Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Yanto - Supir 1 Mas Arif

by Rian


Saya hanya bisa diam terpaku, melihat sekeliling ruang tidurku. Seprei kasur yang berantakan, pintu kamar yang tertutup, panas, ceceran pejuh di perut dan dadaku yang setengah mengering ... tidak ada yang salah, tidak ada yang aneh, hanya saja pak Awan tidak berada di sebelah saya – dalam keadaan terikat! Duh, mimpi. Sungguh mimpi yang sangat menyenangkan, saya hanya bisa tertawa menertawakan diri saya ini, malu saja – memimpikan suatu hal yang sangat tidak mungkin – tapi tak ada yang salah dengan hal itu, toh saya kan boleh berfantasi seperti umumnya fantasi ngesek dengan orang lain hehehe.

Lelehen pejuh yang setengah mengering masih menempel di perut dan dadaku, hingga saya tersadar oleh samar kicauan burung diluar sana. Buru-buru saya bangkit dan membersihkan lelehan pejuh saya agar tidak bercecer di lantai. Kebersihan itu perlu!

Brrrr ... Mandi dipagi hari memang sangat menyegarkan – walau di kampung tetap lebih dingin. Sungguh menyenangkan saat membersihkan diri di sungai kampung saya itu. Sungainya masih bersih, semua penduduk kampung selalu menjaga lingkungan sekitarnya agar sungai sumber kehidupan kami tidak tercemar. Heran saya melihat kondisi ibukota ini, tua muda serta laki atau pun perempuan semudah itu membuang sampah ataupun membiarkan kondisi sekitarnya kotor begitu saja. Makanya saya senang melihat rumah kebun pak Awan ini, sungguh serasa di kampung sendiri, semuanya sangat asri dan membuat saya makin rajin untuk merawatnya. Saya boleh berbangga hati karena dari mbok Rini hingga tamu serta tetangga yang datang berkunjung sangat menyukai kerapihan serta keadaan tanaman yang selalu berbunga dan sehat. Kadang kala, pak Awan juga suka membawa berbagai bunga atau tanaman yang tidak saya ketahui sama sekali – “nga pa pa, coba aja dahulu, siapa tahu hidup dan berbunga dengan bagus?” jawab pak Awan ketika saya mengutarakan keraguan saya mengenai kemampuan hidup tanaman yang dibawanya. Beberapa diantaranya juga meminta saya mencarikan teman sekampung untuk mereka, karena banyak pembantu yang dibawa dari yayasan terkadang mengecewakan atau tidak sesuai dengan harapan mereka.

Berlari kecil dari kamar mandi pembantu menuju kamar, saya perhatikan gorden dan jendela kamar pak Awan sudah terbuka lebar, tanda pak Awan sudah bangun. Buru-buru saya masuk kamar dan bersiap-siap, berkaca dan mencoba memasang senyuman terbaik hehehe – saya yakin para pembaca juga suka mencoba senyuman dan tatapan mata terbaik di depan cermin bukan? Hahaha. Setelah menghabiskan sarapan buatan mbok Rini, segera saya persiapkan mobil dan menunggu pak Awan.

“Pagi To”

“Pagi pak, tidurnya nyenyak pak?”

“Tak tahu To, kemarin tidurnya berasa ... ah sudahlah hahaha”

“Hah? Berasa apa pak?”

“Hahaha, sudahlah ...”

Aneh pikir saya, hehehe berasa enak karena saya mimpiin perkosa dia kali? Atau benaran kejadian kah? Waduh, tidak mungkin sih, soalnya kata Syaiful – satpam komplek intercon – tidak ada pemadaman bergilir tadi malam, jadi sudah pasti itu adalah mimpi.

Hari ini, seperti biasa saya mengantarkan beliau ke kantor. Tak lupa menyapa dan berbincang dengan kawan-kawan lain yang sedang bekerja, mendengar guyonan kotor mereka atau bahkan membicarakan kawan-kawan level atas, maksudnya kawan-kawan kantoran yang penuh dengan intrik atau sikut menyikut hingga masalah kehidupan sehari-hari mereka. Disana ada beberapa kawan- kawan yang saya kenal cukup dekat, antara lain Suratman dan Diman yang bertugas sebagai satpam, Joni sebagai OB serta Hendra yang bertugas atas semua pekerjaan yang dibutuhkan secara mendadak. Dan juga beberapa diantara mereka yang tinggal di mess karyawan. Melihat kondisi dan keadaan mereka yang terkadang sedang ada masalah sungguh sangat kasihan, tetapi tak dapat membantu mereka. Masuk jam kerja, semuanya sudah berkutat pada posisi dan kewajiban masing-masing. Tinggal saya sendiri yang bermain dengan kesendirian dan khayalan saya, sambil berkhayal saya jadi teringat kepada mas Arif, anggota ABRI yang dikirim ke kampung kami dalam program ABRI masuk desa ... awal mula saya mengenal sex dengan lelaki hahaha ...

