Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Yanto - Supir 1 Mas Arif - Lanjutan

by Rian


Karena malu, saya berusaha bangun lebih awal dan langsung berangkat ke ladang dan menghabiskan waktu ku di saung ladang orang tuaku. Sungguh saya tidak tahu bagaimana harus bagaimana jika kami bertemu nanti. Kejadian ini berbeda dengan saat saya mengentoti Nuri atau kembang desa sebelah. Dengan Nuri atau kembang desa sebelah yang bernama Ayu, kami melakukannya suka sama suka tanpa ada perasaan aneh karena hubungan kami adalah hubungan laki-laki dengan wanita. Kalau ini? Laki-laki dengan laki-laki! Kontol dengan kontol! Tetapi saya akui, nikmatnya sungguh lebih nikmat hubungan ini. Saya tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi dan mengapa saya menikmatinya. Perasaan bersalah sih tidak ada, hanya terasa malu dan salah tingkah bagaimana jika penduduk kampung mengetahuinya. Seharian saya memikirkan ini semua dan tidak berani pulang ke rumah. Hingga malam hari menjelang, terpaksa saya pulang dan bertemu dengan mas Arif saat makan malam. Mas Arif baru saja balik dari tugasnya membantu pembangunan jembatan sementara untuk irigasi sawah kami. Saya terdiam malu tak berani menatap mas Arif saat kami bertemu, segera mungkin saya membuang muka dan menghabiskan makanan ku dan langsung kabur ke tempat kawanku. Saya merasa tidak enak ketika mas Arif menatap kepergianku, tetapi saya sungguh malu jika harus menatap matanya atau membahas kejadian semalam.

Ketika saya kembali, semua lampu sudah dipadamkan pertanda semuanya sudah tidur. Perlahan-lahan saya masuk ke kamarku dan melihat mas Arif yang sedang tidur, saya tidak yakin apakah mas Arif benar-benar tertidur atau tidak. Seperti kemarin, mas Arif tidur telanjang dada dan hanya menggunakan sarung saja dengan gundukkan kontolnya yang besar itu. Sarungnya sedikit berantakan sehingga saya dapat melihat bulu jembutnya yang rapi. Kupandang wajahnya yang tampan, macho dan sedikit guratan kebiruan bekas cukuran kumis dan cambangnya yang rapi, saya menyukai wajah tampannya, wajahnya bukan seperti bintang sinteron yang tampilannya seakan-akan hanya tempelan yang tidak memiliki ciri khas ataupun membosankan. Kualihkan pandanganku menuju dadanya yang kekar atletis kembang kempis mengikuti aliran nafas yang dihembuskannya, sungguh sangat seksi dan menarik hati. Celakanya kontolku pun ikut bangun melihat keadaan mas Arif seperti ini! Perlahan saya melepaskan semua pakaian dan hanya mengenakan sarung sebagai penutup kontolku yang sudah mengeras. Kurebahkan tubuhku disampingnya sambil berusaha menutup mataku berusaha terlelap ...

Semenit dua menit lima menit lima belas menit ku lalui dengan nafsu yang bergejolak dalam hatiku, nafsu ingin merasakan kenikmatan semalam lagi! Tidak bisa ku tahan! Aku membuka mata dan melihat kearah mas Arif yang masih pura- pura (?) tertidur lelap dengan kontol yang sudah mengeras. Ternyata mas Arifpun merasakan hal yang sama, kontolnya menyembul atau mungkin dia sengaja membuka sarungnya karena dia ingin menggodaku. Saya yakin dia melihat gundukkan sarung ku yang membentuk tenda karena kontolku yang mengeras. Aduh, nafsu ini seakan-akan membuat saya buta akan semuanya hingga saya mendekati mas Arif dan memeluknya, menindihnya dan mencumbunya! Ternyata mas Arif pun membalas ciumanku, ciuman laki-laki dengan laki-laki yang pertama kalinya untukku. Bibirnya terasa manis, empuk dengan sedikit permainan sedotan bibir atau lidahnya membuat saya semakin menikmatinya. Saya menikmati permainan ciuman dan lidahnya dalam mulutku, bagaimana mas Arif memperlakukan diriku membuat saya semakin bersemangat untuk memberikan hal yang sama kepadanya. Sejenak saya melepaskan ciuman dan sedotannya yang ganas, pandangan kami bertemu dan dapat saya temukan rasa sayang dan birahinya bercampur menjadi satu yang ingin segera dilepaskannya. Kulepaskan sarung yang dikenakan oleh mas Arif dan diriku hingga kami dapat dengan leluasa bergerak dan merasakan kulit kami satu sama lain. Saya bisa merasakan hangatnya kulit mas Arif serta rasa kontol kami yang saling beradu dan mengesek, pelukkanku semakin erat ketika mas Arif membuka dan melingkarkan kakinya di pinggangku hingga kontolku dapat dengan mudahnya ku arahkan ke lubang mas Arif dan melumasinya dengan maniku yang sudah banjir diujung kontolku. Puas dengan posisi itu, saya mengangkat mas Arif sehingga kami berhadapan satu sama lain dimana mas Arif menduduki pahaku dan kami bisa berpelukan dengan erat serta tetap berciuman dengan ganasnya. Keringat kami pun seperti berlomba-lomba dengan mani kami untuk mengucur dan melumasi gesekan kami.

