” aku mendekatkan telinga ke mulutnya, tiba-tiba ia menjulurkan lidahnya menjilat lubang telingaku “dasar homo…..taik lu, besok gue telpon, sebelum hari Kamis gue datang” lantas ia menginjak pedal gas dan menghilang dikegelapan malam. Hari Kamis barulah ia datang malam, sehabis makan kami berdua masuk kamar, pintu sengaja di buka, kami duduk seolah-olah sibuk membahas kerjaan, kertas bertumpuk, gambar berserakan di meja, supaya kakek dan nenekku serta para penghuni lain tidak curiga. Sekitar jam 22.00 Bagyo sudah tidak tahan, ia menendang tulang keringku :”sampe kapan nikh nunggu…..?” celetuknya, aku mengerti maksudnya, aku mengunci pintu dan bermaksud ganti pakaian, di depan lemari Bagyo memelukku : ”kelamaan udah diujung tanduk” lantas ia menelanjangi dirinya, memeluk dan melahap bibirku dengan rakus. Pantatku diremas-remasnya, badanku dipencet sana sini “mana janjinya……janji lu tepatin ya ! udah 2 hari gue nggak kelewi” Aku tersenyum dan membimbingnya ke tempat tidur, kami berciuman penuh nafsu di atas ranjang “monyet……gue kangen sama seks lu” kata Bagyo sambil mengelus-ngelus kepalaku, “buddy you are my bunny…..ayo isep dulu cepet” sambungnya lagi. Ia menjejalkan kontolnya ke mulutku, sebentar saja kontol itu keras, aku jilat dan kulum-kulum kepalanya, terus aku isap selama 5 menit. Bagyo sudah menggelegak, dari tas renangku ia mengambil lotion dan siap-siap mengoles ke anusku “heit……tunggu dulu ! sabar !” kataku sambil mengangkat tangan “lu musti bikin gue jadi relax dulu, lu musti main-mainin bool gue pake lidah biar nanti masuknya lebih puas” bujukku, muka Bagyo merah padam….plaaaak ! “tai lu homo….pantat cewe aja gue ngga pernah jilat sekarang lu minta dijilatin…dasar anjing tukang jilat pantat” ia menampar dan mulai kasar. Kontolnya dilumuri lotion dan tanpa basa basi ia menarik kakiku dan menjejalkan kontol itu ke anusku, caranya kasar, sebetulnya aku suka juga, tapi Bagyo orang yang sulit diduga. Bagyo sibuk dan berusaha keras memasukkan batangnya ke dalam anusku, ditekan mencelat, dingangakan sulit masuk, sementara ia sudah nafsu tinggi “John, gimana nikh ngga mau masuk, lu jangan main-main kayak taik gini” dia marah-marah, tapi burungnya tetap keras juga. Aku lantas nungging supaya dia lebih leluasa memasukkan alat vitalnya ke lubang duburku. Cepat-cepat ia mengolesi lotion ke anusku dan mengarahkan kepala kontolnya yang mancung tepat di cincin kenikmatan……. bleeeees batang itu dengan cepat masuk dan hilang ditelan kegelapan “wuiiiih…….lebih rapet dari memek” serunya gembira, anusku langsung digoyang-goyang “Anjing bener-bener enak……hi hi hi taik nikh…..enak banget” ia berguman sambil cekikikan, Bagyo menikmati lubang anusku dengan penuh perasaan. Tiba-tiba ia mencabut kontolnya “model begitu bikin gue cepet ngecret, ayo ganti gaya John” Aku menyuruhnya berbaring, aku naik dan duduk di atas alat vitalnya yang langsung menancap….leeep masuk dengan tidak susah-susah, bentuk mancung dan pelicin memudahkan batang kontol itu terbenam. Tapi setelah masuk setengah baru terasa sakit di duburku, karena batang Bagyo panjang dan gemuk di tengah-tengah. ”dasar cabo….. lonte……. homo…..taik…enaakk !” Bagyo mengeluh berkali-kali sambil meremas-remas sprei, meremas dadaku, meremas kontolku nggak karuan, setiap aku menggoyangkan pinggul dan naik turun di atas selangkangannya. Aku menekan kontol Bagyo sedalam-dalamnya lantas dengan cepat mengangkat pantat dan menekan lagi sambil bergoyang seperti pendulum “shiiit….shiiit……!” desisnya, aku tidak memberi kesempatan Bagyo menarik nafas, segala keahlianku ngeseks dan bergoyang aku kerahkan, aku mengangkat pantat tinggi-tinggi dan menekan lagi dalam-dalam dengan cepat, tanganku sibuk meremas, perutnya, dadanya dan pentilnya, putaran demi putaran membuat mata Bagyo mendelik, memejam, mendelik memejam, mulutnya dimonyong-monyongkan, alisnya dikerutkan, wajah Bagyo yang ganteng tidak ada bagus-bagusnya, sedikitpun tidak menarik dalam