Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pertama Kali Bag 2

by Gtsbt18


“Ry, kalo kita pikirin terus, ga bakalan ada hasilnya. Mendingan kita putuskan. Lanjut ato ga?”

Sambil gemeteran, Ary maju dan mencium bibir Didiet.

Didiet gemeteran merasakan bibir Ary yang perlahan mulai melumat bibirnya dan sesekali mengulumnya. Kaki Didiet lemas dan pelan-pelan bersujud didepan Ary tanpa melepaskan ciuman maut yang sudah lama tidak dirasakannya. Tangan Ary mulai melingkar di leher Didiet dan keduanya merasakan sensasi raba-meraba yang tidak pernah dialami sebelumnya. Perlahan Didiet mulai menjulurkan lidahnya kedalam mulut Ary dan disambut balik. Tangan Didiet pun mulai bergerilya di dada Ary yang padat dan telapaknya mulai merasakan kedua puting Ary yang mengeras sambil sesekali berhenti untuk meraba lebih intens. Keduanya tetap berpagutan tanpa keinginan untuk melepaskan satu dengan lainnya.

Kedua tangan Didiet mulai bergerilya diperut Ary yang memiliki gelembung2 kecil padat dan terus menelusuri bagian punggung dan turun ke daerah pinggul… Ary melepaskan ciumannya dan menengadah keatas, sementara Didiet perlahan membuka seluruh kancing baju Ary… “hmmmm…”, Ary melenguh tak berdaya. Didiet mulai menciumi kaos dalam Ary dan terbuai dengan aroma wewangian yang tercampur dengan aroma alami badan Ary. Sambil perlahan mengangkat kaos Ary dan Didiet menciumi perut dan perlahan keatas sampai bibirnya menyentuh puting kiri Ary yang keras. Ary pun berteriak kecil merasakan sensasi seksualitas terbaru. Didiet mulai menciumi seluruh badan Ary setelah kaosnya terbuka dan mulai merasakan sensasi bulu-bulu halus disekujur perut dan dada Ary.

Otomatis tangan Didiet membuka bajunya tanpa melepas kesibukan dibadan seorang pria yang baru pertama kali dirasakan seumur hidupnya. Tidak berapa lamapun keduanya sudah bertelanjang dada dan keduanya berhenti beraktifitas dan saling meneliti badan teman baru mereka.

Dilihat secara nyata, keduanya memiliki postur yang bersaing. Postur besar Didiet yang terbentuk secara alami dan memiliki keseksian pria jantan, sementara postur besar Ary yang terolah dan memiliki keseksian pria metroseksual. Kontan, keduanya saling tertarik dengan barang baru didepan mata masing-masing. Ary berdiri dan keduanya langsung menerjang bibir lawannya dan sekali lagi berpagutan dan berkuluman dengan ganas tapi menggairahkan. Tanpa ragu-ragu, keduanya berusaha membuka ikat pinggang, kancing celana dan retsleting masing-masing sambil berciuman dengan dahsyat… sampai Ary yang pertama kali menggenggam kontol Didiet yang udah keras dan basah karena pre-cum. Didiet ga mau kalah, dicengkramnya kontol Ary yang merekah keras dan banjir… Sambil menjilat telinga Ary, Didiet berbisik, “gue udah ngebayangin kontol loe sejak loe nabrak gue dipesawat. Keras dan besar”… pelan-pelan ya Ry…”.

Setelah keduanya lepas dari pakaian masing-masing, mereka berpelukan dan tetap berciuman, tetapi keduanya gemeteran… Rasa baru dalam kehidupan seksual mereka dan mereka merasakan pelukan yang berbeda dari sebelumnya. Dua tubuh jantan berdempetan dihiasi dengan aroma jantan yang ga bisa diceritakan dengan kata-kata.

