Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

ANDRI, SANG KEKASIH

by Lelaki63


Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada beberapa yang aku lupa. Astaghfirullah.

Awalnya sih karena aku dituduh tidak dapat bekerja sama oleh Jay, teman dalam tim kerja dan sebelnya hal ini didukung atau disetujui oleh bos aku. Hampir dua tahun aku di advertising ini, baru sekarang ini aku mengalami hal yang begini. Kupikir, dulu-dulu tak begini parah. Ada hal lain yang membuat hal ini menjadi masalah besar bagiku, menurutku Jay cemburu dan tidak menyukaiku. Entahlah, ini hanya pikiran yang penuh emosi saja. Atau karena ssi lain di luar kerja? Terus-terang aku nggak mau mngakui itu

Kadang situasi seperti ini membuat aku malas. Enah kenapa, aku merasa sepi saja dan sendiri. Nggak ada teman. Apa ini juga karena Bagus yang tak mau menerima telponku, sejak dia curhat soal pacarnya? Udah hampir dua minggu, Bagus tidak dapat kuhubungi. Aku cuma khawatir, takut kalau dia nekad.

"Kenapa sih Yadi?" tanya Anto di sampingku. Akhirnya dia bertanya juga, walau kutahu dia sudah ingin tahu masalahku. Cuma karena Anto orangnya memang pengertian, jadi dia menunggu. Diturunkannya koran yang sedang dibacanya.

"Nggak ..." kataku malas.

Anto makin penasaran. Aku balas dengan sedikit senyumku. Dia pasti lihat betapa hambarnya gerak bibirku. Otakku sedang bekerja, dialog dengan hatiku sedang menggebu. Apa yang harus dan tidak perlu aku lakukan saling bicara.

Anto membalik halaman korannya. Sepertinya dia heran dengan tingkahku yang tak biasa. Anto yang baru beberapa bulan mengenal aku, memang tak dapat menegerti siapa diriku. Walau kami bertetangga, dia ngontrak rumah di sebelah tempatku, yang sebelumnya ditempati mas Wawan, tapi kemi memang jarang bersama seperti sekarang ini. Kebetulan saja aku ijin nggak masuk hari ini dan dia juga giliran libur.

Aku menggeleng pelan. Hari ini seharusnya aku memang masuk kerja, tapi aku udah telp ke kantor dan minta izin tidak masuk. Anto mungkin tidak mengerti, walau aku udah jelaskan, begitu pikirku. Takutnya dia banyak tanya dan bisa jadi tau soal SSA-aku, hal yang selama ini aku tahan dan tutupi. Anto yang bekerja sebagai satpam, hari ini dia libur sebagai jarak penggantian shift tugasnya.

Anto menyerah, apalagi sikapku sedang tidak bersahabat begini. Hal yang aku suka dari Anto, selain fisiknya (huih ... apaan ini?) juga kedewasaannya dalam mengahadapi masalah apapun. Usianya hampir sama denganku.

"Ok, gini aja. Kita ke karaoke aja, ya, senang-senang dikitlah. Mau nggak?" akhirnya setelah beberapa lama. Usulnya memang tidak terpikir sama aku. Pelampiasan yang terpikir olehku hanya yang merusak atau sesuatu yang tidak baik lainnya.

Selama ini hubungan aku dengan Anto sekedar teman tetangga. Tak lebih. Walau dalam hati ada keinginan aneh aku terhadap dirinya. Hal itu sering timbul kalau lihat dia sedang latihan pembentukan tubuhnya yang bagus banget.Saat dia push up atau sit up dengan telanjang dada dan celana pendek, saat itulah yang dapat membuat aku ereksi berat. Aku bisa nafsu kalau begitu. Anto paling senyum saja saat aku memuji tubuhnya, hal yang paling sering aku tahan untuk disampaikan. Ya itulah, takut ketahuan akan sisi jeleknya diri aku. Tapi menikmati sesuatu yang indah kan nggak salah, batinku membela.

Setelah isya kami berangkat ke arah blok M. Aku sendiri belum pernah berkaraoke di tempat karaoke. Seperti orang-orang yang sangat sibuk dan perlu refreshing saja ya ? Dalam hati aku merasa heran saja. Jalan Simatupang ini segar karena tadi habis hujan. Jalanan masih ramai saja dengan mobil dan kendaraan motor dua.

"Kita berdua saja nih?" tanyaku ketika diboncengan motornya Anto. "Kenapa? Perlu ngajak orang lagi?" tanya Anto. Hembusan angin terasa dingin di wajahku. "Terserah," kataku sambil menepuk punggung Anto. Punggung yang kekar.