keadaan seperti itu. Bagyo menggigit bibir bawahnya, ia mencengkeram pahaku sampai merah, pantatnya dinaikkan, diturunkan seperti orang kejang-kejang, keringatnya berleleran. Setiap Bagyo hampir ejakulasi aku menurunkan gairahnya, lantas aku goda lagi sampai dia ngos-ngosan, demikian berulang-ulang selama lebih dari 1 jam, sementara duburku terasa sudah panas dan perih, yang jelas pasti jadi longgar. Duduk mengangkang di atas kontol terlalu lama sebetulnya sama sekali tidak nyaman, tapi apa boleh buat aku ingin memberi pelajaran kepada Bagyo. Sekali lagi aku memutar pinggul dan mengayun pantatku sambil menekan dan mengangkat badan. Bagyo sudah berlumuran keringat, perutnya basah kuyup, paha kami berdua sudah berbunyi nyaring karena becek keringat “gilaaa………John….taik..aaahhh capeee nikh ngaceng teruuuuuss…….!” Dia mengerang-ngerang minta dikasihani, kakinya menghentak ke sana kemari, aku sengaja merapatkan anus dan bermain-main dengan otot cincin duburku, Bagyo semakin marah, mengeluh dan menjerit entah kesakitan atau keenakan. “asyiiik nggak Bag…..? assyiiik ngga sayang ?” tanyaku sambil terus menjepitkan ototku ke batang kontol Bagyo, memutar bergeol ke kiri ke kanan, naik turun, cepat-pelan dan seterusnya. “lu emang lonteeeee…….caboooooo homoooo, udah keluarin gue punya sperma..…nggaaa tahan… beginiiii terussss!” katanya terpatah-patah. Aku mengandalkan jurus terakhir, mencabut kontol Bagyo dan menungging “Bag, ayo donk sodomi gue, terserah deh, sekarang giliran lu goyang” aku meminta, tanpa di suruh dua kali Bagyo berdiri dengan sempoyongan, ia menancap kontolnya di anusku yang nungging di tempat tidur…..bleeeseeeekkk amblaslah alat kelamin Bagyo ke dalam, Bagyo yang dari tadi sudah berkali-kali hampir ejakulasi kini membalas dendam, anusku dihajarnya tanpa ampun…..ia menekan dan menarik batangnya sepuas hati, sekeras-kerasnya, tapi baru 8 kali menekan Bagyo sudah tidak tahan……spermanya meledak bertubi-tubi badannya gemetar, tangannya mencengkeram perutku dengan ketat, bibirnya ditempelkan dipunggungku, giginya gemeretuk seperti mengunyah batu. Aku menjepit kontolnya dengan otot anusku berulang-ulang. Ia berusaha melepas batangnya dari anusku, tapi setiap kali aku ketatkan sehingga ia menjerit “aaaaauuuuuw……..taik lu !” ia kegelian dan kesakitan, aku kasihan dan melonggarkan otot cincin di anusku supaya batangnya lepas. Bagyo menjatuhkan dirinya di kasur, aku buru-buru mengambil handuk membersihkan sisa-sisa sperma dari alat kelaminnya. Bagyo seperti orang habis lari Marathon 25 km, ngos-ngosan, hilang tenaga, dehidrasi, setelah bersih badannya, aku menyelimutinya dan aku mandi bersih-bersih. Aku jongkok membuang semua sperma yang masuk, di lantai kamar mandi yang putih mengalir cairan putih kekuningan yang luar biasa banyak, Bagyo menyemprotkan sperma tidak kira-kira, melihat itu aku merasa sangat puas. Tapi aku juga merasa ada daging-daging yang keluar dari anusku, meski sudah sering disodomi tapi aku belum pernah merasa ada tonjolan seperti begini. Inilah akibat memendam kontol sebesar itu terlalu lama di duburku, akibatnya begini. Dengan hati-hati aku mengoleskan antiseptic supaya tidak radang atau membuatku demam. Aku mengambil air es dan menyuruh Bagyo minum, ia minum setengah gelas, kembali meneruskan istirahat. Aku naik ranjang dan menarik selimut, sengaja membelakanginya, seakan tidak memperdulikan dia. Semenit dua menit, akhirnya tangannya mencolek pinggangku :” Sebetulnya lu sayang nggak sikh sama gue ? atau lu cuma mau ngeseks aja ?” Bagyo membuka percakapan, aku menjawab “terserah lu aja, cuma buat ngeseks kali ya, emang lu pengen pacaran sama lelaki ?” lama tidak ada suara, kemudian Bagyo melanjutkan “gue nggak pernah ngeseks kayak begini, kemarin aja udah enak, hari ini betul-betul gue nyerah..taik bener ! ………taik….sumpah enaaak !” Bagyo memelukku, katanya lagi “gue sayang sama lu…… gue mau lu sayang sama gue, nggak tau deh gimana bilang perasaan