Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

by Lelaki63


Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram.

Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur tadi aku juga sudah minum air yang banyak. Usaha saja. Aku bangun ke kamar mandi, mau kencing.

Aku teringat suatu setelah dari kamar mandi. Kuambil hpku yang tergeletak di meja samping tempat tidur, dan kulihat udah jam satu dini hari. Aku berharap ada sms dari Bagus masuk. Tapi tak ada. Hanya ada sms dari Fitri menanyakan kabarku dan panggilan tak terjawab dari dia. Ah, aku tertidur nyenyak sekali rupanya. Ingin aku miscall Bagus, tapi aku takut dia terganggu. Aku bisikkan nama Bagus dalam hati. Berharap dia juga merindukanku. Duh, kenapa jadi begini perasaanku? Seperti apa ya tampang dia? Dari suaranya sih, agak sissy dikit gitu. Tapi aku tak pernah memasalahkan penampilan. Yang penting anaknya baik, gitu aja. Sungguh aku jadi sangat rindu karena tak ada penjelasan begini. Padahal aku hanya berharap sebagai teman, tak lebih.

Elga! Aku jadi ingat untuk memberi ucapan ulang tahun padanya. Waktu yang tepat, pikirku.

"Apabila engkau masuk waktu petang maka janganlah engkau tunggu waktu pagi, apabila engkau masuk di waktu pagi maka janganlah engkau tunggu waktu petang, tapi ambillah dari sehatmu untuk sakitmu dan waktu hidupmu dari matimu. Mat Ulang tahun ya. Semoga cinta Allah masih kita dapatkan dan sisa hidup kita penuh berkah. Amin."

Segera terkirim.

"Amin.Terima kasih. Belum tidur? Baiknya sholat malam sama-sama..."

"Iya, sama-sama juga telah diingatkan," balasku.

Padahal otot di selangkangku sedang nikmatnya untuk disentuh. Dalam kesendirian begini, godaan syetan terasa makin gencar. Dalam otakku, segala macam ide kemaksiatan mengalir kencang. Dari ide jalan ke luar, menyelusuri pantai atau paling dekat nyetel TV, dengan harapan ada saluran pornonya. Mengingat itu ototku makin kencang saja. Ingin rasanya aku tidur telanjang malam ini. Mumpung sedang sendiri. Ah, kenapa selalu begini? Kesendirianku membuat aku ingin mengumbar syahwat. Kulirik remote tv di meja, ambil nggak ? batinku seperti menolak.

Bisa saja aku membuka celana batikku. Bisa saja aku membuka kaosku. Dan telanjang menikmati keindahan tubuhku di depan cermin. Posisi di pinggir tempat tidur ini, tepat sekali di depan cermin yang besar. Kuperhatikan tubuhku di cermin. Godaan syetan itu meminta aku untuk membuka kaosku. Sudah beberapa hari ini aku tidak melakukan olah tubuh. Kubuka kaosku. Masih seperti beberap hari lalu, dan mungkin sedikit kurang kencang saja. Kuusap bahuku, lenganku, dadaku, perutku. Akhirnya tanganku menyelusuri ke bawah pusatku. Ototku berdenyut di sana. Jantungku mulai berdetak kencang dan nafasku mulai mendengus...hah... Rangsangan itu masih saja kulakukan ...

Nada sms masuk.

"Takutlah karena Allah..." pesan dari Elga. Sepertinya dia belum selesai menulisnya. Tapi, entahlah. Tiga kata itu terasa cukup bagiku. Dia seperti menyadari apa yang sedang aku lakukan. Jakarta dan Bali cukup jauh, tapi masih saja dapat nyambung ...

Haruskah aku melakukannya? Aku berbuat baik dan beribadah hanya karena ada orang lain. Pada saat tak ada orang, pada saat sendiri, aku jadi lupa. Kemaksiatan itu makin menggebu. Betapa malunya aku. Semua yang aku lakukan karena orang lain. Kalau saja aku menyadari kenikmatan Allah yang dititipkan padaku, masih mampukah aku melupakanNya?

