Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

by Lelaki63


Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya?

Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan mataku. Nafasku terasa berhenti. Suara disekitar ruang tunggu hanya berdengung, tanpa jelas suara apa. Kepalaku mulai berdenyut kencang. Seperti mau meledak.

Astaghfirullah! Aku beristighfar berkali-kali. Kalau ajalku akan berakhir disini ... Tapi aku belum punya apa-apa, lalu apa yang akan aku bawa menghadap-Nya? Tak ada bekal yang berarti...Kudekap ransel di pangkuan. Dudukku sedikit melorot. Ingin rasanya tuk rebah, selonjor. Sudahlah, bila sekarang saatnya aku akan meninggalkan dunia ini, aku siap ...hm... Benarkah? Kupajamkan mataku. Oh ya. Aku jadi ingat cowok ganteng yang tadi di toilet. kalau dia malaikat pencabut nyawaku, kok dia tidak di sini? Biarlah aku mati sambil menikmati kegantengannya ... Batin gilaku berbisik.

Pelan kubuka mataku. Berharap 'sang malaikat' ada di depanku. Tapi tak ada. Keramaian di ruang tunggu ini makin nyata. Suara yang tadi terdengar berdengung, sekarang sudah jelas di telingaku. Ada pengumuman, pesawatku tertunda keberangkatannya. Pengumuman dengan bahasa Inggris dan Jepang itu diulang lagi. Srrrr. Terasa jelas kehangatan kembali menjalar keseluruh tubuhku. Kutegakkan tubuhku. Seorang bapak yang disampingku, memperhatikanku.

"Sedang sakit ya?" tanyanya ramah setelah melihatku 'terjaga'. Dia sedang sibuk dengan hpnya masih sempat menyapaku.

Aku hanya bisa tersenyum. Aku tak tahu bagaimana tampang aku sekarang. Yang jelas tetes keringat dingin masih membuat keningku dan wajahku basah.

"Minum teh hangat saja. Semoga bisa membantu lebih baik," usulnya.

"Terima kasih," kataku. Usulnya baik juga aku lakukan. Tapi dimana?

"Di sana ada restoran. Kamu ke arah sana," katanya sambil menunjuk ke arah lorong yang banyak jual souvenir dan makanan kecil.

Aku mengangguk mengerti. Kuaraih tasku dan kusandang ranselku melangkah ke tempat yang ditunjuk bapak itu. Disudut ruang di restoran itu ada seseorang melambaikan tangannya. Dug! Cowok yang tadi di toiletmemanggilku. Aku seperti besi yang ketarik magnet melangkah ke mejanya.

"Tadi aku mau ajak kamu, tapi aku liat sedang tidur, ya gak jadi." Katanya.

Dia seperti orang yang telah lama kukenal. Hah! Aku sama sekali belum kenal, walau sudah melihat bagian dari tubuhnya yang paling rahasia.Aku dah liat batang selangkangnya yang keren banget tadi. Hm ...

Tangannya yang menjulur ke arahku kusambut. Gengagaman tangannya hangat dan padat kurasakan ketika kami saling bersalaman.

"Lee," katanya.

"Yadi," kataku. Gerak kepalanya seperti menyuruhlu untuk mengulang namaku.

Kuulang namaku. "Haryadi," ulang aku dengan nyebut nama lengkapku.

"Kupanggil mas Har aja ya," katanya. Matanya kulihat indah sekali dengan bulu matanya yang tebal. Meninjolkan matanya yang bulat. Wajahnya yang bersih, membuat jantungku berdetak lebih kencang. Segera aku duduk di depannya. Tas ku taruh di sisi dinding.

Entahlah. Dengan cepat perasaanku merasa cocok banget dengan dia. Inikah rasa jatuh cinta itu? Padahal tadi dia kuanggap malaikat pencabut nyawaku... Restoran kecil ini belum terlihat ramai. Masih ada meja yang kososng.

"Padahal tadi aku berharap mas Har nyusul aku, eh, nyatanya doaku dikabulkan," katanya. Senyumnya itu ... Cuma aku tak berani menatap dia lama. Kok aku jadi horny sih? Pelan ototku yang diselangkang menegang .. Kuperbaiki dudukku, celanaku terasa sesak aja.