Ary mulai memberanikan diri menciumi dada Didiet, dan menjilati puting kanan yang mengeras sementara tangan kirinya meraba putting Didiet sebelah kiri… “hhmmm… enak banget Ry, udah lama gue ga begini dan baru sekarang gue merasakan sensasi jilatan… terusin Ry… jangan stop…”. Tapi Ary terus turun menjilat perut Didiet sampai ke bulu kemaluan yang mengeluarkan aroma khas. Ary terbuai sambil menlenguh dan tanpa pikir panjang langsung menjilat kepala kontol Didiet yang bengkak sampai kepangkalnya. Ary merasakan sensasi baru bersamaan dengan rasa aneh yang membuat tingkat birahinya meninggi. Mendengar keluhan Didiet, Ary ga sanggup langsung mengulum kontol padat Didiet dan berusaha untuk memasukan seluruhnya kedalam mulut. Kecanggihan Ary membuat Didiet menggelinjang hebat. “Aaaahhh… anjing loe hebat banget. Gue akuin mulut ngerocos loe hebat. Terus Ry… enak banget… aaaahhhh…”.

Didiet ga mau klimaks duluan. Dia menarik Ary untuk berdiri dan mendorong mereka berdua keatas ranjang king size yang bersih dan nyaman. Didiet langsung menindih Ary dan ga mau kalah menjilati dada, perut dan terus ke daerah selangkangan Ary. Didiet pun terbuai dengan aroma alami Ary dan membuatnya semakin birahi tinggi. Tanpa menjilat batang kontol Ary, Didiet langsung menghisap kontol Ary yang besar dan panjang… Mulutnya hanya sanggup menghisap kontol Ary sampai batas garis sunatan Ary yang menggoda. Tapi tanpa pikir panjang, Didiet pun menghisap kontol Ary abis-abisan… Ary ga mau sabar menikmati keindahan seks mereka, diapun berputar arah membuat posisi 69 dan melakukan hal yang sama dengan Didiet. Tangan merekapun ga tinggal diam, mulai meraba buat pantat lawan seksnya dan sesekali mengarungi belahan pantat dan jari-jarinya mengelus lobang anal dan scrotum pasangan seks masing-masing… Sambil menghisap, “hmmm…. hmmm…. hmmm”, semakin keras lenguhan mereka tanda mencapai klimaks, tapi keduanya tetap setia dengan kelamin pria didalam mulut masing-masing….

Meledaklah kontol-kontol kenyal didalam mulut yang membuat mereka mencapai puncak kenikmatan seks, cairan putih kental yang asin, pahit dan manis mengalir deras ke dalam usus masing-masing. Merekapun berusaha menghilangkan sisa-sisa pengeluaran seolah-olah menghilangkan jejak kenikmatan yang mereka perbuat. Keduanya pun terlentang tak berdaya dan untuk beberapa saat, kamar mewah itu hening hanya terdengar berita CNN yang samar-samar terdengar diwarnai dengan aroma gairah dalam kamar itu.

“Gue suka Diet”…

“Gue juga Ry”…

“Tapi gue takut Diet”…

“Kenapa?”…

“Hmmm… takut ketagihan”…

“Jangan mikir jauh-jauh dulu”…

”Sumpah... enak banget... dan gue ga nyesel nyobain ama loe pertama kali”...

“Ternyata rasa loe ga beda-beda amat ama punya gue”…

‘Tapi punya loe lebih asin... gara-gara lobster yang loe makan tadi kali ?’

‘Sinting loe... Ada rasa kopi ekspresso double loe tuh’

Mereka berusaha santai dengan candaan, tapi hati kecil masing-masing bergumul antara panik, puas, pengen berpaling satu dengan lainnya, tapi pengen lagi. Kontol Ary lemes tapi mulai mengeras perlahan, demikian dengan kontol Didiet yang bercahaya sedikit merah keunguan tapi bernuansa padat.

Ary: “Gue mandi dulu ya”…

Didiet : ‘OK, jangan lama-lama ya. Lengket nih’...

Ary membalikan posisi tubuhnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Didiet, “Barengan?”. Didiet segera bangun menuju kamar mandi sambil menarik tangan Ary. Keduanya jalan berangkulan selayaknya pasangan homo yang udah lama bersama. Ary membuka pintu shower, sementara Didiet melepaskan diri mengisi bathtub. Tubuh telanjang mereka sama-sama menarik perhatian satu dengan lainnya. Setelah kran air panas dan dingin berjalan mengisi bathtub semi bundar, Didiet pun memasuki shower dimana Ary sedang membilas. Didiet mengambil sabun dan mulai mengusap punggung Ary dengan sensual, selayaknya menggerayangi tubuh sekal Ary. Dada, perut, selangkangan, pantat, belahan pantat. Ary berbalik dan melakukan hal yang sama terhadap Didiet. Ga ada kata-kata yang keluar dari mulut masing-masing, tapi mata nanar pada pandangan masing-masing. Didiet yang memiliki postur lebih besar membalikan badan Ary lagi dan memeluk Ary dari belakang. Kontolnya yang sudah siap bertempur perlahan-lahan diselipkan kebelahan pantat Ary… “Diet… pelan-pelan ya… gue takut sakit”. Sambil menciumi punuk Ary yang sedikit tertunduk, “Gue janji… tapi kalau sakit loe bilang ya jadi gue ga terusin”.

