Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Arti sebuah nama - part 2

by Prima


Nama berikutnya yang membuat penulis mengalami "deja vu" adalah Peter. Kalau boleh digambarkan (berdasarkan pengalaman pribadi penulis tentunya), orang yang bernama Peter adalah orang yang punya gairah seks amat tinggi sehingga tidak cukup dengan satu pasangan saja.

Peter yang pertama penulis temui adalah seorang pria biseksual, berperawakan sedang, dengan mata biru dan rambut ikal. Seorang karyawan swasta yang telah bertunangan (kalo penulis tidak salah ingat) namun kadang-kadang mencari petualangan sesama jenis. Dia adalah seorang yang romantis dalam bercinta sehingga penulis larut dalam permainan asmara yang aduhai. Kecupan bibirnya yang lihai mengantarkanku mencapai orgasme beberapa saat setelah batangku terbenam di dalam pantatnya.

Peter yang kedua adalah seorang yang tengah menempuh kursus singkat. Dengan tubuh yang tinggi langsing, mata biru dan rambut keemasan (blonde), dia terkesan amat modis dan cukup attractive. Itulah kesan pertama saat kita berjumpa. orangnya pun asyik diajak ngobrol sampai kita lupa waktu dan baru menyadari saat mulut menjadi pegal-pegal karena terlalu lama ngobrol. Saat itu musim panas dan cuaca lumayan panas namun hari sangat indah. Aku beranjak kedapur untuk mengambil segelas air dan segera meneguknya sambil berdiri dekat jendala. Saat itu diluar apartemenku kebetulan ada seorang pria muda yang sedang memperbaiki atap rumahnya sambil bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek saja. Tanpa sadar aku memperhatikannya cukup lama dan berpikir alangkah sexy-nya pria ini. Peter yang berdiri di belangkangku (entah sudah berapa lama dia berdiri disana) memecah keheningan "He is cute, isn't he?". "Yes, he is very" jawabku jujur.

Kita pun terlibat kembali dalam obrolan ringan yang intinya adalah dia ingin tahu apakah aku tertarik untuk berasyik-masyuk dengannya. Aha, akhirnya aku tahu jawabnya mengapa ia terlihat cukup nervous saat kita berbiacara tadi. "I think I am" pancingku, yang rupanya mengena. Dia makin mendekat padaku dan sebentar kemudian tangannya sudah bergerilnya dimana-mana.

Hingga akhirnya kita sama-sama telanjang bulat dan aku pun bisa melihat batang kejantanannya yang putih tegak dan berukuran aduhai. Dengan gaya bercinta yang "buas", Peter menumpahkan cairan putih kentalnya. Tubuh kami sampai belepotan karena cairanku juga muncrat dimana-mana. Setelah kejadian hari itu, Peter cukup sering menghubungiku dan kami sempat bertemu beberapa kali mereguk kenikmatan. sampai akhirnya dia harus pindah kembali ke kotanya.

Malam terakhir sebelum pindah, kembali dia menghubungiku. Kali ini dia menawarkanku untuk menginap (mungkin karena setelah ini kecil kemungkinan kami akan bertemu lagi). Aku tak menolak tawarannya karena kupikir juga tak ada salahnya menyenangkan orang. Dia menjemputku dengan mobilnya dan sesaat kemudian kami telah berada dikamarnya. Kurebahkan diri diatas ranjang melepas penat setelah berkutat seharian dikampus. Peter pun melakukan hal yang sama. Perlahan-lahan dia beringsut mendekatiku sambil tangannya meraba bagian depan celanaku.

Kunikmati saja permainan tangan Peter hingga beberapa saat kemudian tak hanya tangannya, tetapi juga bibirnya mulai menempel dan melumat bibirku. Seperti yang telah kutulis sebelumnya bahwa Peter sangat antusias dalam bercinta dan libidonya cukup tinggi. Di lepasnya seluruh pakaianku dan pakaiannya sendiri hingga kami telanjang bulat. Kurasakan betapa pria ini seperti tak pernah puas akan seks. Dia mencumbu dan menyetubuhiku dengan liar (maksudku dengan sangat antusias dan dengan ritme yang cepat). Kurasakan gairahku semakin meninggi hingga akhirnya cairan kelelakiannya muncrat diatas perutku. Dia kembali menjelajahi sekujur tubuhku hingga aku menggapai puncak kenikmatan.

Sebenarnya malam itu Peter masih "meminta jatah", namun aku merasa sangat lelah sehingga tak terlalu berselera. Malam itupun terlewat tanpa seks yang menggelora. "Good morning, sleep well?" sapanya keesokan harinya. "Morning, not really" jawabku. "Why, did I snor?" lanjutnya. "Yes" ujarku. "Oh, I'm sorry" imbuhnya singkat. "Not big deal" lanjutku. Kami sempat terlibat obrolan singkat tentang apa yang akan dikerjakannya sekembalinya dia ke kota asal. Hingga aku merasa bahwa kalimatnya menyiratkan kalau dia menginginkan sesuatu yang lebih dari hubungan kami sekarang. Secara halus kusiratkan bahwa aku tak bisa memenuhi keinginannya saat ini. Dia pun bisa memahami hal itu. Tiba-tiba terungkap sebuah kalimat dari bibirnya "You are a wonderful guy, you know that?". Aku hanya tersenyum lebar mendengarnya. Senang juga mendengar ungkapan jujur seperti itu.

Kupeluk Peter dan dia menyambutnya, sesaat kemudian kami having seks that morning yang mungkin lebih dahsyat dari hari sebelumnya.