Teh hangat sudah tersedia di meja. Kuhirup pelan. Hangatnya teh terasa menjalar ke seluruh rongga tubuhku. Alhamdulillah.

"Alhamdulillah, sekarang mas Har udah cerah lagi. tadi kelihatan pucat banget. Aku sedikit takut juga. Kupikir, reaksi dari aku menggoda tadi ..." katanya. Dia minum coklat hangatnya. Dari aromanya seperti ovaltin. Senyumnya memperlihatkan giginya yang tersusun rapi. Bibirnya berwarna cerah, bibir orang tak merokok.

Aku tak dapat berbuat apa-apa. Sedikit grogi juga. Aku mesti melihat kemana nih. Ingin banget aku menikmati wajah keren di depanku. Dada bidangnya dan bahu lebarnya terbungkus kaos joger. Bagian pinggangnya tertutup meja. Gila kali ya. Masih berharap ajk mau liat yang dibawah pinggangnya.

"Sebenarnya hari ini sedang kacau banget," aku memulai pembicaraan.

"Kenapa," tanyanya penuh perhatian.

Aku ceritakan saja semua. Dari beberapa hari lalu yang disibukkan dengan kerja pemotretan dan tadi galau dengan kematian. Dia memperhatikanku dengan seksama. Aku suka banget. Mata bulatnya kelihatan tidak biasa, sipit tapi bulat. Ah, entahlah. Kelihatan indah saja

"Karena cape aja kali mas," katanya menghiburku setelah ceritaku berakhir.

Kami bertemu di restoran kecil ini bandara ini untuk pertama kali, tapi terasa sudah akrab saja. Banyak hal yang ingin kuketahui tentang dirinya.

Akhirnya, tanpa aku minta, dia juga balik cerita tentang dirinya. Jantungku entah kenapa berdetak sudak tak normal. Dentamnya terasa menghentak. Aku bebas memperhatikannya. Gerak bibirnya,mimik wajahnya, lirikan matanya yang indah banget. Dimataku dia kulihat sedang telanjang. Sungguh. Kepolosan itu yang membuat aku nafsu banget. Aku gak tahu, apa dia lihat pupil mataku yang mengecil penuh nafsu. Aku memang tak fokus dengan ceritanya. Otakku membayangkan kami sedang bercumbu aja ...

Namanya Lee Wong, nama yang yang tidak biasa. Tinggal di Cikarang dengan ibunya. Bapaknya orang Korea yang dulu pernah kerja di perusahaan di Cikarang. Dia hanya tau nama dan foto bapaknya. Tak banyak cerita dari ibunya tentang bapaknya yang meninggalkan dia dan ibunya setelah kontrak kerja di Indonesia selesai.

Yang dia tahu dan selalu diingat adalah ketika istri pertama bapaknya yang menyusul ke Jakarta. Terjadi keributan di sana. Perebutan suami itu berakhir bapaknya kembali ke Korea, karena dia membela tak mau dipecat dari perusahaannya. Itu terjadi ketika dia berusia dua tahun. Sedih banget. Sudah begitu, ibunya tak diterima di keluarganya, karena memang sejak awal pernikahan keluarganya tidak setuju. Ibunya meninggalkan Indramayu, keluarganya dan mulai bekerja kembali di Cikarang.

Ibunya masih tetap menjanda. Bagi dia itu lebih baik, jadi orang tua tunggal. Walau bagaimanapun, kekecewaan dengan bapaknya yang meninggalkan keluarganya itu, membuat dia ada rasa dendam dengan para lelaki. Entahlah, kenyataan maksud hati mau menyakiti lelaki yang dikencani, malah dia mendapatkan sebaliknya. Dia dapat hidup dari kebaikan lelaki yang dikencaninya.