gue tapi …….tai gue seneng sama lu anjing homo !” Aku membalik badan sehingga berhadap-hadapan, tanpa permisi Bagyo mengulum bibirku, memeluk seperti orang kesetanan “hei lonte…… lu gila ya, seks lu gila……taik… bener..bener taik ! gue jatuh cinta sama homo…..anjrit !” dia kembali memelukku, aku mengelus-ngelus kepalanya, menciumi lehernya, meremas-remas burungnya. Bagyo menepiskan tanganku “udah……cukuuuup…..ngilu…..anjing tadi enak banget……gue puaaaas banget …. Aduuuh Jooooohn……lu besok jangan ke Bandung……nggaaak..nggak boleh lu ke Bandung…. taiiiiiiikkkk si najiz itu nggak boleh lagi jadi pacar lu ! lu ngga boleh main lagi sama dia …….lu sekarang punya gue !!” Sifat egois Bagyo muncul, aku kuatir dia marah-marah seperti kemarin, main kasar main pukul, aku mikir-mikir apa yang harus kulakukan. Aku hanya bisa mengelus-ngelus dan mencium-cium Bagyo, akhirnya ia kelelahan dan tertidur. Kontolku dari tadi ngaceng lemas, ngaceng lemas, sekarang giliranku membuat kontolku happy, aku memeluk Bagyo dari belakang, dengan lotion aku olesi pahanya supaya licin, aku ciumi tengkuknya, aku semakin merapat dan menyelipkan kontolku diantara pahanya. Sebelah tangan aku merangkul lehernya, sebelah tangan aku memeluk perutnya, menjelajahi jembutnya dan mengusap kontol Bagyo dengan lembut, pantatku bergerak maju mundur. Bagyo tersadar karena kontolnya ngaceng lagi “Jooohnn…..lu bikin gue ngaceng lagi nikh….sialaaaaan……jadi pengen lagi John” aku diam saja konsentrasi menggoyang-goyangkan badan, rasa nikmat menjalari tubuhku, John juga hanyut dalam birahi, ia meremas-remas tanganku yang sedang mengocok kontolnya. Akhirnya aku tidak tahan lagi, aku mencium punggung Bagyo penuh perasaan sambil menyemprotkan air mani di selangkangannya…….preeeeeeeeeeet…..preeeeeeeet ! aku memeluk erat tubuh Bagyo yang padat. Sesaat kemudian Bagyo membalikkan badan, posisi kami berhadap-hadapan, ia menyelipkan alat vitalnya di antara pahaku, aku menyilangkan kaki, ia mengulum bibirku dan mulai menggoyangkan badan maju mundur”sssssshhhhh……ssssssshhh” desisnya, matanya terpejam dan selama 10 menit ia bergerak demikian sambil memeluk sesekali meremas punggungku, tiba-tiba ia menyibakkan selimut, berjongkok dan menyodorkan kontolnya ke mulutku “sayang isap….isap mau nyemprot nikh” katanya sambil mengocok-ngocok burungnya. Aku mengangakan mulut menjulurkan lidah, yang dikocok belum keluar juga tapi Bagyo sudah mendelik-delik sambil menggigit lidahnya, puncaknya Bagyo menggeram sambil mengocok keras-keras kontolnya, ia menadahkan tangan di ujung alat kelaminnya dan preeeeet preeeeeetttt creeeeeeeeeeet pejunya muntah di telapak tangan “aaaaaahhhh…….aaaahhhhhhh…….” ia ejakulasi penuh kenikmatan, lantas ia menarik kepalaku ke telapak tangannya “ayo minum peju gue…. minum…..telan….telan…..jilatin sampe bersih !” aku menurut saja menjilati sperma di telapak tangannya sampai tandas, kontolnya lantas aku kelomoti, sehingga tidak ada peju sedikitpun menempel atau tersisa. Tanpa cuci tangan Bagyo menarik selimut dan memelukku lagi, ia puas, merasa puas dapat melakukan fantasi seksnya yang selama ini tak kesampaian. Kami melanjutkan tidur sampai pagi, berpelukan seperti suami istri. Keesokan harinya, Jumat malam aku nekat ke Bandung, masa bodoh dengan Bagyo. Sampai Bandung malam itu aku masih tidur di rumah Aziz tapi besoknya cepat-cepat dengan berbagai alasan aku mengajak Aziz menginap di Lembang “gue pengen ganti suasana, supaya kita lebih mesra” Aziz senang saja, sepanjang Sabtu kami ngentot habis-habisan, malam Minggu kami duduk makan jagung bakar di luar, kembali ke kamar hotel kami berncinta dan ngentot sepanjang malam. Aku hitung dari aku datang sampai aku pulang Aziz ejakulasi 14 kali, aku ejakulasi 6 kali. Apakah memang orang Aceh demikian kuat dalam hal seks atau Aziz yang hyperseks. Malam itu sambil berpelukan pikiranku menerawang jauh, mengingat alat kelamin lelaki yang pernah singgah di tubuhku. Setahuku selama ini