Saya ingin lebih! Dan mas Arif tahu itu! Perlahan mas Arif menciumi leherku dan menjilatinya hingga pundak dan dadaku. Berdesir hebat saya ketika mas Arif mengecup pentil dadaku dan memberikan gigitan kecil.

“Mmmrghhh ...” Erangku

Tak memperdulikan eranganku, mas Arif tetap menghisap dan memainkan pentil dadaku dengan lidahnya dengan ritme yang tidak beraturan. Kadang menggigit kecil, kadang memainkannya dengan lidahnya, kadang menyedotnya ... Argh! Baru kali ini saya merasakanya, merasakan sensasi ini! Mas Arif menuntunku sehingga aku sekarang dalam posisi tidur. Kini mas Arif yang berada diatasku, dengan ganas dia menciumi, menyedot dan menghisap pentil dadaku bergantian kiri dan kanan membuat aku mengelinjang keenakan dan menjambak rambutnya. Sembari menciumi pentil dadaku, tangannya mulai bergerilya menuju kontolku dan saya bisa merasakan kepala kontolnya yang menempel di lubangku. Dia mengocoki kontolku dengan genggaman yang pas dan ritme kocokan yang berbeda, dari cepat – pelan – cepat dan pelan. Mas Arif mulai menciumi perutku yang rata dan menuju paha dan jembutku, perlahan dia menciumi dan menjilati paha hingga bulu jembutku yang lebat ...

“Argh!” Tertahan desahanku

Ketika mas Arif menyedot kontolku dan dapat kurasakan sedotannya yang kencang dengan rasa hangat dan basah di kontolku! Kaget karena saya belum pernah merasakan kontolku disedot sebelumnya. Naik – turun – naik – turun – naik – turun sedotan mas Arif makin kencang dan membuat saya mengerang tertahan keenakan. Sensasinya sungguh nikmat, saat mas Arif menjilati kontolku, lubang kontolku bahkan pelirku dan perlahan menuju lubangku. Heran, kaget bercampur khawatir saat mas Arif menjilati lubangku itu ...

“Masss ...” Bisikku dan kurasakan jilatan hangat di lubangku

“Hah!” Kaget bercampur aneh nikmat saya terlonjak tetapi ditahan oleh mas Arif

Jilatan mas Arif di lubangku itu membuat saya mengila dan semakin mengangkangkan pahaku agar mas Arif semakin mudah menjilati lubangku. Ternyata selain menjilati lubangku, mas Arif juga menusukkan lidahnya kedalam lubangku, sangat terasa sekali lidahnya menusuk dan mengelitik area dalam lubangku. Sungguh nikmat sekali! Terlalu menikmatinya saya sampai bergetar hebat ketika mas Arif menusukkan jarinya kedalam lubangku. Inikah yang namanya dientoti? Inikah kenikmatan yang dirasakan wanita-wanita seperti Nuri dan Ayu yang ku entoti? Sekarang saya sadar kenapa dientoti itu sangat menyenangkan bahkan membuat Nuri dan Ayu ketagihan! Dan kenikmatan itu menjadi ganda ketika mas Arif memelintir pentil dadaku atau mengocoki kontolku!

“Masss...”

“Hmmm To...”

Belum puas, mas Arif sudah bangkit dan menindih saya yang sedang mengangkang. Saya bisa merasakan kontol mas Arif sudah menempel di lubang ku yang basah oleh ludahnya. Mas Arif memandangku dalam, menekan kuat kedua tanganku diatas kepalaku dan kemudian menciumi saya dengan penuh kasih sembari membuka pahaku lebih lebar dengan kedua kakinya yang kokoh sehingga kepala kontolnya semakin menempel dengan lubangku. Saya tahu dia ingin mengentotiku dan saya terbawa oleh suasana dengan membiarkannya bertindak lebih jauh. Saya tidak tahu apakah saya menginginkannya atau tidak, tetapi saya hanya diam dan membiarkannya hingga kepala kontolnya mulai menekan dalam lubangku... Hmmm... Sedikit susah dan sakit, tetapi saya teralihkan oleh ciuman mas Arif yang enak...

