Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

1001 Kisah: Di Pos Satpam

by Tri Sugihantoro


“Siapa kamu!?” Pertanyaan Pak Satpam tersebut sangat mengejutkanku. Aku rasa lebih tepat jika disebut dengan hardikan. Kalau bertanya kok nadanya sadis amat? “Ssss…” tentu saja aku sangat gugup untuk menjawab pertanyaan (hardikan) tersebut. “Siapa!!” kali ini benar-benar berupa hardikan. “Tri, Pak…” dengan susah payah kukumpulkan keberanianku untuk menjawabnya. “Mau apa di sini!?” lagi-lagi hardikan. “Mmmm…” Sial! Kenapa aku masih gugup saja ya? “ Heh dengar, nggak kamu!?” “Sss…saya… mmm….mau… nyari da…un bu… at… obat, Pak” “Daun apa!?” kali ini tanganku dipelintirnya. Sakit sekali! “Aduh! Sakit, Pak…” aku mulai menangis. “Jawab yang jujur: mau apa kamu di sini?” kali ini suaranya agak diturunkan. Namun, pelintirannya belum dilepaskan. “Maaf, Pak…. Saya…” tak berani aku melanjutkan untuk berbicara jujur. “Saya panggilkan teman-teman saya baru kamu mau bicara?!” ancamnya. “Jjjj..jangan, Pak…” aku memohon padanya. Ia melepaskan tanganku. Aku tidak berani kabur. Hanya menangis. “Mau apa kamu di sini?” nada bertanyanya mulai mendatar. Ketakutanku berkurang. Aku tak mau berbohong. Biar aku jujur saja! “Maaf, Pak…” aku tidak berani meneruskan ucapanku. Kupandangi wajah satpam itu. Kesangaran di wajahnya sudah berkurang. Bahkan, ia sekarang mencoba meredakan ketakutanku dengan senyuman. “Ya… saya mau maafin kamu… tapi jujur. Saya sering lihat kamu lewat depan pos ini. Rumah kamu di dekat kali, kan?” “Ya, Pak…” “Kamu ke sini ada perlu apa?” suaranya sudah berubah 180 derajat dari yang sebelumnya. Aku benar-benar bisu. Takut sekali. Kututup wajahku. Menangis sejadi-jadinya. “Kok nggak mau jawab juga?” tegur satpam itu dengan lembut. Mungkin dia telah menyadari yang ia tangkap bukan penjahat kambuhan, tetapi seorang lelaki feminin yang rapuh. “Kamu nyari ini, ya?” ia mendekati aku yang terduduk lemas. Kurasakan kepalaku ditekan bagian tubuhnya yang kenyal. Kontolnya! “Buka..” bukan perintah. Aku sudah menginginkannya sejak awal. Kubuka perlahan celana seragam tersebut. Aroma lelaki sudah terasa menyengat. Aku mengelus onggokan kontol yang masih tertutup kancut tersebut. “Keluarin…” kupelorotkan kancut satpam tersebut. Benda yang sangat kuinginkan itu langsung mencuat. Kokoh. Besar Panjang. Hitam. Kekar. “Isep….” Segera kumasukkan batang hangat tersebut ke mulutku. Kumainkan dengan penuh nafsu. Ia bergetar kenikmatan. “terus….terus…” racaunya. Aku mengikuti kemauannya dengan semakin merangsang kontolnya dengan berbagai teknik jilatan dan hisapan. Namun,…. “John! Di mana lu?” terdengar suara dari depan pos. Satpam, yang ternyata bernama John itu, mendorong kepalaku. Ia segera merapikan celananya. Akh, aku sangat terkejut. Permainan belum selesai! “Sembunyi kamu di situ!’” bisiknya sambil mendorongku ke kolong tempat tidur. Pak John sendiri langsung ke arah depan, menemui orang yang memanggil tadi. “Ada apa, Mad? Teriak-teriak begitu lo!” kudengar suara Pak John. Ia terdengar santai. Gila! Aku sendiri gemetaran di kolong tempat tidur. “Ini habis muter…” suara si Mad. “Saya ngantuk banget ini, numpang tidur boleh kan?” Hah…. Aku semakin bergetar. “Gi dah sana! Tapi jangan kelamaan nanti Si Bos ngamuk!” Pak John mengizinkan. “Hhh… Jali gila! Paling-paling lagi ngasah peler tuh orang!” mungkin yang dimaksud Si Bos. Kudengar Pak John terbahak-bahak. Lucu? Aku sendiri menjadi terangsang. “Ah elo! Kayak nggak pernah aja!” suara Pak John. “Gua mah nggak sesering dia, saban hari ngeloco!” si Mad mengejek. “Lo ke sini bukan mau tidur kan? Mau coli kan lo?!” Pak John langsung memvonis. Glekk. Aku semakin terangsang. “Yah begitulah…. Maklum sudah tiga hari nggak dikeluarin…” suara si Mad. Kuintip dia sedang memelorotkan celananya. Sayang aku tidak bias melihat utuh tubuhnya. Hanya sebatas betis ke bawah. “Dah buruan lo! Jangan lama-lama! Nanti si Jali benar-benar dating, mati lo!” Pak John kembali bicara. “Santai sobat… ach…” si Mad menggoda. “Ngentot, lo!” Pak John memaki. “Kocokin gua John… ouch..” “Peler lo!... Gua cari rokok dulu” “Siip…lo balik gua dah kelar… okh nikmat John…” “KONTOL” suara Pak John menjauh. Si Mad tertawa. Aku mati-matian menahan nafas dan hasrat.