orang Batak Karo pemain seks yang menyenangkan, kontol mereka gede-gede, mainnya bagus, total, begitu juga orang Menado. Aku tidak pernah dan tidak kepingin main dengan orang Papua, meski gede-gede seperti pentungan, badan mereka bau. Lelaki Bali mainnya egois, lelaki Sunda juga enak, akhirnya ingatanku berujung pada Bagyo. Aku jadi tersenyum sambil mengingat “betapa nakalnya aku” membuat Bagyo kasmaran hanya karena seks. Memang seks itu indah, seks itu bagian dari seni, seni bersetubuh, aku memeluk Aziz erat-erat, seks Aziz halus, penuh perasaan, ia mencintaiku tanpa pamrih. Aku sebetulnya juga mencintainya, tapi kenapa sekarang ingatanku melayang pada Bagyo, seksnya kasar, mulutnya kasar, apakah aku memang mulai mencintainya ? Ya aku memang mudah jatuh cinta, betul kata Bagyo aku lonte ! Minggu malam aku pulang, sampai di rumah sudah sepi, mobil langsung masuk garasi dan aku masuk kamar, sehabis mandi aku keluar ke ruang tengah, mencari-cari surat atau pesan di meja marmer di ruangan itu, setiap penghuni rumah mempunyai mangkuk Cina, disitulah pesan-pesan atau kiriman diletakkan. Aku menemukan sebuah bungkusan kecil, kartunya tidak kalah kecil. Aku buka kartunya “from Bug with love” gambarnya seekor bug terbang melayang, kotaknya aku buka sebuah cincin dililit benang ditaburi bunga-bunga kering. Aku terperanjat “hadiah apaan ini”, aku tidak memakainya, meskipun cincin itu sangat indah, bunga-bunga keringnya membuat merinding. Aku hanya menyimpannya di laci mejaku. Bagyo menelpon pagi-pagi, mengajak aku makan siang, aku setuju saja, tapi ia menambahkan”bawain hadiah buat gue ya, gue minta kita tuker-tukeran !” aku bingung mau memberi dia hadiah apaan. Jadi makan siang itu kami bertemu “ma kasih hadiahnya ya” kataku sambil tersenyum seriang mungkin “gimana kabar Aziz ? sudah lu bilang sama dia ?” Bagyo menyelidik. “udah deh kita makan dulu baru ngobrol yang begituan” jawabku, jadi kami makan sambil ngobrol lain-lain, diujung pertemuan Bagyo menagih hadiah dariku, aku mengelak “Bag, mana sempat gue mencari hadiah sekarang, sabar nanti pasti gue kasih” kemudian kami berpisah. Sorenya aku pergi ke Plaza Indonesia, tidak jauh dari rumah, mencari hadiah yang pantas untuk Bagyo, aku hanya menemukan sebuah kartu yang bagus “for my special friend” ada gambar bug hinggap di VW kodok. Di sana aku ketemu teman-temanku kami melanjutkan makan malam di Grand Hyatt. Temanku Budi memakai kalung dengan pendant yang bagus, kelihatan sexy, maskulin, educated. Hal ini memberiku inspirasi mencari barang seperti itu. Selesai makan jam 21.00, aku buru-buru lari ke bawah ke Plaza Indonesia sebelum tutup, untung toko yang kumaksud masih buka, setelah memilih-milih aku membungkus sebuah pendant dari kayu ebony berbingkai perak dengan ikatan tali logam perak halus. Pendant itu hanya merupakan tulisan “new men” yang kalau dibaca terbalik tetap “new men”. Hampir jam 22.00 aku sampai di rumah, meski jarak dari Plaza Indonesia ke rumahku tidak lebih dari 500 meter tetapi Bundaran HI dan macetnya Jakarta membuat mobilku sulit bergerak. Dari jauh aku sudah melihat Honda Accord warna hijau tua milik Bagyo parkir di depan rumahku. Di ruang tamu Bagyo kelihatan cemberut dan penuh kemarahan “hei udah lama Bag ?, sorry gue nyari kado ! tunggu ya “ aku masuk ke dalam kamar, mandi sebentar, menuliskan kartu “to my Bag with love”, membungkus yang baik, lantas keluar menemui Bagyo lagi. “Ayo sudah duduk di dalam saja” ajakku ke kamar. Bagyo menurut, masuk ke dalam dan seperti biasa duduk di sofa, aku menunjuk sebuah bungkusan beralas talam perak kecil di atas meja “hadiah dari ………?” kataku tanpa meneruskan, Bagyo menjawab “dari lonte…….lonte kesayangan…….lonte yang bikin gue sinting” katanya tanpa bercanda, nada-nadanya dia bakal marah-marah nikh. Bagyo membuka bungkusan, senyumnya merekah lantas tertawa terbahak-bahak “nemu di mana nikh ? new men, emang gue sekarang jadi new men new life… bagus….bagus….gue