Mas Arif merupakan salah satu dari 6 anggota ABRI yang ditempatkan di kampung kami dalam program ABRI masuk desa. Mereka ditugaskan untuk membantu penduduk kampung untuk membuat jembatan, saluran irigasi, rumah tinggal serta kelengkapan MCK dan sanitasinya. Mas Arif umurnya 24 tahun dengan tinggi 173 cm dan berat proporsional, atletis lah. Tidak mungkin saya menanyakan Mas Arif dengan pertanyaan yang begitu detail. Saat itu saya masih pemuda kampung berumur 21 tahun yang tidak begitu mudah untuk bergaul dengan para pendatang yang masuk ke kampung saya, selain itu saya cukup sibuk dengan kegiatan mengembalakan sapi dan bercocok tanam. Saat pengenalan pertama, kami memang sempat beradu pandang yang saya anggap biasa saja, namanya pendatang masuk kampung yah dipandang, Siapa? Siapa? Yang mana? Yang itu tampan? Yang ini aja? Hahaha

Masing-masing dari anggota ABRI tersebut menempati salah satu rumah penduduk, begitupun mas Arif yang seharusnya menempati rumah pak Sainan yang memiliki seorang anak perempuan yang bernama Nuri. Nuri sangat menyukai mas Arif, karena saya sering melihatnya mengantarkan makanan kepada mas Arif dan sering sekali mas Arif digoda oleh kawan-kawan ABRI nya. Saya pun tidak begitu ambil peduli dengan hal tersebut karena saya tidak pandai berkumpul dengan penduduk kampung – si ganteng pendiam – kata penduduk desa hahaha.

Hingga suatu hari, saat saya sedang beristirahat dari mencari kayu bakar di hutan sisi kampung ...

“Assamuala’aikum”

“Wala’aikum salam”

“Sendiri saja?”

“Oh, mas Arif ... ya, saya sendiri saja sedang beristirahat, mas kenapa ada disini? ”

“Hehehe, ya saya kabur ...” Kata mas Arif sambil mendudukkan dirinya disebelah saya, dekat sekali hingga pundak kami bersentuhan.

“Kabur??”

“Iya, soal nuri itu loh ...”

“Oh ...”

“Kamu pendiam sekali yah? Apakah ada salah saya padamu?”

“Tidak, kenapa mas bertanya seperti itu??”

“Habis kamu tidak pernah mau ngobrol dengan saya, selalu menghindari saya, hanya senyum saja ... kamu pacar Nuri?”

“Hahaha, tentu saja tidak mas, saya memang tidak banyak bicara dan saya bukan pacar Nuri”

“Baguslah, saya kira kamu cemburu” Katanya sambil mendorong saya dengan pundaknya yang kekar.

“Hahaha, nga lah mas”

“Nah, gitu dong, ketawa kaya gitu, kan ganteng ... diam aja ganteng, apalagi ketawa begini hahaha” Sambil mencubit kedua pipi saya

“Hahaha ...”

“Serius itu, ganteng kok ... jadi ga cemburu kan?” Mas Arif merangkulkan tangannya di pundak saya. Dia memberikan saya senyuman yang terbaiknya, sungguh tampan sekali.

“Nga mas, kalau pun jadi dengan Nuri pun bukan masalah saya – yuk mas, balik sudah mau mahgrib”

“Yuk” Dia berdiri dan memberikan tangannya, aneh ya? Tidak juga, hanya saya merasa bagaimana gitu... hahaha

