Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Tantangan Godaan

by Lelaki63


Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin.

Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD contoh-contoh film iklan dari beberapa negara. Karya yang bagus dan ada yang cukup aneh menurutku dan sangat berani. Yaitu iklan kondom dengan memperlihatkan adegan dua pria yang saling bermesraan. Aku juga membuka majalah ekonomi dan beberapa majalah lainnya untuk mengumpulkan bahan-bahan presentasi. Aku mau lihat kecendrungan bentuk tampilan film iklan TV. Aku belum sempat merapikan kerjaanku, ketika kantuk menyerang. Akupun tidur setelah makan ketoprak, menu makan siangku. Murah dan bergizi.

Sebenarnya aku sudah terbangun dari tidur siangku, ketika pintu kamarku diketuk. Suara Ran yang memanggil di luar. Kulirik jam di dinding. sudah hampir jam empat. Lumayan lama aku tertidur. TV dan VCD playerku masih nyala, posisi standby.

"Sebentar.. " kataku sambil bangun dan merapikan rambutku yang kacau. Rambutku sudah mulai panjang rupanya, aku menyisirnya dengan jari-jariku. Kurapikan kaos dan celana batikku yang memutar di tubuhku sambil berjalan menuju pintu.

Ran berdiri sambil tersenyum ketika pintu telah kubuka. Kaos dan celana jeans hitamnya keren juga. Dia membuka sepatu ketsnya sambil jongkok. Ranselnya disandarkan dekat pintu. Aku perhatikan apa yang dilakukannya. Aku tanya kabarnya dan dua temannya-Ganda dan Dana. Katanya mereka baik-baik saja.

"Pulang kuliah aku langsung ke sini," jelasnya. "Sepatunya dibawa masuk saja, Ran," kataku ketika dia sudah selesai membuka sepatu dan kaos kakinya. "Takut ada yang suka, dan mengambilnya. "

Ran tertawa dan membawa masuk sepatunya dan meletakkan di rak sepatu plastik disamping sepatuku. Aku tutup rapat pintu kembali. Aroma keringatnya menyegarkan di hidungku, dan ada aroma lainnya.. Ran membuka ranselnya dan pengeluarkan pizza berukuran kecil dari sana. Inilah aroma yang 'lain' itu.

"Suka pizza 'kan?" katanya sambil menaruh pizza yang dibawanya di lantai di atas karpet. Kemudian duduk, meletakkan ranselnya di pinggir. "Suka sekali," kataku. Dan aku ingat, masih punya tiga kaleng cocacola di lemari makananku. Aku mengambilnya, menaruhnya semua dekat bungkusan pizza dan duduk bersama. "Sedang nonton VCD ya?" tanyanya sambil membuka kotak pizza ketika melihat VCD playerku dalam posisi stand-by. "Iya, kerjaan kantor. Mau lihat?" kataku menawarkan sambil mengambil remote di atas kasur.

Sambil berdiri aku nyalakan vCDnya, yang sudah beberapa kali aku setel.

"Boleh juga nih," Ran memperbaiki posisi duduknya, bersandarkan tempat tidurku. Posisi yang sama ketika dia pertama kali di kamarku. "Iklan TV ya?" tebaknya ketika beberapa detik film iklan telah ditayangkan.

Ran pasti masih ingat kalau aku kerja di biro iklan yang kerjanya buat iklan media cetak, radio dan TV. Atau kadang melayani kerja event organiser juga. Kerjaan promosi dan publikasi. Dia mengambil sepotong pizza dan melahapnya. Kemudian sisa yang ada di tangannya ditambahkan saos tomat dicampur saus sambal. Kelihatan nikmat sekali. Aku ambil sepotong dan memakannya. Masih hangat. Hm.. Bangun tidur langsung makan, rasanya kurang nyaman di mulut. Walau begitu pizza sepotong tetap habis kumakan. Lapar atau doyan nih?

Kemudian aku pamit ke luar, ke kamar mandi. Aku mau cuci mukaku sedikit agar lebih segar. Maunya sih mandi. Tapi, ntar sajalah..

Di kamar mandi aku kencing dengan hanya menarik karet celana batikku. Aku tidak pakai celana dalam. Udara panas seperti ini memang lebih nyaman tanpa celana dalam. Kemudian aku mencuci mukaku. Segar. Kusikat gigiku dengan cepat. Sebelum kembali masuk kamar, kulap mukaku dengan handukku yang tergantung di jemuran.