suka !” Bagyo bicara dengan gaya sok dewasa, padahal aku lebih tua 11 tahun darinya. Ia membuka kartu dan tersenyum “balas dendam ya, nemu bug card……..tapi ini…yang ini gue protes…coba liat kartu yang gue kasih, mana cepet… !” Aku membuka laci dan mengambil kartu yang dia berikan “John lu ada begonya, atau lu nggak mau kasih perhatian ? gue mau lu tulis nama gue BUG bukan BAG…..taik lu…..babi dasar homo nggak tau kasih sayang….lu tukh cuman butuh kontol..bukan kasih sayang…. dasar lonte !” ia mulai memaki-maki lagi. “kenapa cincin yang gue kasih nggak lu pake ? lu mau apain tukh barang…… dasar homo kegatelan, nggak menghargai pemberian gue, mau lu apa ha ? lu cuman mau kontol gue ya…..nikh makan nikh….makan nikh kontol gue biar puas “ Bagyo berdiri, membuka celananya, mengeluarkan burungnya dan menggoyang-goyangkannya sambil marah-marah. Ia menarik dan menutup gorden, mengunci pintu, menarik dan melemparku ke sofa, Bagyo mengocok-ngocok kontolnya di depan mukaku, aku melengos dan plaaaaak….plaaaak Bagyo menampar pipiku kanan kiri. “kenapa sombong….kenapa udah kenyang sama kontol Aceh….., udah nggak mau ini, makan…nikh isap…lu cuma perlu kontol khan….ngga perlu sayang gue khan….!” Terpaksa aku menjilati alat vitalnya tanpa semangat, pelan-pelan sampai burung Bagyo bangkit dan keras, aku kocok-kocok dan jilat-jilat, celananya aku turunkan, pantatnya aku remas-remas supaya kemarahannya reda. Lama-lama aku jadi semangat, aku jilati pelernya, pantatnya dan aku menjadi sibuk luar biasa, menjilat depan belakang, tangan lidah, mulutku serempak bekerja barengan, Bagyo mulai merasa keenakan, kakinya sebelah nangkring di sofa, tangannya menarik kepalaku “saaayaaaaaaaaang…….gue paliiing seneng kalo udah begini……sayaaaaang….enaaaak !” Bagyo menggerakkan badannya maju mundur seperti biasa. Di saat aku semakin konsentrasi dan ingin membuat ia ejakulasi Bagyo melepaskan kontolnya dari mulutku “sabaar saaayaaaang gue juga udah pengen ejakulasi…..sabaaar nanti aja ! terbukti khan lu emang doyan kontol gue !” Bagyo mulai bermain-main dan membuat aku penasaran, ia duduk disebelahku, celananya langsung dinaikkan dan sriiiiit…..retsletingnya dirapatkan. “Masih penasaran khan….? Masih pengen khan…….” Kata Bagyo disambung ketawa ngakak, aku berusaha mengelus pahanya dan memegang kontolnya di balik celana “Eiiiit……sabar dasar lonte…..dilarang pegang-pegang, nanti ada waktunya…..” sekarang ia bikin aku penasaran, biar saja nanti akan kubikin dia nyaho ! Jadi aku diam saja, menuruti apa yang dia bilang, daripada nanti bikin ribut di rumahku. Aku berdiri menarik laci dan mengeluarkan cincin hadiahnya “Ini cincin bagus, aku suka, cuma bunga-bunga kuburan itu buat apa ?” tanyaku, Bagyo mengambil cincin itu memakaikan ke jari telunjuk kananku. “mulai hari ini John, kita resmi jadian, gue suka lu, luar dalem, gue suka seks lu, gue harap juga sebaliknya, lu terima gue apa adanya, lu satu-satunya orang yang pas buat gue, bisa muasin gue, gue bisa marah, bisa keras fisik, semuanya deh, harap lu maklum. Tapi inget lu yang mulai ! jadi lu yang tanggung jawab, lu musti terima gue yang udah tanggung kejebak perbuatan lu”. Bagyo menarik tubuhku menciumiku, memeluk erat, mendekap erat, menelanjangi dirinya, menelanjangiku dan mencium tubuhku dari kepala sampai ke kaki, menjilat pentilku, perutku, pantatku. Malam itu seperti betul-betul malam pengantin. Bug, semenjak itu aku menyebutnya, untuk pertama kalinya Bug menjilati anusku, menyedot-nyedot duburku sampai aku gemetar, ia menjilati biji zakarku, lantas lubang pantatku di sodomi dengan penuh perasaan. Bug menghayati persetubuhan kami malam itu, ia betul-betul menunjukan bahwa ia membutuhkanku. Hubungan badan kami malam itu berbeda, halus, indah, ia tidak mengatakan hal-hal yang kasar. Resmilah kami pacaran, Bug akan menjadi kekasihku di luar Bandung, karena di Bandung ada Nina pacarnya dan di Bandung aku sudah punya kekasih, Aziz pemuda Aceh yang rupawan.