Tubuh tingginya lumayan menutupi aku dari hembusan angin bekas hujan tadi. Udara dingin begini hanya kututupi dengan jaket. Anto juga memakai jaketnya. Jeans coklat mudanya kulihat sangat ketat, menonjolkan otot pahanya. Sesekali tanganku menyentuh pahanya yang hangat itu. Ingin aku menempelkan tanganku lebih lama di sana atau .. Tapi aku tahan diri.

Menurutku Anto cukup ganteng. Cuma kulit coklat gelapnya membuat kurang menarik. Bentuk wajahnya, tubuhnya, senyumnya (ah, ini karena bibirnya saja yang agak tebal itu dan kumis tipisnya) kalau diperhatikan lama memang membuat nilai dirinya dapat diperhitungkan. Aku tau ada cewek yang sedang naksir dia, belum lagi teman-teman kakaknya yang sering main ke rumah kalau lagi libur.

Tapi sebenarnya diantara cewek-cewek itu ada yang naksir aku juga sih. Tapi dasar memang 'sinyal tuk lawan jenis' sedang tidak ada, ya gitu aja. Aku anggap mereka ya kenalan biasa saja. Sms mereka yang masuk padaku, kutanggapi biasa saja. Ya Allah, tolong aku ...kenapa belum ada juga getaran itu untuk lawan jenis yang sesuai fitrahMu?

Di perempatan, kami berhenti karena lampu merah. Motor kami di jalur tengah, di belakang mobil box, sedang di samping ada taxi dengan penumpang turis Afrika. Tapi .. eit itu apaan? Aku lihat cowok hitam yang duduk sendiri di belakang sedang memegang sesuatu di antara dua pahanya. Lampu penerangan jalan umum tak banyak membantu menerangi pemandangan dalam taksi. Lama aku fokuskan pandanganku ... ya Allah! Besar sekali! Jantungku kaget melihat batang kelamin orang Afrika itu yang sedang dikeluarkannya dari celananya dan dikocok pelan. Aku telan liurku yang entah kenapa jadi seperti mau tumpah. Pemandangan yang tidak begitu jelas memang. Tapi ketika taksinya bergerak maju sedikit, dan cahaya lampu jalan menerangi dalam taksi, saat itulah aku jelas melihat otot tegang di antara paha cowok hitam itu. Mengkilat dan kekar!

Jantungku berdetak penuh nafsu. Kalu mau, aku bisa saja mengalihkan pandangnanku, tapi tidak, justru aku berusaha memfokuskan mataku. Ya Allah. kenapa ini. Kenapa diriku masih susah untuk mengendalikan diri dari hal dosa? Nafsu syetan terasa melingkupi diriku.

"Ada apa?" tanya Anto. Dia merasakan kegelisahanku yang tiba-tiba setelah melihat apa apa yang ada di dalam taksi. Kulihat sopir taksi tak tahu apa yang dilakukan penumpang yang duduk di balakang.

"Itu ..." Suaraku terasa aneh. Pas lampu hijau, taksi itu bergerak maju, aku sudah tidak dapat melihat pemandangan yang membuat darahku terasa memompa cepat.

Anto nggak sempat liat karena taksi sudah meluncur dan belok kanan, sedang kami mesti jalan lurus.

"Ada cowok tadi di taksi yang mengeluarkan batangnya. Gede banget..."

"Yang mana?"

"Yang tadi belok kanan."

Anto tertawa saja mendengar laporanku. Dalam hatiku masih gelisah. Tapi tak ada kejadian seru seperti tadi kutemukan sampai kami sudah berhenti di depan sebuah tempat karaoke. Di satu sisi aku mengharapkannya, tapi disisi lain kutahu itu dosa.

Lantai restoran ramai sekali. Penuh asap rokok. Mereka mungkin rombongan, rame banget dengan tawa dan gurauan yang tidak jelas. Kayaknya orang kantoran gitu dan sedang menunggu ruangan mereka disiapkan.

Aku dan Anto setelah melapor di meja informasi diantar ke ruangan di lantai tiga. Kami melewati menaiki tangga dan lorong yang remang-remang. Kedengaran sepi saja, pikirku. Memang lagi sepi atau memang sistem kedap suaranya yang bagus?

"Lama udah nggak kesini mas?" tanya cowok yang mengantar kami. Tampilan biasa saja, agak kurus.

"Iya nih." jawab Anto.