Dan ketika aku masuk ke kamar, kulihat di pesawat TV siarannya sudah berbeda. Aku tutup kembali pintu kamar, yang membuat ruangan sedikit gelap. Ran menoleh ke arahku.

"Aku ganti filmnya. Aku tadi baru beli di kaki lima di Glodok. Biasa, sepuluh ribu dapat dua," jelasnya. "Film apaan?" tanyaku pura-pura tidak tahu. Dari gambar yang ada memperlihatkan suasana kapal di tengah laut dengan dua cowok sedang bermesraan di atasnya. "Biasa," katanya, sambil minum cocacola di tangannya. Pizzanya tinggal sepotong.

Aku duduk sambil merapikan majalah dan kertas catatanku dan mengumpulkannya di pinggir. Dua cowok di TV sudah mulai saling buka pakaiannya. Badan mereka bagus sekali. Kepalaku mulai berdenyut lagi. Kuperbaiki dudukku, rasa ingin tahuku mulai lagi..

"Kok jadi gerah ya?" tanya Ran sambil memandangku.

Tersenyum dia. Pasti dia melihat barangku yang sudah mulai membengkak dibalik celana batikku. Ran menegakkan badannya dan membuka kaosnya. Badannya yang lumayan bagus dengan bahu yang kekar kelihatan mengkilat karena keringat. Dia membuka kancing celananya dan menurunkan ritseleting. Tonjolan kontolnya dibalik celana dalamnya membuat aku jadi bernafsu. Jantungku berdetak memperhatikan apa yang dilakukannya. Cuek sekali dia. Dibiarkannya celananya terbuka begitu. Memang lebih nyaman begitu untuk dia. Aku alihkan mataku ke TV. Nafasku sudah mulai tidak karuan. Ran pasti melihatnya.

Ran memang sedang menggoda. Dengan memperlihatkan vCD pornonya dan telanjang dada di depanku. Aku tarik nafas pelan tapi panjang. Aku berusaha untuk tenang, tapi kontolku rasanya makin mengeras. Ran mengelus barangnya dari luar celana dalamnya. Pelan. Aku menelan liurku. Ran sedang sangat bernafsu, dia elus perutnya yang kencang, dadanya dan mempermainkan putingnya yang merah dengan jempol dan telunjuknya. Kepala kontolnya kulihat nyaris nongol dari pinggir celana dalamnya. Memang suka pamer dia dan menggoda.

Aku duduk sambil menekukkan kakiku dan tanganku menyangga di samping tubuhku. Ototku terasa menegang. Jantungku, denyut kepalaku.. Dua cowok di TV saling mengemut kontol, posisi 69. Kontol yang sangat besar, karena kulihat telapak tangannya penuh mengocok, mengulum.. Membuat mulut mereka sangat penuh.

"Biasanya cowok gay bermasalah dengan orang tuanya," kataku.

Suaraku terasa berat dan sediki parau. Ada yang nyangkut dikerongkonganku. Aku menelan liur lagi.

"Maksudnya?" tanya Ran, tanpa mengalihkan matanya dari TV. Eksploitasi kontol yang indah. "Masalah dengan ayahnya. Misalnya merasa tidak cocok atau kurang perhatian ayahnya. Kalau aku lihat memang begitu."

Aku perhatikan Ran. Dia memang enak untuk dilihat. Tampilannya aku suka. Ran menarik nafas panjang. Dia memandang ke arahku.

"Aku juga pernah baca begitu.. " "Iya kan? Dan aktifitas cowok yang menyukai cowok juga karena kebiasaan saja. Kompensasi mencari identitas ayahnya. "

Ran menegakkan badannya dan duduk bersila. Tinjolan kontolnya makin jelas terlihat walau sudah tidak begitu tegang.

"Kau tahu soal itu ya?" tanyanya. "Sedikit. Itupun dari apa yang aku lihat dan perhatikan di lingkungan teman-temanku ketika kuliah. "

Kemudian aku jelaskan apa yang jadi pendapatku tentang cowok menyukai cowok. Apa yang dia lakukan untuk merangsang diri, seperti yang aku lakukan juga, itu adalah naluri normal makhluk hidup. Yang jadi masalah adalah objek penyalurannya. Karena kebiasaan pikiran dan penyalurannya dengan cowok, maka jadilah kegiatan yang tidak normal ini. Sesungguhnya, kalau dibiasakan penyaluran dengan normal, yaitu cowok dengan cewek, cowok yang bermasalah itu dapat normal juga. Tergantung kebiasaan saja sih.