Menumpu pada tangannya lah saya bangkit dan meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan kami saling berbicara dan mengenal satu sama lain. Akhirnya kami jadi dekat satu sama lain, dimana dia selalu mendekati dan mengajak saya kerja bersama ataupun membantu saya bercocok tanam bahkan mandi bersama di sungai. Saat mandi itu saya bisa melihat keindahan tubuhnya yang atletis sembari bercanda kami membersihkan diri kami, tetapi tidak sampai melihat alat kelamin kami secara langsung. Berharap? Hahaha. Sejujurnya saya agak risih, karena saya tidak pernah begitu dekat dengan seseorang dan saya yakin para penduduk kampung pasti akan membicarakannya. Terlebih lagi Nuri, karena diacuhkan oleh mas Arif, saya merasa kasihan padanya, mungkin anda tidak tahu, para penduduk kampung sangat memandang tinggi seseorang dengan posisi kemiliteran atau pemerintahan. Saya pun mulai menjaga jarak dan menjauhi mas Arif kembali, bisa saya lihat kesedihan dan berbagai rasa tanda tanyanya dari sorot matanya. Tapi saya tidak berani memandang matanya ataupun menjelaskan padanya...

Hingga suatu malam, ketika saya pulang dari bercocok tanam ... Kaget saya oleh kedatangan mas Arif di depan teras rumah saya. Oleh ibu saya ditambahkan lagi rasa kaget saya, bahwa mas Arif akan tinggal di tempat kami mulai malam ini. Pemindahan mas Arif ke tempat kami oleh komandan mas Arif untuk menghindari omongan yang tidak baik antara mas Arif dengan Nuri.

“Nak Arif tidurnya dengan Yanto yah, maaf tempatnya seadanya ...”

“Oh tidak apa-apa bu, saya malah sangat berterima kasih sudah diizinkan untuk merepotkan ibu”

“Tidaklah nak, malu tempat kita seadanya ...”

“Nga pa pa kok bu”

“To, kamu antarkan Arif mandi dulu yah ... Ibu mau nyusul ayah ke tempat mas Udin”

Ibupun beranjak meninggalkan kami berdua di teras, antara senang, bingung dan khawatir campur jadi satu. Saya tidak tahu harus berkata apa, jujur saya mengaguminya, jujur saya suka padanya ... tapi saya tidak yakin antara suka atau cinta! Tiba-tiba dia muncul pula!

“...”

“To, maafin mas ...”

“Ga pa pa mas ... tidak ada yang salah kok”

“Mas mengerti kok kenapa kamu menjauhi mas ... tapi mas bukan maksud begini”

“Terima kasih mas mau mengerti, mari saya antarkan mas untuk mandi" Buru-buru saya mencari alasan untuk menghindari pandangan matanya yang tajam dan sayu ...

“Kamu tidak marah?” Tanyanya penuh harap

“Tidak kok mas ...”

“Betul? Tidak marah?” Ulangnya lagi

“Iya masss ..." Senyumnya mengembang dan dia terlihat makin tampan ... SHIT! Hahaha

“Kalau tidak marah, senang dong?!” Hah?! Bingung saya jawabnya, juga malu sekaligus

“Hayooo... Senang yah?

“...” Saatnya untuk kabur, segera saya meninggalkannya. Tapi ketahuan saya tersenyum kecil

“Jadi kamu senang yah?” Dia mengejar saya masuk dan membalikkan saya hingga kami berhadapan

“Udah ah mas” Kata ku sambil menunduk malu ketahuan

“Hahahaha” Tertawanya lepas dan langsung menarikku dalam pelukannya, kaget bercampur lucu dan senang juga.

Akhirnya saya mengantarkan dia mandi, seperti biasa mas Arif tanpa rasa malu menanggalkan semua pakaiannya di depan saya. Seperti biasanya saya juga selalu mengagumi dan memperhatikan bentuk tubuhnya yang atletis, saya tidak tahu perasaan apa itu, tetapi saya sangat menikmatinya. Hingga ketika dia hendak menurunkan celana dalamnya, segera saya meninggalkannya sendiri. Malam harinya mas Arif lewatkan waktu untuk berbasa-basi dengan kedua orang tua saya, sedangkan saya sendiri sudah masuk ke kamar dan merebahkan diri untuk melepaskan semua kepenatan setelah seharian bercocok tanam di kebun. Sayup-sayup saya dapat mendengarkan semua pembicaraan mereka hingga saya tertidur sejenak.