Gaya hidupnya sekarang adalah berpetualang mencari kesenangan dan harta. Itu dilakukannya setelah lulus SMU. Sampai akhirnya dia menambatkan hatinya dengan bule Australia yang telah beristri orang Vietnam. Hubungan yang aneh memang. Dia jadi anak angkat keluraga itu, sekalian mengurus bisnis garmen mereka yang di Jakarta dan Bali. Dilain pihak dia juga mesti melayani Bapak dan ibu angkatnya untuk urusan seks.

Ceritanya membuat aku sedih dengan nasibnya.

"Aku baru pulang dari Melborne setelah tiga bulan di sana. Baru dua hari di Denpasar. BT banget. Makanya aku minta tuk kembali ke Jakarta," katanya. Aku tarik nafas dalam setelah mendengar ceritanya. Dalam hati aku berpikir dia sebagai pelayan seks kelarga angkatnya itu ...

Dengan tampang keren begitu, dia bisa berbuat banyak, bisa memilih. Dia mengaku meninggalkan Bali, untuk menghindar aja. Dia katakan ke keluarga angkatnya itu kalo dia perlu pulang ke Cikarang karena ibunya sakit. Padahal... Dari nada ceritanya, ada sesal di sana.

"Gak mungkin aku begini terus," katanya. "Aku gak tau, kenapa cerita begini pada mas Har. rasanya nyaman aja." Aku sedikit tersanjung.

Pesawat ke Jakarta tertunda lagi. Aku bisa sampai Jakarta malam. Lee juga ke Jakarta, tapi dengan peswat berbeda. Kami ngobrol cukup akrab. kamu sudah saling tukar nomor hp. Senang banget aku dapat kenalan dia. Aku jadi ingat Andri yang mejual dirinya untuk banyak orang. beda dengan Lee ini, dia setia hanya dengan satu orang. Kesannya dia hanya jadi cowok simpanan. Sesekali dia memang bergaul dengan beberapa orang, itupun gak sembarang orang, dia orangnya memilih juga.

"Aku memang ada bergaul dengan beberapa orang, tapi, ya gak lama. Sekedar menghilangkan BT saja.Yang penting tak mengikat aku. Dan aku sebenarnya tidak terbuka begini. Tidak mau cerita banyak tentang diri aku," katanya.

Dia menatapku. Sorot matanya membuat aku salah tingkah juga. "Aku ingin mas Har jadi temanku. Mau ya?" Katanya akhirnya. Sorot matanya sangat berharap ...

Permintaannya membuat kepalaku terasa mau meledak. "Lha iyalah! mau bangetttt!!" Cuma aku tak mengucapkan itu. Hanya gerak kepalaku menjawabnya. Rasanya ini permintaan berat. Aku bukannya siapa-siapa, kenapa dia begitu serius dengan pertemuan pertama ini. Terus terang aku tersanjung.

***

Dia sudah tiba lebih dulu di Cengkareng, di depan Dunkin Donat dia menunggu. Sesuai dengan smsnya, aku susul dia kesana.

"Mas, nanti ada bodyguard papa yang menjemput. Kamu biasa aja ya. Nanti aku antar pulang deh. Kita tunggu di sini aja." katanya sambil menggeser kursinya.

Papa? Bodyguard? Semua pertanyaan itu berkelebat di otakku mencari jawab. Aku gak mau tanya, apalagi dia minta aku 'biasa saja'. Benar-benar dia sebagai cowok simpanan, sampai pake bodyguard segala. Aku jadi penasaran dengan kehidupannya.

"Kalo boleh, sekarang aku ke tempat kamu aja. Besok aku pulang ke kontrakan."Kataku. Deg! Entahlah, aku jadi malu juga dengan ucapanku tadi. Gak ditawarin, kok malah menawarkan diri.

Matanya berbinar senang."Ya ...ya... aku senang mas Har mau ikut ke rumahku," Rumah?

"Tadinya aku mau nawarin, takut gak mau. Rasanya kita belum puas ngobrolnya," katanya lagi. Senang sekali dia kelihatannya. Dia menggenggam tanganku. Aku balik meremas tangannya. Sentuhan itu membuat getar yang gak tahu gimana mengungkapkannya. Beberapa mata melihat apa yang kamilakukan. Tapi Lee cuek aja meneruskan aksinya. Aku senang-senang aja.

***

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story