Di TV adegannya makin panas. Adegan sodomi dalam berbagai posisi. Aku sudah tidak begitu memperhatikannya lagi. Inilah usahaku untuk tidak terangsang, tapi kontolku masih menegang bebas hanya tertutup celana batik, tanpa celana dalam. Ran kembali kulihat menarik nafas. Terdiam. Matanya kelihatan menerawang, mengingat sesuatu peristiwa.

"Mungkin kau benar, Yadi," katanya ketika aku berhenti menyampaikan pendapatku. "Aku memang bermasalah dengan Papa.. Aku jadi kangen.. " Kembali terdiam. Menelan liurnya karena rasanya ada yang mengganjal di kerongkangannya.

Wajah Ran sedikit menegang. Dia cerita kalau ayahnya lama sudah tidak ada. Tidak tahu, apakah sudah meninggal atau masih hidup. Ayahnya yang pengusaha percetakan hilang ketika kerusuhan Mei 98. Kejadiannya di Grogol dekat kantornya. Ceritanya hanya didapat dari karyawan kantor ayahnya. Setelah pamit ingin cepat pulang karena situasi seperti perang waktu itu, ayahnya berencana pulang dengan mobil kijangnya. Suasana memang lagi panas-panasnya. Macet dimana-mana, apalagi ayahnya mesti melewati daerah kampus Trisakti. Ran mulai terisak. Dia menangis. Air matanya menetes di dadanya yang bidang.

"Aku kangen papa..," katanya pelan, berusaha menahan tangis. Semakin dia tahan, tubuhnya makin menegang, terguncang. "Sudah 6 tahun.. Papa.. " Ran makin terisak.

Terus cerita lagi. Setelah kejadian itu dia tidak dapat berita apapun tentang ayahnya termasuk kendaraan kijangnya. Ran dan kakak satu-satunya-dia dua bersaudara-juga ibunya terus mencari. Hampir setahun pencarian itu. Sia-sia.

Ran melanjutkan ceritanya disela-sela isak tangisnya. Cerita tentang kakaknya yang nyaris diperkosa dan ibunya yang dapat perlindungan tetangga. Cerita masa kecilnya yang sangat dekat dengan ayahnya. Aku pernah dengar cerita tentang kerusuhan Mei 98. Tapi aku baru kenal langsung korbannya. Ran, pemuda yang terus mencari sosok ayahnya. Sosok lelaki yang dicarinya semakin lama mengarahkan Ran ke perilaku gay.

Aku bangkit dan duduk di pinggir kasur di belakangnya. Aku peluk dia dari belakang. Dia masih menangis. Aku tenangkan dengan menempelkan pipi kananku ke pipinya yang basah oleh air mata. Punggungnya kutempel di dadaku. Aku makin merapatkan tubuhku memeluknya. Bahunya keras dan lebar makin terguncang disela isak tangisnya.

"Maaf, aku jadi mengingatkan papamu. " bisikku. "Aku kangen sekali.. Kangen.. Papa.. " katanya malah makin menambah isaknya.

Aku makin peluk dia. Lengan kananku di bahunya, sedang lengan kiriku di bawah lengannya, memeluk dadanya. Pipiku dan pipinya masih menempel rapat. Dapat kurasakan bulu jambangnya di pipiku dan kadang mnegelus daun telingaku. Ah.. Aku tahu betapa sedihnya dia.

Aku elus dadanya untuk menenangkannya. Juga kepalanya, rambutnya yang pendek. Dan entah siapa yang memulai, bibir kami yang saling bersentuhan pelan-pelan akhirnya saling menekan, kami berciuman! Dia memiringkan kepalanya. Bibir hangatnya mulai membuka, mengulum bibir atasku. Gigi kami saling bersentuhan. Aku membuka mulutku dan lidah kami saling bermain. Kadang di mulutnya, kadang di mulutku. Lama kami berciuman begitu. Kok jadi begini? Kulihat dia menikmati apa yang kami lakukan. Matanya tertutup.. Kurasakan kumis halusnya dan jenggotnya di sekitar bibirku. Dia pasti juga rasakan jenggotku dan kumisku yang baru tumbuh dan terasa kasar di wajahnya.