Tengah malam kemudian saya merasakan kehangatan dari sebelah tubuhku ... Tersentak saya ketika saya menyadari bahwa saya sedang memeluk mas Arif, ya saya memeluknya yang sedang tertidur disebelah saya. Jadi posisi saya sedang memeluknya dari belakang dimana saya bisa melihat punggungnya yang kekar serta menciumi aroma tubuh dan rambutnya ... Sungguh saya tidak menyangkanya. Saat itu saya hanya menggunakan sarung, tapi sepertinya sarung saya sudah tidak tahu kemana, yang ada saya dalam keadaan telanjang bulat dengan kondisi kontol ku yang setengah ngaceng! Malu khawatir ketahuan mas Arif saya berusaha beringsut bangun, tetapi tanganku dipegang erat oleh mas Arif sehingga saya tidak bisa bergerak karena takut membangunkannya. Bagaimana jika dia terbangun dan melihat saya dalam keadaan telanjang dan setengah ngaceng! Rasa malu ini sebaliknya membuat saya semakin birahi dan kontolku semakin mengeras!

Belum juga selesai masalah itu, saya baru menyadari ternyata mas Arif hanya menggunakan sarung juga, dan sarungnya juga sudah berantakan hingga saya bisa melihat paha dan bongkahan pantatnya yang semok dan bulat! Wow – semakin kencang jantungku berdetak serasa mau lompat! Rasa takut, khawatir, birahi merasakan sentuhan hangat kulitnya dengan kulitku dan rasa ingin tahu untuk melihat kontol mas Arif membuat saya mendekatinya dan melongok kearah selangkangan mas Arif. Saya menahan nafas ketika melihat kontol mas Arif yang ngaceng menjulang dan besar! Kontol berukuran 15 cm dengan diameter 4 cm itu berwarna coklat tua dan berurat disekelilingnya, terlihat maninya yang membasahi lubang kontolnya yang besar itu. Terkesima dan tak menyadari bahwa kontol ngacengku telah menempel dan menekan diantara sela pahanya ... Tiba-tiba mas Arif beringsut memundurkan badannya sambil mengangkangkan pahanya sehingga punggungnya menempel di dadaku dan kontolku masuk diantara sela kedua pahanya. Saya yakin mas Arif bisa merasakan degup jantungku yang makin kencang ditambah hangatnya kontol saya yang sedang diantara pahanya. Saya juga dapat merasakan bongkahan pantatnya yang berisi diperut bawahku. Saya tidak sebodoh itu! Walau saya hanya orang kampung, saya yakin mas Arif bangun dan sedang menunggu tindakan ku selanjutnya. Dia sedang menunggu reaksiku terhadap tindakannya ini dan saya yakin mas Arif menginginkan diriku! Dia menginginkan sex malam ini, dia menginginkan kontolku, dia menginginkan saya mencumbuinya.

Belum selesai saya berpikir harus berbuat apa, mas Arif menurunkan pahanya sehingga kontolku terjepit diantara kedua pahanya! Sungguh terasa jepitan dan kehangatannya. Hatiku takut tapi sungguh saya menikmati jepitan paha mas Arif dan saya yakin saya menginginkannya, juga mas Arif! Saya merasa jepitan paha mas Arif licin dan sangat nyaman sekali ketika saya ingin menarik kontol saya lepas dari jepitannya. Akhirnya saya memeluk mas Arif dengan erat dan mendorong masuk kontol saya kedalam jepitan pahanya ... Wow sensasinya ketika memasukkan kontolku ...

“Arghhh ... m!” Desahku tertahan takut ketahuan oleh orangtuaku disebelah.

Semakin terdorong untuk mengentoti jepitan paha mas Arif, saya pun mulai pelan-pelan memaju mundurkan pantatku hingga kontolku menghujam jepitan pahanya. Sekali dua kali tiga kali saya mulai menghujamkan kontolku pelan-pelan kedalam jepitan mas Arif. Nafas ku semakin memberat dan semakin erat pelukanku, saya yakin seyakinnya mas Arif pasti sadar apa yang sedang terjadi, karena kontolnya masih tetap ngaceng dan nafasnya juga semakin memburu. Tak terasa kontol saya mengesek lubang mas Arif yang perlahan-lahan membuka dan menyesuaikan dengan besarnya kepala kontolku dan saya pun mencoba memainkan lubangnya dengan kepala kontolku ...

Naluriku mengarahkan kontolku untuk mengentoti lubangnya dan perlahan tapi pasti hujaman kepala kontolku sudah bisa memasuki lubang mas Arif dan saya semakin tertantang untuk memasukkan kepala kontolku. Perlahan saya mendorong kepala kontolku dan mas Arif juga mulai membuka pahanya sehingga lebih mudah bagiku untuk memasukkan kontolku. Sambil memeluk erat mas Arif dari samping saya memasukkan kontolku ... blessss!