###

9 Gay Erotic Stories from Tri Sugihantoro

1001 Kisah : Dosa-Dosaku

Ramadhan ini aku coba mengingat-ingat sudah berapa kontol yang aku dapatkan dalam hidupku. Ternyata sudah sangat banyak! Itu pun kemungkinan besar masih banyak yang kelupaan. Berikut aku coba sebutkan berdasarkan urutan kejadian:1. Seorang tukang rokok keliling. Siang itu sedang tidur di teras sebuah muholla kecil di kampusku di Rawamangun. Keadaan yang sepi memancing birahiku untuk

1001 Kisah : Si Juragan Kos (2)

Selama dua minggu ini Andri sudah tiga kali tidur di kamarku. Selama itu selalu berulang kejadian pertama tersebut. Namun, tidak lagi diawali dengan taruhan. Andri sudah mengerti keadaanku. Setiap dia ingin menuntaskan nafsunya, tinggal datang ke kamarku. Masih sebatas oral dan berjalan satu arah. Aku yang mengoral kontolnya yang besar itu. Jakarta, 18 Desember 2006 Kamar tengah akhirnya

1001 Kisah Gay: (1) Ketua Kelasku, Aries

Masuk sekolah baru. Aku yang sangat pemalu tentu saja sangat tersiksa. Selain orientasi seksualku yang sangat menyimpang, aku juga terlahir dari keluarga yang sangat miskin. Malu bergaul dengan teman-teman yang

1001 Kisah: Di Pos Satpam

“Siapa kamu!?” Pertanyaan Pak Satpam tersebut sangat mengejutkanku. Aku rasa lebih tepat jika disebut dengan hardikan. Kalau bertanya kok nadanya sadis amat? “Ssss…” tentu saja aku sangat gugup untuk menjawab pertanyaan (hardikan) tersebut. “Siapa!!” kali ini benar-benar berupa hardikan. “Tri, Pak…” dengan susah payah kukumpulkan keberanianku untuk menjawabnya. “Mau apa di sini!?”

1001 Kisah: Manfaat Kerja Bakti

Minggu pagi. Minggu yang cerah. Sebagian besar kaun bapak di RT-ku bergotong royong membersihkan lingkungan yang rutin dilaksanakan sebulan sekali. Rutinitas bulanan yang sangat aku sukai. Selain berolahraga aku juga bisa memanfaatkannya untuk memanjakan selera homoku. Bagaimana tidak? Para bapak itu umumnya hanya mengenakan celana pendek yang bias menunjukkan kekekaran paha dan betis mereka. Dan

1001 Kisah: Selamat Datang Paman Arjo dan Aris! (10)

Bang Samsul keranjingan membobol duburku. Nyaris setiap hari setelah Mbak Laras pergi, ia mengentotiku. Satu hari ia minta aku mengemut kontolnya seharian. Aku memenuhi keinginannya dengan senang juga akhirnya. Aku tinggalkan kontol yang terus ngaceng itu jika ada pembeli. Di hari lain ia akan menggenjot anusku sampai ia muncrat dua atau tiga kali. Padahal aku sudah kepayahan melayani nafsunya.

1001 Kisah: Selamat Datang Paman Arjo dan Aris! (8)

Pagi hari setelah peristiwa terbaik sepanjang hidupku ... Ada keributan di depan sekolahku. Fizkar dikeroyok Doni dan belasan temannya. Dia berdarah-darah. Namun, tiga orang dari belasan lawannya sudah terkapar kesakitan. Aku tak berani mendekat. Seharusnya aku membantu Fizkar menghadapi Doni dan teman-temannya. Namun, aku tidak pernah berkelahi. Kalaupun pernah bertengkar pasti berakhir

1001 Kisah: Selamat Datang Paman Arjo dan Aris! (9)

Aris tidak bermain-main dengan janjinya. Ia gantikan Fizkar dalam hidupku. Kamar tidur kami sudah berulang kali menjadi saksi kehangatan cinta kasih sepasang remaja lelaki. Selama dua tahun semuanya berlangsung. Fizkar tetap tidak ada berita. Kami lulus dengan nilai cukup baik. Aris mengikuti pesan bapaknya untuk langsung bekerja. Bukan hal yang sulit baginya yang memiliki banyak kelebihan.

1001 kisah: Si Juragan Kos (1)

Jakarta, 19 November 2006 Adalah sebuah anugerah yang tak ternilai yang kudapatkan di usiaku yang ke-30 ini. Rumah yang selama ini kukontrak sebesar enam juta rupiah per tahunnya kini telah menjadi milikku. Berawal dari jumlah hutang pemilik kontrakan yang terus bertambah padaku, keinginan naik haji, hingga kebutuhan-kebutuhan lainnya, membuat pemilik kontrakkan terpaksa menjualnya padaku

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story