Jantungku berdetak keras. Pergolakan batin itu membuat aku gerah. Segera aku berpakaian lagi. Menuju kamar mandi. Berwudhu. Ada perasaan lega setelah itu. Kuganti celana batikku dengan celana yang bersih. Kaos kuganti dengan kemeja katunku. Kubuka pintu ke arah balkon kamarku. Deburan ombak terasa lagu yang syahdu. Daun pohon kelapa hanya melambai pelan. Angin tak begitu kencang, tapi hangat. Aku suka kenikmatan ini.

Kubentangkan sajadah setelah menggeser posisi kursi dan meja. Dalam hati aku berniat, apa yang aku lakukan sekarang hanya karena-Nya. Baru rakaat pertama, entah kenapa dadaku terasa sesak, kerongkonganku terasa ada yang menyodok, mataku sudah mulai basah. Aku menangis. Sungguh aku terharu. Begitu besar nikmat Allah padaku. Sungguh terasa sekali cinta Allah padaku. Debur ombak membuat suasana makin syahdu saja. Semua kerinduan itu seperti tumpah.

Aku ingat, saat perasaan pada Andri begitu menggebu, dan aku diberitahu jeleknya Andri setelah itu. Dengan kemarahannya, dengan kecemburuannya dan aku lihat sendiri penampilan dia dengan lelaki setengah baya. Semua aib itu Allah beritahu tanpa kuminta. Tanpa aku sadari, Allah telah membuka pikiranku seperti apa sesungguhnya hubungan aku dengan Andri. Pada saat aku galau dengan perasaanku, Allah memberi aku kesempatan menjauh dari Andri, dengan mendapat tugas ke Bali ini. Nikmat itu terasa besar sekali padaku. Ya Allah, bantu aku untuk dapat memahami apa yang Kau berikan padaku. Segala cobaan itu kadang aku tak dapat mengontrolnya. Kadang aku lalai, kadang aku lupa.

Tiba-tiba aku ingat kematian. Kalau saja kematian itu sudah saatnya, aku ingin Kau mengambilnya dalam suasana cinta-Nya. Kalau saja hari ini ada stunami, kalau saja hari ini gempa bumi yang meluluhlantakkan isi bumi ini, aku ingin masih dalam dekapan cinta-Nya. Tak ingin aku mati dalam kemaksiatanku. Sungguh... Bahuku terguncang lagi, dadaku makin sesak, air mataku sudah membasahi dadaku, sajadahku. Lemah sekali aku, ringkih sekali aku....

Aku tak ingin beribadah kepadamu karena orang lain, karena ingin dipandang baik. Sungguh, aku memang tidak bisa menjaga imanku, kadang aku mengabaikannya. Maafkan aku ya Allah ...

Deru ombak terasa kencang. Menderu dibalik bangunan utama hotel. Aku yang sedang di balkon terus menyelesaikan sholatku. Dialog dengan Allah terasa nikmat. Kembali nikmat itu aku rasakan. Mampukah aku menjaga nikmat itu dengan terus berbuat baik, hanya karena-Nya? Satu persatu kartu nikmat itu terhampar. Dari nikmat yang ada pada diriku yang kata orang aku ganteng, belum lagi aku bisa menyelesaikan sekolahku, punya keluarga yang baik, punya teman-teman, punya pekerjaan, punya lingkungan ... ya Allah, aku tak bisa menghitungnya. Maafkan aku ...

Aku tidak peduli kalau ada yang melihatku malam dini hari begini. Aku tak peduli. Sungguh ...

"Yadi! Itu dia disana...!" suara itu mengagetkanku dari tidurku.

Penampilanku terasa kacau. Aku tertidur di balkon beralaskan sajadah. Masih terasa lembab bagian dadaku karena air mata.