###

20 Gay Erotic Stories from Safenias@yahoo.com

24/7/365

Tinggal di Arab merupakan sebuah kenikmatan, berbagai macam barang ada, harganya murah, bahan makanan dan minuman juga lengkap! dan hampir semua orang di sana yang kutemui baik-baik, terlebih para lelakinya selalu menawarkan kemaluannya dengan penuh keramahan.Setiap saat aku mau, selalu dapat kontol, pagi subuh nemu kontol, sarapan pagi….juga kontol ! jam sepuluh ada kontol, siang bolong

6 jam di jogja

Enam Jam Di JogjaIni bukan kisah sejarah perjuangan Pak Harto dalam masa Revolusi, meski judulnya sama tapi ini sejarah tidur dan bergulat dengan seorang Pakistan di atas kasur. Sama-sama seru ! Pak Harto berjuang mengandalkan pestol, cerita yang ini berjuang mengandalkan kontol.Begini ceritanya : Sebuah hotel baru akan diresmikan di daerah Losari, dekat Magelang, gerombolan kami turut di

A Tale From Arabia

A Tale From ArabiaSelama sebulan lebih aku harus bolak-balik Mecca-Medinah, tamu-tamuku bertebaran di kedua kota tersebut. Ada 36 orang di Mecca dan 54 orang di Medinah. Terus terang lebih banyak tamu-tamu menghabiskan waktu di Medinah, karena suasananya lebih damai dan sejuk. Begitu juga orang di sana jauh lebih ramah. Kotanyapun lebih rapih dan menyenangkan.Jarak Mecca -Medinah kutempuh