Udara dingin langsung menerpa wajahku ketika pintu ruangan karaoke terbuka. Cowok petugas karaoke itu menyalakan tv dan lampu. Dia memeriksa keadaan ruangan. Mengambil asbak rokok yang udah penuh puntung dan membuang sampahnya di tempat sampah. Kemudian mengembalikan asbak ke meja lagi. Kulihat trampil sekali dia bekerja.

"Kalau mau pesan sesuatu, ada telpon di sana. Telpon saja. Sekarang mau pesan apa?"

Anto melihat ke arahku. "Jeruk angat aja untuk aku,"kataku.

"Makan?" tawar Anto. Aku angkat bahu. "Terserah, rasanya belum begitu lapar."

Kemudian Anto memesan nasi goreng pake kornet. Aku setuju saja.

Setelah kami ditingal berdua, Anto mengajariku cara memilih lagu. Anto suaranya lumayan bagus. Dia suka lagu apa saja katanya. Sedang aku ikut saja. Ada tiga lagu udah dinyanyikan ketika pintu diketuk.

"Masuk," kata Anto.

Cowok dengan nampan di tangan membawa pesanan kami masuk. Jantungku entah kenapa jadi tidak karuan. Cowok keren begini jadi pelayan? batinku. Dibanding dengan Anjasmara, sedikit lewatlah. Kulitnya sedikit gelap saja.

"Malam, mas Anto," sapa cowok itu. Oh, dia udah kenal rupanya. Dia melirik ke arahku dan tatapan kami bertemu. Kupaksa jantungku untuk tenang. Gila! Kenapa aku seperti menyukai cowok ini? Mikrofon yang kupegang terasa berat dan hampir jatuh.

"Malam, An," jawab Anto tanpa melepaskan matanya dari layar tv dan terus bernyanyi. Kubantu dia, meletakkan nasi goreng, minuman serta kue di meja. Dapat kudengar dengus nfasnya. Ada getaran nafsu di sana.

Sebelum An keluar dan meninggalkan kami, sempat kulihat dia melirikku lagi. Tatapan kami bertemu lagi, tapi aku alihkan ke tv. Aku nggak mau dia tahu kalo aku naksir dia. Itu kalo dia memang suka sesama nggak apa, kalo tidak? Ah, aku juga nggak pernah gitu-gitu amat. Tapi aku juga heran dengan reaksi ku sekarang. Entahlah. Ini tidak seperti biasanya.

"Sering ke sini ya?" tanyaku ke Anto.

Dia tertawa saja. "Ya, gitu deh." Sepertinya ada yang dirahasiakannya.

Sebenarnya kami bisa saja melakukan sesuatu yang lebih dari berakaraoke di sini. Di Ruang tertutup seprti ini, bisa saja kami bermesraan. Dan lagi kulihat, Anto rasanya terus-terusan menggodaku, walau dengan memilih film klip yang menampilkan gambar yang sedkit porno, banyak menampilkan cowok dan cewek yang berpakaian minim. Walau keinginan itu ada, entah kenapa aku bisa saja menahannya.

Kami di karaoke sampai jam sebelas lewat, hampir tengah malam. Aku nggak mau mengganggu Anto yang akan tugas besok pagi. Tapi aku tetap tidak dapat menahan diri untuk menanyakan pelayan yang mengantar makanan kami tadi. Cowok yang dipanggil An.

"Kenapa sih tanya-tanya?" tanya Anto ketika kami dalam perjalan pulang. Jalan masih rame, entah dari mana dan mau kemana saja orang-orang ini, pikirku. Dinginnya udara malam di Selatan Jakarta ini dengan pelan menembus jaketku, apalagi Anto membawa motor dengan ngebut. Sengaja aku rapatkan dadaku ke punggung Anto untuk mengusir dingin.

"Namanya Andri,." jelas Anto akhirnya. Penjelasan yang sangat singkat, tapi bagiku sudah cukup untuk sementara.

Andri ...! Hatiku mencatat nama itu diam-diam. Entah kenapa adegan di ruang karaoke jadi berkembang. Bayangn Andri dan aku bernyanyi bersama. Ah ... Dalam tidur malam, aku mimpi tentang Andri, mimpi yang membuat aku mimpi basah. Bangun tidur kurasakan nikmat itu. Aku mandi agak lama ...