Aku jadi terangsang. Ran sudah tidak menangis lagi. Nafasnya mulai menggebu, nafsu. Bibir kami saling melumat. Kadang ke pipi, ke hidung dan kembali ke bibir. Basah! Tangannya sudah memegang samping kepalaku. Mengontrol gerakan mukaku. Tanganku juga masih mengelus rambutnya. Kontolnya nyaris keluar dari celana dalamnya. Tangan kiriku mulai bergerilya. Aku elus dadanya, turun ke perutnya sampai ke tonjolan kontolnya. Aku elus pelan sambil sedikit menekan. Terasa keras sekali dan berdenyut sama dengan detak jantungnya. Kuulangi terus. Naik ke atas dan turun lagi. Kakinya menegang..

Celana dalamnya mulai basah. Celanaku juga. Ran menghentikan ciuman kami kemudian melorotkan tubuhnya sampai kepalanya di atas kontolku yang menegang. Dia berbalik sehingga mulutnya bebas mengulum kontolku dari balik celana batik. Karena tidak pakai celana dalam dan bahan celanaku juga tipis, kurasakan kontolku hangat di dalam mulutnya tanpa ada yang menghambatnya. Celanaku basah karena liurnya. Karena cairan kontolku.

Aku tarik nafas dengan susah karena nafasku sudah tidak beraturan lagi. Kutahan nafas, tetap tidak bisa. Nikmatnya memang beda.. Kupegang kepala Ran agar dia tidak terlalu mengulum kontolku sampai dalam, tapi tetap saja susah, justru kerongkongannya yang sempit itu membuat kontolku terasa nikmat. Celana batikku yang membatasi kontolku tidak mengganggu aktifitasnya. Lidahnya dipermainkan disekujur batang kontolku dengan liar. Aku tidak rasakan giginya. Ah, sudah pintar dia.. Dia memebenamkan kontolku lebih dalam kemudian mengeluarkannya dengan jepitan otot bibirnya. Dia lakukan berulang-ulang, dengan pelan. Celana batikku sudah menempel mencetak kontolku, kesannya kontolku dibatik saja. Indah. Syarafku di kepala makin kencang.. Denyutnya sudah tidak karuan sampai ke ubun-ubun.

Akhirnya kutarik kepalanya. Aku sudah tidak tahan.. Sedikit lagi aku pasti orgasme.

"Sudah Ran," kataku menyadarkannya dari kenikmatan yang luar biasa itu. Akhirnya kontolku melenting memukul bawah perutku ketika Ran mencabut kontolku dari mulutnya.

Dia menarik nafas. Dengusnya terasa panas. Sisa cairan yang dimulutnya disapu dengan telapak tangannya dan sebagian ditelannya. Kemudian dia telentang, menghadap langit-langit. Dada dan perutnya masih naik turun. Celana jeansnya sudah merosot sampai ke pahanya. Dia elus kontolnya, memainkan jari dan telapak tangannya di situ.

Aku berdiri. Pindah. Sedikit oleng karena keseimbanganku belum pulih. Aku duduk di pinggir kasur. Tanganku kutangkupkan dan kemudian kusapu ke wajah. Aku berusaha menenangkan diri. Pasti wajahku memerah seperti wajahnya. Aku menghentikan kegiatan kami di tengah jalan, pada puncaknya.

Beberapa saat kami terdiam. Film di TV telah selesai tanpa tahu selesainya seperti apa. Kembali aku menembuskan nafas. Kontolku masih sedikit berdenyut, basah. Sangat basah. Ran melirikku. Tangannya masih mempermainkan kontolnya dari balik celana dalamnya. Hari ini kami main 'tertutup'. Dia mau mengatakan sesuatu. Tapi tidak jadi. Dia terdiam sebentar kemudian tersenyum.

"Terima kasih Yadi.. " katanya pelan, "Rasanya agak lega sekarang.. "

Setelah merasa keseimbanganku normal aku bangkit, mengambil minum untuknya dan untukku juga. Aku serahkan botol aqua ukuran sedang padanya. Dia bangkit dari telentang, membuka segel dan tutupnya kemudian meminumnya dengan tegukan yang lama. Setengah botol sudah berpindah ke teronggokannya. Akupun minum dari botol minumku yang memang sudah terbuka.