AKWANG

AKWANG Bulan September 2004 team kami harus mengunjungi tempat pengungsian minoritas Cina, mereka korban Gerakan Aceh Merdeka, letaknya di daerah perindustrian, kota di mana kami tinggal. Kami siap-siap dengan berbagai kebutuhan pendidikan dan obat-obatan. Hari yang ditentukan tiba, kami datang dan disambut ramah panitia pengungsi, kami langsung membagi diri sesuai tugas masing-masing.

arabian night

Sore itu aku baru saja mendarat di Ngurah Rai International Airport, segera check-in di Grand Bali Beach Hotel yang jauh dari hiruk pikuk, terlebih karena setumpuk pekerjaan yang harus kulakukan berada di daerah Renon, dekat dengan Sanur. Belum sempat beristirahat telponku berdering, rekan bisnisku mengajak makan malam di Jimbaran, segera kami meluncur ke sana. Waktu baru saja menunjukkan pukul 7

Bali The Heaven On Earth

Pagi-pagi Tante Ida menelpon dari Jakarta :”Man, anak lelaki sahabat Tante di Denver nanti mendarat jam 11 siang, mau liburan di Bali, maaf ya ! dadakan ! Tante sibuk, lupa kasih tau, nanti sekalian ke kantor, Tante transfer ke rekening BCA kamu buat uang pegangan…...” dan seterusnya…..ia memborong bicara, padahal aku masih ngantuk ! bayangkan aku baru tidur jam 2 dan jam 6 pagi Tante saya

Blitzkrieg !

Blitzkrieg !Halo-halo pencinta cerita homo ! Ini laporan pandangan mata, fresh report dari Dili, “kota sejuta kontol” Sore tadi bersama teman-teman saya pergi ngopi ke Area Branca, atau Pasir Putih, daerah tepi pantai dengan pasir yang warnanya putih. Areanya tidak besar, paling-paling hanya sepanjang 1 km, tapi di sore hari kota Dili tampak cantik dari sana, bukit-bukitnya terlihat biru dan

bread & butter

Pernah suatu kali Iwan Tirta mengatakan kepadaku “relations & sex” ibaratnya seperti bread & butter, tak terpisahkan seperti roti yang harus diolesi mentega. Hmmm….. coba pikirkan ! kata-katanya benar ! Pada pengalamanku, bila seks antara aku dan pasanganku cocok maka hubungan kami menjadi lancar, hal-hal kecil yang bisa menjadi biang keributan akan terselesaikan di atas ranjang. Atau

Dili 2008

Dili 2008Pertama kali aku melihatnya bulan Agustus 2008, di sebuah restoran bagi kalangan menengah di kota Dili, Timor Leste. Aku dan teman-teman sedang makan malam, tidak jauh dari tempat kami duduk rupanya ada perayaan ulang tahun. Sepotong kue taart besar di pasangi lilin digiring ke meja rombongan itu. Suasana penuh senda tawa dan bahagia, tiup lilin dan jepret-jepret mereka berfoto. Yang

Goyang Dombret

Goyang DombretAda sebuah kantor di sebelah ruko aku tinggal. Kalau hari Sabtu, kantor itu setengah hari, setiap Sabtu selewat jam 2 siang selalu kedengaran music dangdut di stel dengan sangat keras dari kantor tersebut, dan baru berhenti Senin pagi saat kantor buka lagi. Bayangkan dari Sabtu siang sampai Senin pagi semua tetangga harus menderita dengan music kampungan yang disetel dengan volume

Jakarta-Bandung-Jakarta

Jakarta-Bandung-JakartaHari Jumat jam 15.15 KA Parahyangan melaju dari Stasiun Gambir menuju Bandung, di atas kereta aku berkenalan dengan seorang pemuda ganteng, alis matanya tebal, bibirnya sexy, kesannya seperti Brad Pitt, tapi Melayu punya. Kami saling memperkenalkan diri, namanya Bagyo, lulusan Universitas Parahyangan, Bandung. Ia sendiri tinggal di Jakarta, tapi karena ada keperluan