###

24 Gay Erotic Stories from Lelaki63

Akhir Cinta Andri

Sore dengan udara sejuk sehabis hujan begini enaknya memang tiduran saja di kamar. Tapi aku punya niat untuk membelikan sesuatu untuk Elga. Dia ulang tahun minggu depan. Entah kenapa, ada rasa yang tidak biasa setiap aku ingat dia. Ada rindu disana, ada kangen, tapi juga rasa sepi dan sedih. Entahlah ... Sejak kemarahan Andri padaku, memang ada rasa sepi yang tiba-tiba hadir. Ada

Aku adalah Yadi

Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku. Sore ini aku pulang tidak terlalu malam.

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren

Aku Dan Joko

Sejak kejadian yang menimpa mas Wawan, rumah kontrakannya masih kosong. Mas Wawan masih merasa trauma dengan meninggal semua orang yang sangat dicintainya. Semoga dia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya itu. Malam ini ada pengajian di mesjid dekat rumah. Ketika aku mengambil air untuk sholat, aku menangkap sepasang mata yang juga sedang melihat ke arahku. Deg! Jantungku memberi

Aku Di BALI : Bayangan Kerinduan

Gerimis kecil menyambut kami di Ngurah Rai. Bali belum begitu ramai sejak dua kali kena bom. Tapi beginilah, untuk pertama kali aku ke Bali, kesan pertama ada rasa senang. Aku banyak tau Bali hanya lewat internet dan cerita teman-teman saja. Perasaanku kadang masih terasa sepi dan sedih. Baru sekarang ini aku merasakan ini. Apalagi kalau melihat sesuatu yang memperlihatkan keakraban

Aku Di Bali : Kebersamaan Misterius

Tak biasanya aku mandi tanpa mempermainkan batangku. Apa karena doaku ketika masuk kamar mandi, atau karena aku udah kecapaian atau karena memang aku sudah sadar kalau masturbasi tak baik untuk diriku? Segera aku keluar kamar mandi dan berpakaian. Cermin kamar mandi berembun karena udara panas air hangat dan aku tak bisa menikmati keindahan tubuhku sambil melap diri dengan handuk.

AKU DI BALI : MENAHAN DIRI DARI GODAAN

Perjalanan ke Nusa Dua aku lewati sambil tidur. Aku tertidur di mobil, di tempat duduk belakang. "Dah sampe! Yadi bangun!" Gelagapan aku bangun. Sejenak aku tak menyadari sedang di mana. Fitri, Arman dan Dodi menunggu di luar mobil. Sebagian barang-barang yang kami bawa sudah diturunkan dari mobil. Rupanya sudah di pelataran parkir di depan sebuah hotel. Lingkungannya sangat indah.

AKU DI BALI : UJIAN DALAM GODAAN

Kegiatan pemotretan di kawasan Nusa Dua berjalan lancar. Kami sangat didukung oleh pengelola kawasan ini. Walau kepariwisataan di Bali ini sudah mulai pulih setelah didera teror bom, rupanya promosi tetap diperlukan. Karena itu mereka sangat membantu. Ada yang memperhatikanku. Aku rasakan itu. Kusapu pandanganku ke sekeliling. Mataku terhenti di pojok sana. Kami sedang makan di restoran hotel.

Aku Di Bali: Kesendirian Yang Sepi

Sejenak aku tidak menyadari, sedang berada di mana. Tapi beberapa saat kemudian aku dapat melihat sekeling: kamar hotel yang luas, rapi dan dingin. Ada suara gemuruh di luar. Suara deburan ombak pantai Kuta. Hanya lampu dekat pintu yang menyala, sedang di tengah ruangan mati. Temaram. Tubuhku terasa sudah nyaman. Sebelum tidur tadi aku sudah beberapa kali buang air. Dan sebelum tidur

AKU DI BALI: PESTA ITU TELAH BERAKHIR

Pemotretan di Dreamland memang seru banget. Walau pantainya tak begitu panjang, tapi sangat indah pemandangannya. Apalagi para model cowok merasa bebas melakukan apa saja. Beberapa pengunjung umum malah menikmati keramaian ini. Langit cerah berwarna biru. Hujan rintik sedikit gerimis tidak mengganggu kegiatan. Di atas tebing itu telah dibangun restoran. Sejak keluarnya mas Tommy, sang putra

Ancol dan Misteri

Proyekku selesai dengan sukses. Bu Ayu mengirimkan SMSnya untuk menyampaikan terima kasihnya atas apa yang kukerjakan untuk perusahaannya. Bu Poppy memberiku bonus dengan mentransfer uang ke tabunganku. Aku belum mengecek berapa nilainya. Tapi penghargaan yang diberikan mereka sudah cukup menyenangkan. Saat sekarang sedang ada pendekatan untuk pekerjaan graphic design sebuah hotel baru di sekitar

