Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

nias pulau seribu kontol

by Rama


Nias - Pulau Seribu Kontol Sudah setahun lebih aku tinggal di Nias, sebuah pulau di sebelah barat Sumatera Utara, alamnya sikh biasa-biasa saja, tidak seindah pantai di Bali atau Belitung. Bagi para pencinta sex, gempa Nias merupakan sengsara membawa nikmat. Kalau tidak ada bencana mana mungkin aku berada di Nias ini. Yang jelas dalam setahun aku sudah menikmati 141 kontol pemuda Nias….. lumayan khan ? bagaimana tidak banyak ? Pemuda Nias penggemar seks, binal dan penuh perasaan saat bersebody. Perawakan mereka langsing-langsing, tapi berorot, kulit mereka kuning langsat (kadang ada juga yang berpanau) tapi secara keseluruhan kontol mereka bagus-bagus bersih, setengah disunat dan lumayan gede. Aku tinggal di sebuah rumah di tepi pantai, berlantai 2 dengan balkon menghadap ke laut, setiap sore jam 5 serombongan polisi selalu datang bermain gitar di sebuah dermaga kecil dekat rumahku sambil makan minum bersenda gurau. Sejumlah anak-anak kampung dan beberapa anak SMP atau SMA yang tinggal di asrama seberang jalan rumahku selalu mandi-mandi dan berenang di tepi pantai. Yang baru pulang sekolah pakai celana sekolah saja, ada yang pakai celana pendek, celana dalam ada juga yang telanjang bulat. Tentu saja sebagian besar sudah beberapa kali pernah tidur dan menikmati tubuhku. Setiap kali mendapat mangsa baru aku menggores kusen pintu seperti orang menghitung di Pemilu, setiap 5 orang aku contreng. Sabtu sore itu aku baru saja mau turun dan berenang ketika Dapati, seorang anak SMA langganan sexku menghampiri dengan tubuh yang masih basah kuyup, ia berbisik : “Mas, ada teman ingin cari pengalaman dengan Mas, boleh tidak aku kenalkan ?” “Boleh saja asal tidak panuan” jawabku sambil terus berjalan menuju tepi laut. “yang mana anaknya” tanyaku. “ Itu Mas yang tinggi kurus, masih klas I SMA, tapi barangnya besar, sering dia kocok-kocok di kelas” jawaban Dapati membuat aku penasaran. Aku yakin ini anak pasti termasuk berandalan. Aku langsung nyemplung ke laut dan berenang kian kemari,seolah-olah tidak tertarik dengan penawaran tadi, rupanya hal itu membuat Dapati kesal, ia berenang menghampiriku : “Mas, ayo donk ! lihat itu dia berdiri telanjang bulat” Oooooh my God, betul saja kata Dapati, anak yang dimaksud punya kontol super panjang dan cukup besar. Seperti lazimnya anak-anak Nias, anak itu bertubuh kurus, tapi bentuk pantatnya indah, nungging, dadanya bidang, perutnya kempes penampilannya tidak mengecewakan. Aku segera berenang mendekat dan memberi senyum kepada anak itu. Tanpa banyak cingcong ia nyebur ke laut menghampiriku. “Bang kapan kita bisa berduaan ? saya minta pengalaman sama Abang” kata anak itu tanpa basa-basi. “eh kenalan aja belum, siapa namamu” kata saya sambil mengulurkan tangan. Ia mengulurkan tangannya di bawah air “Fasi” jawabnya pendek, saat bersalaman ia menarik tanganku ke kontolnya yang masih lemas. Betul-betul edan pikirku, seumur begini sudah berani minta pengalaman, tanganku segera saja sibuk memegang dan memencet-mencet kontolnya yang panjang. “Sudah pernah main apa belum ?” selidikku. “Ha..ha..ha…saya cuman pakai tangan Bang, belum pernah sama siapa-siapa” jawabnya terus terang. ”Jadi gimana Bang, boleh khan ?” sambungnya lagi. Pikiranku entah melamun jorok atau memang terpesona, jadi aku tidak menjawab dan makin sibuk mengelus-elus burung Nias yang berdenyut-denyut semakin keras. Hatiku berdebar-debar karena inilah kontol pelajar terbesar yang pernah aku pegang di Nias. “Bang kita berenang ke sebelah sana yuk, lebih dalam” ajak Fasi membangkitkan semangatku