“Ogh!” Tahanku oleh bekapan bibir mas Arif ketika kepala kontolnya mulai masuk Tetap menciumi saya, mas Arif menahan laju kontolnya agar otot lubangku menyesuaikan dengan ukuran mas Arif. Perlahan tanpa komando mas Arif mendorong dan memasukkan kontolnya lagi centi demi centi seperti yang ku lakukan padanya kemarin malam. Lubangku terasa penuh dengan batangnya yang hangat, nikmatnya tak tertahankan! Rasa sakit dan panas pada permulaannya terasa terbayar ketika semua kontol mas Arif tertelan dan bertahan dalam lubangku.

“Mas...”

“Too... Sempit to...” Bisiknya pelan

“Enak mas...”

“Iya, mas juga enak – seenak kemarin dientoti Yanto” Jawabnya dan kami saling berciuman kembali

“Mas entoti ya To, seperti Yanto entoti mas kemarin...”

“Iya mass... urgh!”

Belum selesai saya menjawab, mas Arif sudah mengangkat kedua kakiku, memegang dan menciumi betisku, menarik kontol dan menyisakan kepalanya dalam lubangku. Tarikan dan gesekan kontolnya dengan lubangku sungguh memberikan sensasi yang berbeda, membuat tubuhku bergetar nikmat dan semakin nikmat ketika mas Arif mengocoki kontolku. Perlahan mas Arif memadukan gerakan entotannya dengan kocokan kontolku, jadi saya menikmati dua sensasi sekaligus, dientoti dan dikocoki. Genjotan dan sodokan mas Arif semakin liar dan kencang, dalam kesunyian kami berusaha bertahan untuk tidak mengeluarkan seruan atau desahan apapun agar tidak membangunkan kedua orangtuaku yang sudah terlelap. Hanya tatapan kami serta cucuran keringat kami yang membasahi tubuhku kami yang menjadi bukti kenikmatan pergumulan kami, kami tidak ingin orangtua ku mendengar setiap hentakan mas Arif di pantat saya yang kencang walau saya ingin merasakan sensasi itu. Saya bisa merasakan hujaman dan hangatnya kontol mas Arif yang dalam di lubangku. Dan saya yakin mas Arif bisa merasakan cengkaraman lubang saya karena nafas mas Arif yang mengebu-gebu dan berat itu. Sambil dientoti saya dapat melihat mas Arif langsung dengan gerakan genjotannya, juga lelehan keringat di badannya yang berjatuhan membuat badannya yang kekar semakin terlihat menggairahkan.

“To ... Mmn ... as mau keluarrr”

“Terus mass ... Seperti kemarin masss ...” Saya ingin merasakan muncratan pejuh mas Arif juga seperti kemarin. Saya ingin merasakan pejuh mas Arif! Kontolku seakan ingin meledak ketika merasakan semprotan pejuh mas Arif di lubangku, tanpa aba-aba saya memuncratkan pejuhku hingga memenuhi dadaku. Kami tetap menahan erangan kami hingga semua pejuh kami keluar tak bersisa dan mas Arif menjatuhkan dirinya dalam pelukanku dengan kontolnya yang masih menusuk lubangku.

“Terima kasih Mas ...”

“Mas juga To ...”

“Enak ngentoti kamu To, seenak dientoti kamu kemarin malam ...” Bisiknya

“Hehehe ... Enak juga dientoti mas, pertama kali saya dientoti” Ku kecup mas Arif lagi

“Belum pernah mas merasakan seenak itu ...”

“Jadi mau dientoti Yanto setiap hari?”

“Iya To ...”

“Hahaha...” Saya memeluk mas Arif dan menciuminya hingga kami terlelap dalam tidur karena kecapaian.

Saya benar-benar menikmati sex ini dan saya akui berbeda dengan Nuri ataupun Ayu! Tentu saja, memek Ayu sudah tidak perawan ketika saya entoti! Memek Nuri masih perawan tetapi tidak menjepit dan mencengkram seperti lubang mas Arif! Saya ingin melakukannya lagi!

