*****
Setelah puas menikmati malam, Mas Riza mengajakku pulang. Tangannya melingkar erat di pinggangku. Romantis sekali. Aku benar-benar merasakan bahagia. Sesampai di rumah, aku diajak Mas Riza ke kamarnya. Setelah kami berdua di dalam kamar, Mas Riza langsung menyerangku dengan ciuman. Awalnya aku hanya diam, bibirku dilumat begitu liar. Namun akhirnya aku mencoba membalasnya. Diperkirakan selama 5 menit kami berciuman. Tangan Mas Riza mulai merayap ke bagian selangkanganku. ”Kita bugil yuuk !!”Ajak Mas Riza. Aku hanya mengiyakan. Satu persatu pakaian kami berjatuhan ke lantai. Tak terkecuali celana dalam pun, kami lepaskan. Hingga aku dan Mas Riza saling melihat kepunyaan masing-masing. ”Punya Mas gede dan panjang. Sizenya berapa sih ?”tanyaku sambil memegang dan mengelus-mengelus penis Mas Riza yang telah mengeras. ”Panjangnya 20 cm,”desis Mas Riza memeluk erat tubuhku. Penis kami saling bertemu. Kehangatan menjalar ke seluruh tubuhku. Mas Riza kembali melumat bibirku dan aku membalasnya. ”Mau isep punyaku nggak ?”tanya Mas Riza lembut. “Siapa takut... Mas Riza duduk di sisi tempat tidur dengan selangkangan terbuka lebar. Penisnya yang menawan mengeras bagai tugu monas. Aku jongkok sambil menghadap ke selangkangan Mas Riza. Perlahan tanganku mulai membelai penis yang panjang dan besar itu dengan lembut. ”Ahhhhh !!”Mas Riza mendesah. Matanya merem melek. Aku memberanikan diri mengemut kepala penis yang tampak mengkilap karena air mazi itu. Ini untuk pertama kali aku mengemut penis. Lambat laun penis yang panjang dan besar itu keluar masuk mulutku. Ada rasa asin dan gurih. Sungguh nikmat !! ”Oohhh !! Teruss....Dafy...aahhhh !! Mas Riza menjambak rambutku sambil menggeliat bagai cacing kepanasan. Melihat hal itu, aku semakin rakus mengemut dan mengulum penis lelaki tampan itu. Tak Cuma itu, lidahku mulai menjilat biji penis yang menggelantung manja itu. ”Auuuuh...nikmaaat !! Aku gak kuaat ...!!”Mas Riza menarik tubuhku ke tempat tidur dan menindih tubuhku, sambil penisnya digesek-gesek dari perut ku dan penisku. Leherku dipagut dan dijilat, lalu kedua putingku pun diemut oleh Mas Riza. ”Auuuhhhhhh....uuuhhh !!”Aku menggelinjang menahan geli dan nikmat. Jilatan dan pagutan Mas Riza terus menelusuri tubuhku hingga penisku pun dihisap dan diemut. Untuk pertama kali !! Mas Riza lelaki pertama yang mengemut dan menghisap penisku. Yang ku rasakan saat ini adalah kenikmatan yang selama ini hanya khayalan. Mas Riza memberikan kenikmatan yang nyata, bukan mimpi. Aku benar-benar dibuat blingsatan. Ada sesuatu yang ingin membuncah dari lubang penisku. Saat aku horny seperti itu Mas Riza menghentikan emutan dan hisapannya. ”Kenapa Mas ?”tanyaku. ”Jangan dikeluarin dulu....,”ujarnya sambil membuka selangkanganku. Mas Riza menjilat buah penisku, bahkan lubang anusku juga dijilat. Aku terangsang berat. Lalu jari Mas Riza mulai menjelajahi lubang anusku. Semakin dalam, lalu kurasakan dua jari keluar masuk dari lubang anusku. ”Mas...aku nggak kuaat lagi...,”desahku. ”Posisi nungging...,”pintanya. Aku pun menurut dan pasrah saja dengan perlakuan Mas Riza. Aku mencintai dan menyukainya. Setelah lubang anusku dilumuri pelumas, penis Mas Riza siap menembak. “Mas, pelan-pelan ya ?”Pintaku. Hatiku berdebar tak karuan. Aku agak ketakutan juga. Tapi aku tak ingin menolak keinginan Mas Riza ingin menyodomiku. Penis Mas Riza perlahan-lahan berusaha menerobos kevirginanku. Kepala penis itu menyeruak lubang anusku. Dan.... ”Bleessss !!”Sekali hentakan penis itu amblas masuk Luar biasa, Mas Riza lelaki yang luar biasa. ”Aaaaakhhhh !!”Aku menjerit kesakitan. Perih tak terkira. Bayangkan penis segede dan sepanjang milik Mas Riza menyodomi lubang anusku yang masih sempit. Mas Riza mulai menghentak-hentak penisnya keluar masuk tanpa mempedulikan aku kesakitan. Gerakannya liar dan hentakannya cepat. Dalam posisi nungging seperti ini aku bagaikan kuda yang sedang dipacu. ”Oohhh...lubang anus mu enaaaak !!”Desis Mas Riza yang masih terus menghentak-hentak penisnya ke lubang anusnya. Anehnya di antara rasa