yang semakin membara. Kami berenang ditemani Dapati supaya orang banyak tidak curiga. Fasi menyuruhku menyelam : ”Bang selam saja sambil isap-isap burung saya, sudah tidak tahan nikh” Meskipun penggemar kontol tapi belum pernah sekalipun aku main sex di dalam laut, tapi namanya nafsu tak dapat dikekang, segera aku menyelam, sementara Fasi berenang di tempat setinggi dada, hanya kepalanya nyembul di permukaan. Kontolnya yang besar dan panjang segera aku genggam dan kumasukkan dalam mulut, rasa asin air laut tidak menyurutkan hasrat yang sudah diubun-ubun. Setiap satu setengah menit aku naik ambil nafas, aku lihat Fasi mengeleng-gelengkan kepalanya keenakan : ”Cepat lagi, rasanya seperti mau terbang, enak kali Bang” Sepuluh menit berlalu akhirnya aku kecapean, Fasi rupanya kuat juga menahan sperma,kontolnya betul-betul hebat tahan diisap, dikocok, dikulum, dikocok membuat aku ngos-ngosan. “sudah ya, nanti saja diteruskan” kataku sambil berenang menjauhinya, Fasi menjadi penasaran dan mengejarku. “Ayo Bang sudah hampir tumpah susu saya” katanya marah. Aku berenang ke tepian dan duduk di batu besar, aku lihat 3 polisi rupanya juga sedang berenang di bagian pinggir pantai. Seorang diantaranya bernama Anton, dia polisi yang paling aku benci, karena sombong dan suka ngompas anak-anak. Anton berbadan besar, sebetulnya dia gagah dan tampan, sayang sekali dia pernah mengatai aku “homo” di depan orang banyak. Fasi dan Dapati mendatangiku :”Mas, ini Fasi sudah tidak tahan lagi, kalau Mas tidak teruskan dia mau bikin onar” kata Dapati ketakutan. Fasi sambil tetap telanjang bulat berjongkok setengah mengancam mengatakan : “Kalau Abang tidak teruskan nanti malam saya datang panggil orang-orang kampung” lantas ia ngeloyor menghilang diantara kamar bilas di belakang kami. Aku agak jengkel juga dengan si Fasi, lantas pelan-pelan aku mengikutinya ke kamar bilas. Hari mulai gelap, tiada penerangan di kamar bilas, ledengnya bocor sehingga suara air ribut tidak keruan. Aku tengok kamar bilas semua tertutup, sebuah tangan tiba-tiba menarikku. Fasi dengan kontol penuh sabun langsung memelukku dan mencium bibirku penuh nafsu, aku buru-buru mencari dan memegang kontolnya yang keras seperti kayu. Aku kocok-kocok sebentar sampai ia menggigil sambil menekan bahuku ia lantas minta diisap : “cepat…cepat….isap Bang seperti tadi enak sekali” Aku basuh kontolnya dari bekas sabun dan kontol yang kegatelan itu langsung aku jilat-jilat kepalanya, lehernya dan turun ke biji pelernya. Tanganku sibuk memainkan putingnya, lantas mulutku merayap dari biji kontol keselangkangannya dan mendarat di lubang pantatnya. Rupanya sensasi itu sungguh luar biasa baginya sehingga tanpa sadar ia melenguh sepeti kerbau di sawah :”oooooooouh…ssshhhh” Aku semakin aktif menjilat lubang pantatnya yang masih super rapat sambil mengocok dan memelintir kepala kontolnya, lantas aku pindah lagi ke depan menjilat-jilat dan memasukkan kontol itu ke dalam mulut. Fasi mencengkeram bahuku sampai tergores, tapi masa bodohlah, aku terlalu sibuk dengan kontolnya yang mulai maju mundur dan menggeser-geser rongga mulutku. Mata Fasi mendelik terpejam mendelik dan mulutnya ternganga sampai air liurnya menetes-netes. Ia keenakan luar biasa : “uuuugh…..sssshhhh…. uuugghhh aduh Bang enak……aduh Bang bisa mati saya…uuuuggghhh.sssssshhhhh…..sssshhhsshhh !” Baru diisap 5 menit : ”ccccreeeeeeet………ccccroooooooot crrroooot …..creeet….seeeeeer….seeeer ! ” Fasi menekan kontolnya sedalam mungkin ke dalam mulutku sampai aku susah bernafas. Sperma langsung terjun bebas ke dalam tenggorokan, asin asin kental seperti agar-agar. Aku hampir