Ary menunggu proses intimasi baru dengan was-was. Penetrasi terlama yang pernah dia alami tapi birahi membuatnya sabar menunggu. Perlahan kepala kontol Didiet mulai mengoyak cincin lobang kenikmatan Ary… Rasa aneh, sakit, panas, penasaran beradu dipikiran Ary. Rasa penasaran, pemaksaan, birahi dan klimaks beradu dipikiran Didiet.

“Aaaaaaaaah”, Ary berteriak kencang sejalan dengan amblesnya kepala kontol Didiet. Setengah kaget, “Sakit Ry? Gue tarik lagi?”… “Jangan Diet, terusin…” sambil mengelus pantat Didiet sembari mendorong perlahan.

“Aaaarrrrgggg”, teriakan Ary lebih pelan tapi penuh makna. Kontan Didiet semakin birahi mendengar teriakan Ary yang mulai berbeda. Dengan perlahan tapi pasti, Didiet mendorong batang kontolnya yang keras, batang yang sudah lama hanya digenggam dengan tangannya sendiri.

“Diem dulu Diet. Jangan ngapa-ngapain’.

‘Sakit Ry ?’

‘Ga tau Diet... Beda... Ga tau ! Jangan gerakin Diet. Please’.

Pelukan Didiet semakin kencang. Pelukan yang hanya dirasakan oleh sepasang kekasih yang baru saja melewati masa kangen yang dalam. Pelukan yang diartikan pasangan sebagai pelukan hangat dan berarti. Ary hanya berusaha menyenderkan kepalanya ke Didiet, sementara Didiet mulai menciumi leher jantan Ary yang menengadah keatas… Sungguh posisi sensasi bagi mereka berdua.

Didiet mulai merasakan cengkeraman lobang Ary yang semakin relaks. Didiet pun tanpa ragu-ragu mulai menggerakan pantatnya perlahan maju mundur. Sesekali Ary berdesis dan dijawab dengan desisan Didiet. Kadang diselingi dengan rintihan kecil Ary dan dijawab dengan lenguhan birahi Didiet.

‘Kencengan dikit Diet…’

Tanpa ragu-ragu, Didiet mulai mengenjot kontolnya yang berdenyut. “Aaaaaahhhh….”, keduanya saling bersambutan dengan rintihan, lenguhan yang menunjukan tingkat birahi tinggi… Setiap kontol Didiet menabrak G-spot Ary, keduanya mengeluarkan suara gaduh. Ga berapa lama, Didiet memeluk Ary dengan kencang sambil merintih nikmat. “Aaaaaaahhhhh…..”, Ary pun meneriakkan hal yang sama selang beberapa detik. Keduanya mencapai klimaks ke-dua di New York. Ary merasakan semprotan peju panas di lobang pantatnya, sementara Didiet merasakan orgasme tinggi bersamaan. Didiet juga merasakan tubuh Ary yang bergetar dalam hitungan detik dan langsung lemas tak berdaya. Dengan susah payah Didiet menahan bobot Ary yang lunglai…

“Plop…” suara kecil terdengar pada saat Didiet melepaskan pelukannya. Didiet segera membalikan badan Ary yang terlihat lemas, memeluknya dan menciuminya dengan perasaan yang berbeda. Kali ini ada rasa cinta diantara ciuman ringan Didiet.

Mereka pun berpindah ke bath tub yang airnya mulai penuh. Didiet memasang sistim whirl pada bathtub sambil menuntun Ary yang lemas. Pelukan Didiet ga pernah lepas sampai keduanya sedikit tertidur sambil berendam di air hangat.

Bersambung…

Antara harapan, khayalan belaka dan kenyataan. Komentar, sanggahan dan cacian, silakan drop email ke gtsbt18@yahoo.com. Terima kasih.