sakit dan perih ada kenikmatan menjalar ke seluruh tubuhku. Aku mengocok-ngocok penisku sendiri. Rasa sakit yang mendera semakin berkurang, sedangkan rasa nikmat semakin bertambah. Entah dari mana datangnya kenikmatan itu. Yang jelas, penisku semakin mengeras. Ada yang ingin keluar dari lubang perkencinganku. Di sisi lain, kurasakan hentakan Mas Riza makin cepat. Erangan dan desahan menandakan Mas Riza benar-benar akan mencapai puncaknya. ”Dafy....aku mau keluaarr neeh !! ”Sss...saamaaa Maass !! ”Kita keluarkan bareng-bareng ya ? ”Ganti posisi Mas..., aku capek !!”Pintaku yang merasa kelelahan dengan posisi nungging. Apalagi Mas Riza termasuk lelaki yang kuat dan lama bertahan. Aku mengambil posisi terlentang. Kedua kaki ku diangkat dan disanggahkan ke pundak Mas Riza. Lelaki itu kini mulai mengarahkan penisnya kembali ke lubang anus ku. Dan..... ”Bleessss !! Melesak amblas semuanya. ”Aaaaakh !!”Aku menahan rasa sakit dan perih. Mas Riza kembali menghentak-hentak penisnya keluar masuk dengan mata merem melek. Aku sangat kagum dengan suami kakakku itu. Tampan dan gagah, serta kuat. Ku biarkan penisnya keluar masuk lubang anusku. Ku biarkan sakit dan perih, karena aku mencintai Mas Riza. Lama juga permainan kami. Hingga puncak yang kami tunggu-tunggu datang juga. ”Aku...aku mau keluarrr !! ”Muntahin di perutku saja Mas !!”Pintaku. “Tidaak...aku...aku ingin muntahin semuanya di dalam lubang anus mu....ahhhhh !! “Croooot ....crooot !!”Aku merasakan cairan kental sperma Mas Riza mengalir masuk ke dalam. Hangat dan nikmat yang ku rasakan. Tak berapa lama kemudian aku pun orgasme. Spermaku memuncrat banyak menyembur ke perut. Ada kepuasan dan kenikmatan yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Aku tak menyesal sama sekali. Ini malam pertama yang berkesan. Aku memeluk Mas Riza penuh kasih sayang. Kami saling melumat bibir. ”Aku sangat sayang sama Mas....,”bisikku. Mas Riza hanya tersenyum. Aku tertidur dalam pelukan Mas Riza. Bau maskulin tubuh kekarnya membuatku tertidur nyenyak.
Aku terus sibuk mengatur lalu lintas. Tak ku pedulikan peluh yang sejak tadi membasahi tubuh kekarku. Memang sudah 3 tahun aku menjalani kehidupan ini sebagai polisi. Dan memang sangat menyenangkan. Menjadi polisi adalah cita-citaku sedari kecil. ”Priiiit....!!”Aku membunyikan peluitku. Seorang pengendara motor tidak memakai helm. Pengemudi motor itu berhenti dan mendekatiku. Ku lihat wajahnya
Sejak pernikahan Mbak Ratri, kakak perempuan ku dengan Mas Riza, baru kali ini aku mengunjungi rumah mereka yang berada di Bandung. Itu juga karena aku melanjutkan S2 di ITB. Mas Riza yang mengurus semua pendaftaranku di ITB. Ia sangat baik, aku mengaguminya. Kedekatanku dengan Mas Riza, membuat Mbak Ratri senang. Mas Riza yang kini berusia 31 tahun itu memang sosok yang sempurna dalam
APAKAH AKU GAY ? Diza melihat arlojinya berkali-kali. Namun orang yang ditunggu belum juga datang. Dibiarkannya angin meniup beberapa helai rambutnya. Saat seperti itu, seorang polisi muda dengan seragamnya mendekati, Diza. ”Ada yang bisa dibantu ?”tanya polisi muda itu dengan ramah. Dengan seragam yang digunakan, polisi itu tampak gagah dan tampan. ”Aku lagi menunggu teman, pak,”ujar
Diza menundukkan pandangannya. Tatapan mata elang Zafry seakan menembus tajam. Zafry memegang dagu Diza, hingga keduanya saling tatap. Zafry melihat mata Diza berkaca-kaca. ”Kenapa kamu menangis sayang ? Apakah kamu masih membenciku ?”tanya Zafry lembut. ”Aku bingung mas. Terkadang aku membenci diriku sendiri... ”Kenapa ? ”Karena aku tak bisa melupakanmu. Aku menyadari, bahwa aku telah
Ezad pulang tampak letih sekali. Sesekali ia menyibakkan rambut ikalnya yang menempel di dahinya. Wajah turkinya sangat kentara sekali. Dengan tinggi badan 175, ia kelihatan macho dan atletis. Ia segera memasuki kamar dan merebahkan tubuhnya ke kasur yang empuk. AC kamar terasa menyejukkan. Beberapa kali Ezad menarik nafasnya dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan. Jam dinding telah
© 1995-2024 FREYA Communications, Inc.
ALL RIGHTS RESERVED.