terbatuk-batuk, tapi Fasi langsung menutup mulutku :”Ssssssst di sebelah ada orang mandi” katanya, perlahan-lahan ia memanjat bak mandi dan mengintip lewat dinding yang tingginya tidak sampai ke atap. Aku perhatikan kontolnya yang baru saja ejakulasi bergerak-gerak tanda-tanda kehidupan dan sebentar saja kelihatan burungnya mulai naik lagi. Rupanya dia ngaceng lihat orang di kamar mandi sebelah, ia melambaikan tangannya mengajak aku mengintip. Sungguh aku terkejut melihat Anton polisi sombong itu sedang bersetubuh dengan seorang lelaki lain. Mereka berdiri berhadap-hadapan saling berciuman memagut leher dan telinga, sementara kontol si Anton dijepit diantara paha si pemuda, ia berdiri maju mundur sambil sesekali menjulurkan lidahnya yang langsung diemut sama pemuda itu. Keduanya berpelukan mesra dengan pantat bergoyang maju mundur perlahan kadang-kadang dengan irama cepat. Tak lama kemudian kelihatan si Anton jadi beringas ia bergerak cepat, pantatnya diayun dalam-dalam dan tiba-tiba ia mendengus-dengus seperti kereta api :”hhhhssss…hhhhhsss…..hsssssssssss, jepit yang kuat jepit yang kuat” katanya berulang-ulang dan preeeeeeeeeeeet preeeeeeet creeeeeeet seeeeeer seeeeeer ia meledakkan spermanya sehingga nyemprot ke lantai dan selangkangan si pemuda. Anton memeluk dan mencium pemuda itu penuh kasih sayang, rupanya Anton homo kelas berat. Kami berdua mengintip sampai selesai dan kontol si Fasi menjadi ketagihan, ia memegang kontolnya dan berbisik :”mau donk yang kaya gitu” Langsung saja aku sambar kontolnya dan aku masukkan mulut dan aku isap-isap supaya ia semakin bernafsu, lantas aku basahi selangkanganku dengan air dan sabun. Fasi sudah tidak sabar ia menarik badanku dan menjejalkan kontolnya ke antara pahaku lantas ia menubrukkan mulutnya ke bibirku dan menyedot-nyedot lidahku. Kontolnya yang hangat dan besar terasa geli diantara pahaku, wah enak juga rupanya ya. Bijiku ke senggol-senggol batang dan kepala kontolnya yang panjang sehingga menimbulkan sensasi yang unik dan menambah birahiku. Kira-kira kami bersenggama 10 menit berhadap-hadapan kemudian aku suruh dia memelukku dari belakang. Kontolnya aku jepit dipaha dan aku menyuruh Fasi mengocok kontolku dari belakang, rupanya ini menyenangkan juga buat dia sampai ia berbisik :”Hmmmm kalau tau seperti ini aku mau ketemu Abang setiap hari……sssshhhhh ini bukan enak lagi tapi nikmat” lidahnya menjulur-julur seperti ular di tengkukku, tangannya sibuk ngeloco kontolku. Aku sudah mulai blingsatan keenakan dan hanyut oleh keindahan surgawi, mataku merem melek saking nikmatnya dikocok anak SMA. Kontolnya yang super gede dan panjang muncul-hilang-muncul-hilang diantara pahaku, yang jelas bijiku terasa geli-geli enak digesek kepala kontolnya yang sebesar bola golf. Aku sudah mulai tidak tahan dan merintih-rintih hampir ejakulasi. Fasi mempercepat geraknya, diayunnya kontol panjang itu supaya cepat keluar dan akhirnya aku tidak tahan lagi menyemprotkan air mani ketelapak tangan Fasi…….ccrrrreeeet ccccreeeet….ssslllleeeeep sllllepppp slllep suara kontol ngecret yang terus dikocok . Hal ini membuat Fasi menjadi semakin semangat dan mencapai klimaxnya, ia menekan kontolnya kuat-kuat dan ….ssssssssssssssseeeeeeeeeeeeeeeerrrrrrrrr …sssseeerrt ssseeeeeeeeert ………cccccccrrrreeeeeeeet …crrreeeeett !! Fasi memelukku lantas mencium aku berkali-kali :”super enak Bang, saya suka sekali” Aku hanya tersenyum dan menjilati kupingnya sambil berbisik : “Ayo kita mandi dulu” Lantas kami mandi bareng penuh kemesraan, keluar dari kamar mandi suasana sudah sunyi. Aku langsung ke rumah, Dapati sedang duduk di tangga menunggu kami berdua :”Gimana Mas ? asyik nggak ?” “Tanya saja sama dia” jawabku sambil menunjuk Fasi. Yang ditunjuk senyum-senyum sambil memakai baju dan celananya :”Top sekali, kalau boleh saya mau lagi” katanya sambil tertawa berderai-derai. “Kalau mau lagi nginap sini saja” jawabku “Betul nikh Bang boleh nginap sini ?” tanya Fasi penuh gairah dan ia melanjutkan : “kalau begitu saya pulang dulu pamit sama orang di rumah, nanti malam habis makan saya kesini ya” Dapati dan Fasi lalu pulang bersama-sama, kelihatan ia bercerita penuh semangat pengalamannya berbuat mesum denganku. Sambil berjalan sesekali Fasi menoleh ke belakang melihatku dan memberikan ciuman jauh. Betul-betul luar biasa, anak sekecil itu punya kontol 18 cm, aku juga senang bisa punya pengalaman bersamanya. Nanti malam aku mau kasih pantatku biar dia makin happy. Bersambung Nias - Pulau Seribu Kontol Betul saja, jam 8 lebih sedikit Fasi datang naik sepeda, wajahnya cerah sumringah, ia menyandarkan sepedanya di tiang rumahku. “Bang perutku sakit, habis makan aku langsung ngebut naik sepeda” katanya manja, ia langsung menghempaskan pantatnya ke kursi rotan. Celana pendeknya sudah robek sebelah depan dekat selangkangan, aku perhatikan kakinya panjang dan tidak punya bekas-bekas luka. Inilah kelebihan orang Nias kulit mereka mulus-mulus, seperti Cina. Mereka juga tidak bau badan, sejujurnya aku suka dengan mereka, secara fisik mereka tidak mengecewakan, mainnya juga total, tidak malu-malu. Yang bikin kecewa banyak dari mereka mulutnya tidak bagus, suka mencuri dan mereka orang yang pemarah dan pendendam. Jadi aku agak hati-hati menghadapi Fasi, terlebih baru pertama kali ini ia datang menginap di rumahku. Aku menyuruh Fasi cuci kaki dan tangan, lantas menyuguhkan sedikit kue-kue “cobain dulu, kue-kue dari Jakarta” tawarku, tapi Fasi rupanya kurang berselera, ia menyuruh aku duduk di sampingnya. “Duduk sini saja Bang, aku mau yang seperti tadi, tidak mau kue-kue” katanya sambil menggosok-gosok pangkal celananya. “Kamar tidur Abang di atas atau di bawah ?” sambungnya lagi sambil celingukan. “Aku tidur di atas, di sini khan hanya untuk duduk-duduk dan masak” jawabku. Lantai bawah rumahku hanya 5x5 meter, begitu juga di atas, kamar mandiku terletak terpisah, ini tempat tinggal yang menyenangkan bagiku. Fasi minta ijin melihat lantai atas, untung barang-barang yang aku anggap berharga sudah aku sembunyikan, jadi aku biarkan ia naik ke atas. Lebih dari 30 menit Fasi tidak turun-turun, aku segera menutup pintu dan jendela lalu naik ke atas. Anak nakal itu rupanya sudah pasang aksi, ia rebahan di ranjangku telanjang bulat. “Heh ngapain kamu ?” tegurku kaget “Ah sudahlah Bang, jangan buang-buang waktu, aku sudah nggak tahan minta pengalaman” katanya, lantas ia memain-mainkan alat vitalnya supaya bangun. Aku naik ke pembaringan dan memeluk badannya :”kamu itu anak nakal ya, sabar donk, khan ada waktu sampai pagi” bujukku sambil menciumi kuduknya, tanganku asyiik menggosok-gosok rudalnya yang mulai hidup. “Nah gitu donk Bang, aku pengen tau aku kuat main berapa kali hari ini, aku suka sekali main sama Abang, enak sekali.” Katanya sembari melepaskan kaosku dan memain-mainkan susuku. Kami bertelanjang bulat di ranjang sambil berpelukan ngobrol kian kemari, kadang aku menjilati lehernya sengaja membuat ia terangsang. Ia juga menggelitik-gelitik ketiakku, mendorong-dorong kepalaku ke arah burungnya. “Bang ayolah, sudah tegak kian burungku, ndak sabar dia minta dicium !” Tapi aku sudah punya strategi baru untuknya, jadi aku pura-pura melengos sehingga burungnya lewat dari mulutku. “Bang ayolah…..macam apa ini Abang mau” ia memprotes karena aku tidak