Hari-hari saya lalui dengan mas Arif, setiap hari kami saling mencumbu, mengentoti atau dientoti, hingga waktunya untuk meninggalkan kampung kami. Saya hanya bisa terdiam ketika mas Arif pamit dan meninggalkan saya. Saat itu kami hanya berjanji untuk saling mengunjungi dengan bekal alamat di secarik kertas. Dan lamunan masa lalu saya buyar ketika saya dipanggil oleh Suratman karena pak Awan hendak pergi. Saya ingin bertemu lagi dengan mas Arif ... Dimanakah dia saat ini ... Rindu saya kepadanya. Rindu ingin mengentotinya lagi.

###

8 Gay Erotic Stories from Rian

Yanto - Eka

Menurutmu apakah saya seorang petualang sex sejati yang tidak bisa bertahan dalam sebuah hubungan khusus? Dengan mas Arif, tapi sekarang saya tidak tahu mas Arif dimana lagi. Dengan Nuri atau gadis tetangga sebelah? Yah, memang saat itu kami sedang liar-liarnya dan tanpa didasari oleh cinta, hanya suka sama suka alias penasaran alis hanya pingin coba-coba. Dengan Minah? Yahhh khilaf.

Yanto - Supir

Hari itu saya diterima sebagai supir pribadi di daerah intercon setelah pencarian sekian lama. Tak mengapa jadi seorang supir pribadi ini, yang penting kerjaan halal. Toh saya hanya lulusan smu sederajat yang tidak sebanding dengan mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di Universitas. Saya harus mensyukuri bahwa saya akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan ini, dibandingkan dengan

Yanto - Supir 1 Mas Arif

Saya hanya bisa diam terpaku, melihat sekeliling ruang tidurku. Seprei kasur yang berantakan, pintu kamar yang tertutup, panas, ceceran pejuh di perut dan dadaku yang setengah mengering ... tidak ada yang salah, tidak ada yang aneh, hanya saja pak Awan tidak berada di sebelah saya – dalam keadaan terikat! Duh, mimpi. Sungguh mimpi yang sangat menyenangkan, saya hanya bisa tertawa

Yanto - Supir 1 Mas Arif - Lanjutan

Karena malu, saya berusaha bangun lebih awal dan langsung berangkat ke ladang dan menghabiskan waktu ku di saung ladang orang tuaku. Sungguh saya tidak tahu bagaimana harus bagaimana jika kami bertemu nanti. Kejadian ini berbeda dengan saat saya mengentoti Nuri atau kembang desa sebelah. Dengan Nuri atau kembang desa sebelah yang bernama Ayu, kami melakukannya suka sama suka tanpa ada

Yanto - Syaiful

Tak terasa tiga bulan sudah saya bekerja kepada pak Awan, sudah 2 kali juga saya ditegur oleh pak Awan karena kesalahanku. Tapi saya bisa menerimanya – menerimanya karena terlanjur menyukainya atau apa, saya tidak tahu hahaha, lagipula teguran yang membangun dan bukan kemarahan yang besar. O ya kadang-kadang beliau suka menjewer saya kalau beliau merasa saya tidak nyambung jika saya

Yanto - Syaiful lanjutan

“ ... ““Pak ...”“ ... ““ ... Jangan marah lagi yah pak ... Saya tahu saya salah” Rengekku pada pak Awan yang sedang membaca koran“ ... Sudah, tak ‘pa lah”“ ... Pasti masih marah yah pak ...” “ ...”Perlahan saya mendekat dan kemudian duduk dekat kaki pak Awan, berharap beliau menghentikan kegiatannya membaca koran dan berpaling kepadaku. Tetapi beliau bergeming

Yanto - Versi Arif

Sebagai anggota ABRI, saya tidak dapat menolak ketika ditempatkan dalam program ABRI masuk desa yang dicanangkan oleh pemerintah. Penempatan ini pun baru saya ketahui ketika hari terakhir keberangkatan kelompok kami, seakan-akan saya ini hanya kambing hitam terakhir yang dipilih. Sejujurnya saya tidak ingin ditempatkan dalam program ini, karena pekerjaan ini sangat menguras tenaga. Kami

Yanto - Versi Arif lanjutan

Entoti aku To! Ohhh ... Kontolnya mulai digerakkan! Sungguh enak terasa di lubangku saat perlahan kontolnya mengesek lubangku perlahan ... Hahhh... Yanto mulai mengenjoti lubangku ...Terus To ... Entoti aku ... Yanto semakin mengebu-gebu mengentoti aku hingga tak peduli saya sedang bangun atau tidak, tetapi saya kira dia sadar bahwa saya sudah bangun, karena saya bisa mendengar

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story