“Arghhhh ...h!” Guman mas Arif tertahan

“Oghhh ...” Erangku

Sejenak saya diamkan kepala kontolku dalam lubang mas Arif, bisa saya rasakan denyut, jepitan dan kehangatan lubang mas Arif. Sambil tetap memeluk dan menciumi tengkuk mas Arif erat saya biarkan lubang mas Arif menyesuaikan bentuk kepala kontolku. Perlahan saya mulai mendorong masuk lebih dalam kontolku disela erangan mas Arif, centi demi centi dari 18 cm panjang kontolku mulai memasuki lobang mas Arif yang ketat dan hangat. Sungguh nikmat!

“Urghhh ...!”

“Mas ... enak mas” Gumanku kecil

Perlahan saya menarik kontolku keluar hingga tersisa kepala kontolku saja dan memasukkannya kembali hingga habis batang kontolku. Dengan irama teratur saya genjoti lubang mas Arif dengan kontolku, saya entoti dengan kontolku. Sungguh nikmatnya sangat dalam terasa, masih sangat sempit dan saya berusaha tetap pelan mengentoti mas Arif.

“Mmm ... terus To ... oohh”

“Hahhh ... ”

Tak bisa menahan nafsuku lagi, semakin cepat saya mengenjoti lobang mas Arif dengan kontolku. Saya ingin mengentotinya! Saya menginginkannya! Saya menikmati dan merasakan enaknya! Sungguh beda saat pertama kali saya ngentoti kembang desa sebelah yang saya ambil keperawanannya, bahkan Nuri, ya lebih enak dari memek Nuri! Lebih enak memeluk mas Arif yang kekar dan kokoh badannya serta jepitan lobangnya pada kontolku. Semakin memburu detak jantung dan rasa birahiku, semakin cepat saya mengentoti mas Arif dalam kesunyian malam yang gelap. Hanya ada rasa nafsu dan birahi kami, tiada yang lain. Dan kini saya sudah menindih punggung mas Arif dan mengentoti dia dari atas, sambil memegang kedua tangannya, saya memperkosanya dari belakang! Apakah mas Arif masih tidur? Tentu saja tidak! Saya bisa merasakan bahwa dia menikmatinya dari erangan tertahan dan nafas beratnya! Saya bisa melihat keringat yang mengalir dipunggungnya yang kekar bercampur dengan keringatku yang menetes menjadi satu. Semua rasa dan aroma persenggamaan tubuh kami menjadi satu, saya menyukai pemandangan ini!

“Arghhh ... mas Arif ...” Desahku dibelakang telinganya dengan tetap mengenjot lubangnya

“Hhhhh ... h”

“Hmmm m m ...”

Saya ingin muncrat! Saya mau keluar! Bagaimana nih?! Sayang kalau dihentikan! Saya keluarkan didalam sajakah? Semakin kencang pula jepitan lubang mas Arif ... Oh, saya ingin keluar mas Arif, saya ingin muncrat!

“Orghhhh!”

“Argh!

Pekik kami tertahan bersamaan. Semoga orangtuaku tidak mendengarnya! Muncrat sudah pejuhku memenuhi lubang mas Arif! Semakin erat juga jepitan lubang mas Arif, kontolku serasa disedot dan digenggam dengan kencang! Beberapa kali pejuhku muncrat dan mengalir dari sela-sela lubang mas Arif. Terjatuh lemas, saya menindih mas Arif dengan kontol yang masih menancap di lubang mas Arif.

“Hah ... Hah ... Hah ...”

“Oh ...” Desahku dalam sehabis mengeluarkan semua pejuhku

“Terima kasih mas ...” Desahku di telinga mas Arif saat melihat mas Arif yang masih memejamkan matanya seakan tidak terjadi apa-apa. Tak lupa ku beri ciuman di pipi mas Arif untuk menyakinkan rasa yang kunikmati saat ini, malam yang tidak akan ku lupakan ...

Segera saya bangkit dan membersihkan lelehan pejuhku serta kontolku. Sungguh antara nikmat dan bingung saya hanya bisa diam, kemudian saya meninggalkan mas Arif yang sedang telanjang untuk membersihkan kontol saya di belakang. Saat saya kembali, saya melihat mas Arif sudah merubah posisi tidurnya dengan kontol yang sudah terkulai lemas. Hei, itukan pejuh? Ternyata ketika saya meninggalkan mas Arif, mas Arif mengocoki kontolnya sendiri dan membiarkan pejuhnya berceceran di perutnya. Hehehe – padahal saya mengentotinya cukup lama, 20 menitan! Tahan juga mas Arif ini. Ah, saya hanya bisa tersenyum dan berbaring disisinya dan terlelap hingga esok subuh. Bagaimana menghadapi dia besok yah?