memasukkan kontolnya ke mulutku, ia makin penasaran, sementara aku hanya menjilati bijinya dan selangkangan. Fasi mungkin sudah nafsu ke ubun-ubun dan ingin cepat-cepat ngesex, jadi dia mendorong-dorong kepalaku lagi supaya aku jilat dan isap alat vitalnya yang tegak mengeras sehingga uratnya muncul seperti varises. Aku meludahi kontolnya sedikit setelah itu baru aku masukkan mulut dan kutarik perlahan berulang-ulang. “shhhhh….ssshhhh nakh gitu Bang…..enak kali….” Ujarnya sambil melebarkan senyum, kelihatan sekali kalau Fasi kegirangan. “terus Bang…….terus saja…..jangan dilepas…..enaaaak” katanya sambil mengelus-ngelus tubuhku. Aku merayap ke atas, sambil mengocok kontolnya mulutku menjilati bulu jembutnya yang belum lebat, perutnya aku ciumi dan jilati, naik lagi ke pentilnya dan lehernya. “Abang……bang………geli bang…….enaaak kali bang !......isap lagi bang biar cepat keluar” pintanya sambil kegelian dan menghentak-hentakkan badannya. Aku tahu dia mulai mencapai tingkat birahi yang tinggi, aku langsung duduk di atas badannya, alat vitalnya yang basah oleh ludah terasa sudah super keras aku arahkan ke duburku. Fasi sempat terkejut dan mau protes tapi…..bleep…… …jebret….. kepala kontolnya keburu masuk menembus otot cincin duburku. Sesaat mulut Fasi membentuk huruf O yang sangat besar matanya terbelalak, nyalang tapi kemudian bibirnya menyungging senyum merekah…….”hhhhhsssssss……woooooowww……..Abang memang hebat…….oooh Abang memang hebat…….” Fasi keenakan tangannya mencari-cari kontolku, dikocok-kocoknya burungku yang juga minta dienakin, tanpa dikomando Fasi menggerak-gerakan pantatnya naik turun, aku memutar-mutar pinggul. Komposisi gerakan sex maha sempurna membuat kami berdua terasa melayang, angin laut dan gemeresik nyiur menambah keindahan malam. Fasi menggigit bibirnya menahan rasa nikmat yang luar biasa, tiada kata-kata yang terucap, ia menggoyangkan pantatnya perlahan penuh perasaan : “Baaaaang……..enak kaliiiiiiii” hanya itu yang dikatakannya, aku sendiri merasa keenakan dengan kontol yang mengganjal di rongga pantatku, ada rasa sakit, tapi hanya sedikit dibanding rasa nikmat yang tak dapat kugambarkan duduk di atas tubuh remaja ini. Aku merasa seolah-olah seperti anak kecil yang sedang duduk di atas kuda-kudaan di Taman Hiburan, bahagia menikmati kesenangan tak terlukiskan, misalnya aku di suruh turun dari kuda-kudaan ini tentu saja aku tidak akan mau. Begitu juga Fasi, wajahnya menampakkan kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan sekaligus. Akhirnya capek juga aku ngongkong seperti itu, aku mengganti posisi, berbaring dan mengangkat kakiku, Fasi segera mengerti apa yang harus dilakukan, ia langsung mengangkat kakiku ke bahunya dan mengarahkan alat kelaminnya ke lubang anusku yang sudah basah dengan pelicin alam. Meski demikian sekali tekan tidak cukup membenamkan kontol besar itu, Fasi perlu menekan sekali lagi supaya alat vitalnya benar-benar ambles ke dalam anusku. Sebelum menggoyangkan kontolnya, ia masih sempat mencium bibirku :”I love you Bang…..betul Bang…..aku sayang sama Abang” bisiknya, lantas ia mulai bergerak maju mundur melanjutkan persetubuhan kami. Gerakannya makin lama makin cepat, makin cepat lagi sampai suara ranjangku berderak-derak seperti kurang minyak…..kkkrrrik…kkrrrikk …kkrriik. Fasi sudah semakin nafsu, ia tidak memperdulikan sekelilingnya, jepitan pantatku rupanya benar-benar sesuai dengan seleranya. Ia mulai mendengus-dengus : “uuuukh…..uuukkh…….mmmmm” matanya terkatup, mulutnya kadang ternganga, liurnya menetes-netes. Betul-betul dia sudah keenakan gerakannya semakin gila, seperti jarum mesin jahit menembus kain