ANDRI, SANG KEKASIH

Bete abis! Sungguh aku nggak bisa tenang lagi. Maunya teriak dengan kencang atau menghantam sesuatu sampai hancur. Disisi lain entah kenapa keinginan untuk introspeksi diri hanya timbul sebentar, tertutup oleh emosiku yang sedang memuncak. Mestinya aku sadari apa yang membuat aku galau gelisah, karena ibadahku yang yang tidak kukerjakan dengan baik. Sholatku tidak tepat waktu dan kadang ada

ANDRI, SANG KEKASIH 2

Hari-hari setelah dari karaoke beberapa hari lalu memang membuat aku sedikit ada semangat. Entah apa dan kenapa. Tapi kupikr karena Andri, anak karaoke itu. Anak yang sederhana tapi penampilannya di mataku, entah kenapa kelihatan asik aja. Dan mimpi-mimpi itu yang membuat aku semangat. Atau karena aku sudah kembali beribadah dengan benar. Rasa syukurku terhadap apa yang telah diberi-Nya

ANDRI, SANG KEKASIH 3

Tubuh dan pakaianku sangat bau rokok. Aku nggak tahan. Sesampai di rumah, aku langsung mandi. Kubiarkan Anto yang masih meneruskan acara nonton tv. Masih terasa bagaimana Andri memperlakukan aku tadi. Kami berciuman sangat rapat dan lama. Baru sekali itu aku melakukkannya. Entah kenapa aku mau saja dan menikmatinya. Ah. Ada rasa kangen timbul tiba-tiba ...Dilain pihak aku merasa dosa. Terasa

Antara Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Antra Menggoda dan Godaan

Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku. Aku bangun dengan malas. Aku

Arisan !

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan

BILA CINTA HARUS MEMILIH

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 1

Perasaan galau itu makin menegang, membuat nafasku terasa sesak.Keringat dingin mulai mengucur. Inilah saat kematian itu. Pelan kutarik nafas. Uuuuffhh! Kuehembus pelan, sampai dadaku terasa sakit. Mungkinkah jasadku mulai melepasakan dirinya dariku? Kok disini? Kok sekarang? Masih mampukah aku menahan kehendak-Nya? Semua apa yang pernah aku lakukan terasa berkelebat kencang. Kupejamkan

LEE WONG, ANAK SIMPANAN 2

Kami berhenti di salah satu rumah di kawasan Lippo Cikarang. Awalnya aku pikir ini rumah ibunya. "Ini rumah yang dibelikan Papa. Kalau dia pulang ke jakarta, pulangnya ke sini. Setelah itu baru ke keluarganya di Pondok Indah." Hah...? Sungguh aku tak mengerti. Tadi aja di mobil, dia cerita, biasanya kalo di mobil dia dengan papanya bebas melakukan aksi mesra-mesraan. Papanya yang aktif meraba

Malam Godaan

Malam sepi. Aku tetap berjalan masuk gang, jalan alternatifku, yang di kiri-kanan tergenang air got hitam yang kalau hujan sedikit aja pasti meluap. Kalau sudah begitu, aku tidak lewat sini. Tapi sekarang cuacanya sedang bagus, dan agak sedikit panas. Tubuhku yang tadi berkeringat waktu di kendaraan sudah agak kering. Gelap, hanya beberapa rumah yang menyalakan lampu terasnya,

Seorang Sahabat

Hari-hari kulalui dengan sedikit membosankan.Pekerjaan di kantorku sedang tidak begitu sibuk. Apalagi cuaca Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini semakin panas. Belum lagi isu bencana gempa dan stunami yang membuat aku rada was-was juga. Hari kerjaku hanya duduk di depan komputer main game atau internet. Semua yang kulakukan untuk mengisi kebosananku terasa sia-sia. Rasa bosan makin menggebu

Tantangan Godaan

Hari Sabtu siang yang sedikit melelahkan. Aku tidak masuk kerja hari ini. Bu Poppy mengizinkanku untuk tidak masuk, tapi aku dibekali VCD yang berisi beberapa contoh iklan. Ini ujian aku pertama setelah hampir tiga bulan bekerja di biro iklan. Aku diminta buat konsep iklan sebuah kosmetik wanita dan akan presentasi hari Senin. Sejak pagi aku bersih-bersih kamar sambil menyetel VCD

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran. Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story