Jakarta-Bandung-Jakarta Jilid II

Bagyo menyumpah-nyumpah kegelian “gue udah nggak tahan lagi nikh…..” ia mulai mempercepat goyangannya, maju mundur dengan cepat, gerakannya membuat aku kelabakan, aku mulai mengimbangi dengan menggenggam kontol itu, setengah masuk mulut setengah kujilat sambil kukocok dengan tangan. Bagyo semakin buas, tangannya menjambak rambutku menekannya sekaligus ke selangkangannya “niiiiiiiiikh… rasain

kenangan di masa lalu

Kenangan Di Masa Lalu (I)Hingga aku SMA, aku tinggal bersama orangtuaku di jantung kota Jakarta. Di sebuah rumah lama, peninggalan jaman colonial, rumah itu bagiku sangat besar, luas tanahnya saja 2000 meter. Rumah induk tempat keluarga kami tinggal membuat pembantu ngos-ngosan, karena sehari ia harus menyapu dan mengepel 2 kali. Karena terlalu besar, pavilion di sayap kanan disewakan

kisah cinta nan jauh di rantau

Mungkin aku pacaran sudah lebih dari 19 kali, maksudku pacaran yang serius, bukan sekedar hubungan badan biasa. Kadang menjelang tidur aku membuka-buka buku catatanku dan mengenang pacar-pacarku dulu. Salah satu diantaranya bernama Gandhi, karena ia paling romantic dan paling berbakti. Gandhi adalah salah satu pacar yang paling tidak akan kulupakan.Aku berkenalan dengannya tahun 1996, ketika

Kontol di Museum

Kontol di MuseumKalau kita pergi ke Museum Pusaka Nias, di Gunung Sitoli, kita akan terpesona melihat patung-patung batu berserakan di halaman Museum, di depan, ditengah, di belakang. Rata-rata semua punya gaya yang sama, seorang lelaki dengan kostum traditional berdiri tegap dengan buah dada besar dan alat kelamin berdiri tegak, semua terbuat dari batu.Sudah dua kali aku kesana, hari Sabtu

magnum force jilid I

Magnum ForceDi ujung Jalan Kajeng sedang dibuat Bale Banjar yang baru, tukang-tukangnya sebagian besar dari Jawa. Agak lebih jauh sedikit di teras sawah, tinggal temanku Yoko, seorang perempuan Jepang yang sedang belajar menari di Peliatan. Pondok Yoko bergaya Jepang dikelilingi kolam Lotus…romantis sekali, kalau bulan purnama aku selalu ke sana, mendengarkan music, minum brem atau arak atau

MANDREHE

MandreheMandrehe adalah sebuah desa kecil, di tengah Pulau Nias. Saya menyukai desa tersebut, letaknya tinggi di perbukitan, cuacanya sejuk, dari sebuah tempat di sana kita bisa memandang Pulau Sirombu dan birunya Samudra Hindia yang seolah tak berbatas. Indah !Pertama kali ke sana, saya tercengang melihat tempat saya harus menginap, sebuah kamar di Seminari yang tidak terurus. Perlu 3 jam

Nias Pulau Seribu Kontol Jilid II

Nias - Pulau Seribu Kontol Jilid IIBetul saja, jam 8 lebih sedikit Fasi datang naik sepeda, wajahnya cerah sumringah, ia menyandarkan sepedanya di tiang rumahku. “Bang perutku sakit, habis makan aku langsung ngebut naik sepeda” katanya manja, ia langsung menghempaskan pantatnya ke kursi rotan. Celana pendeknya sudah robek sebelah depan dekat selangkangan, aku perhatikan kakinya panjang dan

singing in the rain

Singing In The RainPerumahan Taman Setiabudi Indah di Medan sedang banyak membangun rumah mewah, bangunan setengah jadi ataupun tahap finishing gentayangan sepanjang jalan. Beberapa bangunan hanya dipagari seng, atau terbuka sama sekali, pemiliknya belum punya cukup dana untuk menyelesaikan rumah tersebut. Di bangunan-bangunan seperti itulah tukang-tukang jualan makanan bergerobak beristirahat

wayan

WayanSebulan sudah aku menetap di daerah Petitenget, Seminyak. Duapuluh tahun lalu tempat ini begitu sepi dan mungkin sebagian besar orang tidak tertarik berkunjung kesini. Tapi Petitenget kini berubah menjadi surga kaum pelancong bule kelas atas. Coba saja lihat Potato Head, W Hotel, Metish, Sardin, Bali Bakery dan semua tempat yang terbilang mahal ada di lokasi ini.Banyak hotel dan

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story