sutra……..aku jadi kelojotan digarap seperti ini. Tanganku menjambak-jambak sprei sampai kusut, tapi Fasi tidak peduli, ia semakin menekan tubuhnya ke badanku, ia menekan melonggarkan dan menekan lagi berulang-ulang dengan irama cepat, kontol Fasi menggesek liang anusku dengan suara ribut….clepaaak….clepppak…..clepppak, bijinya kadang tabrakan dengan bijiku sehingga rasa geli dan nikmat itu semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba Fasi menunduk dan menekan dadaku , tangannya merangkul leherku, bibirnya melumat leher, telinga dan mencari-cari mulutku, aku dicipoknya dengan ganas bersamaan dengan….cccccrrrrrroooooooooot……. crrrroooooooot………cccrreeeeeeeeeeeeeeeeeet………creeeeeeeet !!!!!!!! Air maninya menyembur di dalam lubang anusku. “Baaaaaaaaaaaaaaang…………..aku…muuuntaaaaah………” serunya sambil menekan kontolnya lebih dalam, dengan spontan aku memainkan otot cincinku kendor rapat kendor rapat berulang-ulang sehingga Fasi menjerit-jerit kecil :”iiiiiiikh……iiikhhhhh…….oooooohh” Fasi terus saja mendekapku lama. Alat vitalnya aku jepit di lubang dubur, ia mencoba melepasnya, tapi akibatnya ia merasa geli dan nyeri…….”aaaaaaakh……..bang………aaaakh” setelah beberapa menit burungnya melemas dan lepas dari cengkeraman lubang anusku. Fasi tergolek kecapean, penuh keringat dan nafasnya tersengal-sengal, ia menoleh kepadaku sambil tertawa :”Bang…..sumpah enak kali….puas kali aku bang.” Aku mengambil tissue basah, mengusap dan membersihkan kontolnya, membersihkan anusku, merapihkan ranjangku. Dengan rasa agak ngilu aku lantas berbaring di sampingnya, Fasi memelukku, tanganku diraihnya dan dicium-cium mesra :”Pokoknya aku puas, Abang memang hebat, top ! sebentar kita main lagi ya Bang, khan susu Abang belum muntah” Aku memiringkan badan sehingga kami tidur berhadap-hadapan, berpelukan sambil berciuman, saling menggigit, saling merangkul, mencubit dengan mesra. Beberapa menit demikian, akhirnya kami saling menggesekkan badan, kontolku yang belum terlayani dengan cepat naik dan mengeras, aku naik ke badan Fasi, melipat kaki kirinya ke atas dan menyelipkan kontolku di tengahnya, mulailah aku menggoyang-goyangkan badan naik turun-naik turun. Rasa enak segera datang……..paha Fasi membasah oleh keringat, akumenciumi ketiaknya, memain-mainkan lidahku di situ sampai ia mengelijang dan membuat gerakan yang semakin membikin kontolku nikmat dan……….ccccccrrrreeeeet…..cccccreeeeeeeet……ssseeeeeer…ccrreeeeet….!! aku ejakulasi dengan penuh perasaan. Sungguh nikmat !! Malam itu betul-betul indah, kami dibuai kenikmatan berkali-kali, main isap-isapan, 69 dan jepit-jepitan dipaha, anusku dihajar lagi 2 kali. Bulan penuh, suara ombak dan nyanyian pohon nyiur adalah saksi persetubuhan kami. Besoknya kami bangun jam 10 lebih, kami mandi berdua, sudah tentu sambil bersebody. Tengah hari Fasi pulang bersepeda, ia melambai dari jauh dan aku memberinya senyum manis. Fasi masih datang berkali-kali bahkan ia menjadi Public Relations yang baik, ia sering mengajak teman-temannya minta pengalaman denganku. Suatu kali ia mengajak 6 orang temannya sekaligus menginap di rumahku. bersambung

###

1 Gay Erotic Stories from Rama

nias pulau seribu kontol

Nias - Pulau Seribu KontolSudah setahun lebih aku tinggal di Nias, sebuah pulau di sebelah barat Sumatera Utara, alamnya sikh biasa-biasa saja, tidak seindah pantai di Bali atau Belitung. Bagi para pencinta sex, gempa Nias merupakan sengsara membawa nikmat. Kalau tidak ada bencana mana mungkin aku berada di Nias ini. Yang jelas dalam setahun aku sudah menikmati 141 kontol pemuda Nias….. lumayan

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story