###

8 Gay Erotic Stories from Gtsbt18

Memulai Suatu Hal Yang Baru

Lanjutan cerita tentang kehidupan 3 pria dewasa…Malam itu hujan deras dan Iman tidur dengan nyenyak. Tak di duga, Iman bermimpi buruk, keadaan alam yang menimpa kota tempat tinggalnya, badai salju, angin badai, dan semua serba gelap. Tiba-tiba Iman kaget bangun dan bergegas ke kamar mandi karena kebelet kencing. Iman mengambil kesempatan melakukan terapi yang diberitahukan oleh bapak pijat

Pelampiasan Semata

Adri, lajang – 26/170/65, pegawai sebuah toko komputer bagian penyimpanan barang. Bewok, menikah – 34/177/78, pegawai perusahaan ekspedisi, pengantar peralatan komputer. Sehari-hari Adri membanting tulang untuk ibu dan adik2nya. Tuntutan kehidupan yang membuat Adri tetap lajang. Udah pasti sebagai lajang, kehidupan seksnya tidak normal. Toilet pertokoan tempatnya bekerja adalah teman

Pertama Kali Bag 1

Didiet Didiet seorang duda beranak 3. Hidupnya pas-pas-an tapi ga kenal lelah bekerja untuk kehidupan anak-anaknya yang masih sekolah. Udah pasti kehidupannya ga jauh dari kerja sepagian ampe malam. Sang Istri udah pasti ga pernah merasakan hubungan suami-istri yang sempurna dan… sering mencari ‘pemuas’ dahaga sampe akhirnya pernikahan mereka bubar... Sang istri dapet suami kaya yang bisa

Pertama Kali Bag 2

“Ry, kalo kita pikirin terus, ga bakalan ada hasilnya. Mendingan kita putuskan. Lanjut ato ga?” Sambil gemeteran, Ary maju dan mencium bibir Didiet. Didiet gemeteran merasakan bibir Ary yang perlahan mulai melumat bibirnya dan sesekali mengulumnya. Kaki Didiet lemas dan pelan-pelan bersujud didepan Ary tanpa melepaskan ciuman maut yang sudah lama tidak dirasakannya. Tangan Ary mulai

Pertama Kali Bag 3

Pertama Kali Bag. 3 Mereka pun berpindah ke bath tub yang airnya mulai penuh. Didiet memasang sistim whirl pada bathtub sambil menuntun Ary yang lemas. Pelukan Didiet ga pernah lepas sampai keduanya sedikit tertidur sambil berendam di air hangat. Selama berendam, Didiet memeluk Ary dengan mesra tapi tangan satunya sedang mengelus cincin lobang seksnya sendiri menyiapkan lobang yang cukup

Pertama Kali Bag 4

Didiet: ‘After what we did? Ntar lagi ya? hehehe’.Ary menghampiri Didiet dan memeluknya. Pelukan yang berbeda. Sekilas terlihat keterikatan yang mereka alami sore ini dan ada desiran yang berbeda setelah percobaan yang mereka lakukan. Keduanya tertidur dalam keadaan telanjang, berpelukan.Didiet menggeliat dan serta merta Ary kaget terbangun.Ary: ‘Kenapa Diet?’.Didiet: ‘Hmmmm…’.

Pertama Kali Bag 5

Didiet: ‘Jadi, besok gue ganti flight gue dulu nyamain ama loe lagi.’Ary : ‘Extend yuk Diet’Keesokan paginya Didiet terbangun dalam keadaan masih telanjang dan ditutupi selimut. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh di kontolnya. Ditariknya selimutnya dan terlihat secarik kertas yang tercoblos kontolnya. Di kertas itu tertulis : ‘Gue mau ini lagi ntar malem. Gue cabut duluan ya. I felt

Suatu Hal Yang Baru

Cerita ini merupakan cerita fiksi serial.Firman ArioSeorang pria sederhana dengan hidup yang monoton, dikelilingi seorang istri dan 3 anaknya. Berangkat setiap pagi ke gym terus ke kantor dan pulang kembali setelah jam 7 malam. Begitu setiap harinya. Sehari-hari tampil segar, walaupun kadang terlihat stress dalam waktu-waktu tertentu. Iman, biasa dipanggilnya, sedang mengalami

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story