Aku tutup bagian celanaku yang basah dengan menurunkan kaosku kemudian duduk di sampingnya sambil mengingatkan dia untuk kembali mengenakan celananya. Dia menurut saja, menaikkan celananya dan menarik restleting. Kembali aku ingatkan padanya untuk menahan diri. Seperti mengingatkan diriku juga.

"Entah kenapa aku selalu terangsang sama kamu.. " kata Ran mengaku. Tangannya bergerak ke atas pahaku. "Itu karena pikiran kita saja penuh akan hal-hal yang merangsang diri," jelasku.

Nafasku sudah mulai tenang setelah minum beberapa teguk air. Aku katakan padanya untuk mengurangi sampai tidak melakukan melihat hal-hal yang porno. Kutahu koleksi majalah dan VCD pornonya lumayan banyak. Kalau otaknya selalu dijejali hal yang begituan, lihat apapun akan terasa melihat yang porno. Dan tetap akan dapat merangsang diri. Lama-lama akhirnya sampai pada titik tertentu yang akan menimbulkan kebosanan dan menginginkan tindakan yang sebenarnya. Kalau sudah sampai begitu, timbullah permasalahan perilaku seksual.

Kuncinya adalah mencoba untuk tidak melihat aurat orang lain, apakah itu gambar, film atau langsung. Juga tidak memperlihatkan aurat kita kepada orang lain. Aku tahu hal ini sering tidak konsisten aku jaga karena rasa ingin tahuku yang memang terus ada. Naluri sexku masih normal kok. Yang penting ada usaha untuk menjaga mata dan pikiran jauh dari yang berbau porno. Untung-untung ada yang mengingatkan.

"Begitu ya?" tanyanya merespon penjelasanku, "Kalau begitu koleksi barang pornoku mesti dimusnahkan dong.. " "Iya. Contohnya, kalau lihat vagina kambing aja bisa terangsang atau kalau sedang memegang kayu rasanya sedang memegang kontol saja. Iya kan?"

Ran tertawa mendengarnya. Entah setuju, entah tidak. Selagi aku menjelaskan pendapatku tadi, kulihat dia diam saja. Dia sudah mulai mengerti. Dia memiringkan tubuhnya dan memelukku. Aku balik memeluknya. Erat. Tubuhnya masih terasa panas.

"Kita jadi sahabat ya," katanya. "Dan akan selalu saling mengingatkan. "

Aku mengangguk. Mencium pipinya dekat telinga. Dia juga melakukan hal sama. Lega rasanya. Hampir saja kami melakukan hal berdosa lagi. Ran melepaskan pelukannya. Kemudian kami berdiri. Ran mengambil kaos dan memakainya. Kami bersalaman seperti orang baru berkenalan. Kami saling menatap, tersenyum. Dan kembali berpelukan lagi, sambil kutepuk pelan punggungnya.

"Sebaiknya aku pulang," katanya. Suaranya pelan. "Aku senang hari ini, punya sahabat seperti kamu. "

Kami melepaskan pelukan. Aku mengangguk. Terus terang aku terharu dengan apa yang terjadi tadi. Aku dan Ran punya kecendrungan yang sama, mungkin dengan alasan yang beda. Aku suka lihat cowok, terutama yang memang cakep karena naluriku suka melihat yang indah-indah. Sedang Ran untuk mencari identitas ayahnya yang hilang. Penyaluran nafsu seksual kami yang salah. Selama ini pertahananku selalu jebol dengan godaan Ran.

Di luar sudah gelap ketika Ran pulang. Aku rapikan kamarku dari bekas pizza dan kaleng cocacola. Sisa pizza yang sepotong aku pindahkan kepiring kecil dan menyimpannya di lemari termasuk cocacola yang tersisa. Alas tempat tidurku dirapikan juga. VCDnya Ran masih ada di vCD playerku. Kutahan diri untuk tidak kembali menyetelnya.

Aku mau mandi dulu dan tukar celana. Otakku kembali mengingat rasanya kontolku diemut Ran tadi.. Aku nanti bisa-bisa masturbasi sambil mandi. Aku jadi kangen.. Aku melangkah ke luar kamar dan menuju kamar mandi sambil mengambil handuk yang tergantung dekat situ.

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story