###

8 Gay Erotic Stories from Rian

Yanto - Eka

Menurutmu apakah saya seorang petualang sex sejati yang tidak bisa bertahan dalam sebuah hubungan khusus? Dengan mas Arif, tapi sekarang saya tidak tahu mas Arif dimana lagi. Dengan Nuri atau gadis tetangga sebelah? Yah, memang saat itu kami sedang liar-liarnya dan tanpa didasari oleh cinta, hanya suka sama suka alias penasaran alis hanya pingin coba-coba. Dengan Minah? Yahhh khilaf.

Yanto - Supir

Hari itu saya diterima sebagai supir pribadi di daerah intercon setelah pencarian sekian lama. Tak mengapa jadi seorang supir pribadi ini, yang penting kerjaan halal. Toh saya hanya lulusan smu sederajat yang tidak sebanding dengan mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di Universitas. Saya harus mensyukuri bahwa saya akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan ini, dibandingkan dengan

Yanto - Supir 1 Mas Arif

Saya hanya bisa diam terpaku, melihat sekeliling ruang tidurku. Seprei kasur yang berantakan, pintu kamar yang tertutup, panas, ceceran pejuh di perut dan dadaku yang setengah mengering ... tidak ada yang salah, tidak ada yang aneh, hanya saja pak Awan tidak berada di sebelah saya – dalam keadaan terikat! Duh, mimpi. Sungguh mimpi yang sangat menyenangkan, saya hanya bisa tertawa

Yanto - Supir 1 Mas Arif - Lanjutan

Karena malu, saya berusaha bangun lebih awal dan langsung berangkat ke ladang dan menghabiskan waktu ku di saung ladang orang tuaku. Sungguh saya tidak tahu bagaimana harus bagaimana jika kami bertemu nanti. Kejadian ini berbeda dengan saat saya mengentoti Nuri atau kembang desa sebelah. Dengan Nuri atau kembang desa sebelah yang bernama Ayu, kami melakukannya suka sama suka tanpa ada

Yanto - Syaiful

Tak terasa tiga bulan sudah saya bekerja kepada pak Awan, sudah 2 kali juga saya ditegur oleh pak Awan karena kesalahanku. Tapi saya bisa menerimanya – menerimanya karena terlanjur menyukainya atau apa, saya tidak tahu hahaha, lagipula teguran yang membangun dan bukan kemarahan yang besar. O ya kadang-kadang beliau suka menjewer saya kalau beliau merasa saya tidak nyambung jika saya

Yanto - Syaiful lanjutan

“ ... ““Pak ...”“ ... ““ ... Jangan marah lagi yah pak ... Saya tahu saya salah” Rengekku pada pak Awan yang sedang membaca koran“ ... Sudah, tak ‘pa lah”“ ... Pasti masih marah yah pak ...” “ ...”Perlahan saya mendekat dan kemudian duduk dekat kaki pak Awan, berharap beliau menghentikan kegiatannya membaca koran dan berpaling kepadaku. Tetapi beliau bergeming

Yanto - Versi Arif

Sebagai anggota ABRI, saya tidak dapat menolak ketika ditempatkan dalam program ABRI masuk desa yang dicanangkan oleh pemerintah. Penempatan ini pun baru saya ketahui ketika hari terakhir keberangkatan kelompok kami, seakan-akan saya ini hanya kambing hitam terakhir yang dipilih. Sejujurnya saya tidak ingin ditempatkan dalam program ini, karena pekerjaan ini sangat menguras tenaga. Kami

Yanto - Versi Arif lanjutan

Entoti aku To! Ohhh ... Kontolnya mulai digerakkan! Sungguh enak terasa di lubangku saat perlahan kontolnya mengesek lubangku perlahan ... Hahhh... Yanto mulai mengenjoti lubangku ...Terus To ... Entoti aku ... Yanto semakin mengebu-gebu mengentoti aku hingga tak peduli saya sedang bangun atau tidak, tetapi saya kira dia sadar bahwa saya sudah bangun, karena saya bisa mendengar

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story