Kamarku memang tidak dekat dengan kamarnya Fitri serta kamarnya Arman dan Dodi yang satu kamar. Aku di lantai dua, sedang mereka di lantai satu. Aku belum sholat subuh. Aku tertidur. Jam berapa sekarang? batinku.

"Ada apa?" tanyaku. Mereka ada di balkon kamar sebelahku, dengan petugas hotel. Entah apa yang akan mereka lakukan berada di sebelah balkonku. Aku masih belum menyadari dengan keherananku.

"Kamu tak apa-apa?"tanya Fitri. Ada nada khawatir di sana.

Aku berdiri. Merapikan pakaianku, menyisisr rambutku dengan jariku. Mataku mungkin kelihatan sembab karena tangis tadi. Ah, betapa cengengnya. Mereka terus memperhatikanku seperti melihat makhluk aneh saja.

"Nggak. Aku cuma tertidur di sini," kataku, suaraku parau. Ada apa sebenarnya?

***

Setelah mandi dan sholat, aku turun ke kamar Fitri. Kembali aku pakai celana batik dan kaos. Hp dan dompet aku kantongi.

"Kamu tidak menjawab telpon kami. Kami kuatir aja. Kamarmu yang kami bel juga tak ada jawaban. Terus kami ijin pada hotel untuk melihat atau masuk lewat balkon. Sebenarnya bisa saja masuk lewat pintu, tapi kan terpasang rantai. Rupanya kamu tidur di luar. Kenapa?"

"Cuma mau tidur dialam bebas saja," bohongku.

"Ada-ada saja."

Masih ada waktu sekitar dua jam lagi sebelum pergi ke Nusa Dua. Aku masih bisa berjalan di pantai. Kutinggalkan sendalku ditempat Fitri. Aku berpapasan dengan cewek yang semalam aku lihat dengan cowok di restoran. Tak kuhiraukan sorot matanya yang kurasakan aneh. Entah marah atau kaget. Aku tak tau. Aku hanya mau berjalan di pantai. Enaknya posisi hotel kami yang di pinggir pantai Kuta ini. Akses kemana-mana tak begitu jauh.

Sudah banyak orang menikmati karunia Allah ini. Pantai yang panjang, landai walau tidak begitu bersih karena banyak bertebaran janur bekas sesajen. Aku sungguh suka suasana ini. Segala usia ada. Berjalan, berlari atau sekedar main pasir.

Ada tiga cowok sedang bergurau, saling melumuri tubuh mereka dengan pasir di pantai. Satu sudah agak tua juga, sedang dua lainnya masih seusia aku. Mereka hanya memakai celana pendek dan telanjang dada. Ah, keramaian ini ....Aku mendadak merindukan kebersamaan seperti yang mereka lakukan.

Ada lagi pemandangan lain. Lelaki Bali dengan tubuh lumayan bagus, dan tato di sekujur tubuhnya. Sibuk dengan tiang bendera yang mau di pasangnya. Dia rupanya pengawas pantai.

"Bonjour, mister," Dia menyapaku ramah dengan bahasa perancis. Apa dia pikir aku orang perancis?

Dia tertawa. Ketika aku menjawab dengan bahasa Indonesia. Dapat kulihat kulit tubuhnya dari dekat. Coklat kemerahan. Rambutnya di potong pendek.

Aku ikut duduk di sampingnya yang sedang mengawasi laut. Aku dapat lihat pinggiran laut yang luas, gelombangnya sudah mulai tinggi. Ada juga yang sudah berenang atau berselancar di tengah sana. Nikmat sekali kelihatannya. Kemudian kami ngobrol. Dia tanya asalku, kerjaku. Aku juga balik tanya tentang kehidupannya, pendapatnya tentang Bali akhir-akhir ini. Anaknya ramah. Aku suka. Kutahan diri untuk meminta nomor hp dia. Entahlah, semua bisa saja terjadi kalau aku punya nomor dia. Aku masih mengharapkan Bagus untuk menemaniku di sini.

Ada sms masuk. Aku sedang ditunggu sarapan.

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story