Peter yang ketiga adalah seorang wiraswastawan yang sudah berkeluarga namun masih merindukan kehangatan lelaki. Saat bertemu pertama kali, tak ada kesan khusus yang kurasakan. Mungkin dia merasa sebaliknya karena dia menawarkan apakah aku mau makan sesuatu "Do you want to eat something?". "I am not really hungry" jawabku. "How about snack and coffee?" sambungnya. Aku merasa tidak keberatan, jadi "That could work" sambutku. Setelah menghabiskan sepotong brownies dan segelas cappucinno (aku biasa memesan minuman ini saat aku ingin minum kopi), kami meluncur ke tokonya. Saat itu hari sudah malam, jadi karyawan-karyawan dia sudah pulang semua. Dia mempersilakan aku masuk dan mengajakku melihat-lihat tokonya (yach basa-basi sedikit lah). Sampai akhirnya "So, ....shall we?" sambil dia meraba lenganku. Aku tak kuasa menolak karena memang saat itu aku menginginkan kehangatan seorang pria. Peter ini bukanlah seorang yang atletis namun tidak juga overweight, jadi sedang sedang saja, tapi dalam bercinta, dia sangat respect pada lawan mainnya, sehingga bukan kepuasan fisik semata yang kuperoleh.

Setelah beberapa kali bertemu, kusampaikan padanya bahwa sebaiknya kita tak usah lagi bertemu karena aku tak ingin merasa terganggu oleh telepon istrinya yang saat kami sedang memuaskan hasrat. That turns me off.

Peter yang keempat adalah juga seorang petualang cinta yang sudah punya pasangan gay tetapi masih juga berburu kenikmatan dengan lelaki lain. Entahlah apa alasannya. Malam itu libidoku sedang tinggi, jadi kujawab saja ajakannya dengan "Yes" setelah rayuan gombalnya.

Nama berikutnya adalah Mats. Mats yang pertama adalah seorang dokter (yang lagi-lagi sudah berkeluarga tetapi masih suka "jajan" dengan pria). Dengan tubuh tinggi langsing, mata biru, dan rambut kecoklatan, dimataku Mats sangatlah tampan dan jantan. Saat melihat tubuhnya yang polos tanpa busana, aku sempat dibuat takjub dengan ukurannya yang jumbo. Melihat itu, aku sangat terangsang tetapi sekaligus merasa ngeri membayangkannya. Dengan gaya bercinta yang lembut namun mendominasi. Bermodalkan kombinasi antara great kisses dan sentuhan-sentuhan maut, Mats sanggup mengantarku ke puncak kenikmatan dan birahinya sendiri pun terpuaskan setelah ejakulasi dengan volume sperma yang mengesankan.

Mats yang kedua sanggup membuatku penasaran secara sexual dan membuatku ingin sekali bercinta dengannya. Untuk saat ini, dialah pria tersexy dan sangat macho dimataku. Tubuhnya mungkin tidaklah sangat atletis namun not too bad either. Paduan antara sikapnya yang super cuek tapi sangat percaya diri membuatku sering mencuri curi pandang ke pantatnya yang aduhai, apalagi saat terbalut celana straight fit. Oh my..., tonjolan dibagian depan celananya sangatlah menggoda. Jujur saja, aku sering membayangkan bagaimana rasanya dipelukan dada Mats yang berbulu lebat sambil tangannya yang juga berbulu melingkar ditubuhku. Bisa panas dingin aku dibuatnya. Well, we will see what happen, walaupun aku tidak terlalu optimis bahwa Mats yang ini adalah penggemar pria. Kalo boleh diungkapkan secara blak-blakan, I will do anything to spend a night with Mats. Khusus untuk nama Hans, mereka adalah pria-pria yang menurutku punya daya tarik (sex appeal) yang tinggi. Hans yang pertama adalah mantan pilot salah satu maskapai penerbangan terkenal di Scandinavia. Aku mengenalnya dikampus saat dia mengambil suatu mata kuliah. Hans seorang yang ramah, matanya nampak selalu tersenyum. Ditunjang dengan suaranya yang maskulin, sulit sekali untuk melupakan Hans even though I don't know if he likes guys or not.

Hans yang kedua adalah seorang manajer disalah satu perusahaan multinasional di Scandinavia/Eropa. Lagi-lagi, I don't know if he likes man or not but anyway, he is very sexy. Yang paling kusuka adalah matanya yang bulat dan besar berwarna biru dengan manik biru tua ditengahnya. Suaranya yang serak-serak basah kadang membuatku berfantasi macam-macam (gak ada yang ngelarang khan?) ditambah segarnya wangi parfum lembut yang dikenakannya, seperti segarnya wangi sabun mandi.

If you like my stories, please send comments to prima_scandia@yahoo.com

###

7 Gay Erotic Stories from Prima

Arti sebuah nama - part 1

Tulisan berikut adalah murni pengalaman pribadi penulis yang tidak bermaksud menonjolkan perbedaan ras. Anggaplah tulisan ini sekedar sebagai suatu intermesso, atau sebagai sesuatu yang baru dan berbeda dan yang tidak terlalu menonjolkan adegan ranjang dan "ah uh" ataupun "crot crot crot". Perbedaan pendapat sah-sah saja, yang penting khan tak ada larangan dalam berekspresi. Selama bermukim di

Arti sebuah nama - part 2

Nama berikutnya yang membuat penulis mengalami "deja vu" adalah Peter. Kalau boleh digambarkan (berdasarkan pengalaman pribadi penulis tentunya), orang yang bernama Peter adalah orang yang punya gairah seks amat tinggi sehingga tidak cukup dengan satu pasangan saja. Peter yang pertama penulis temui adalah seorang pria biseksual, berperawakan sedang, dengan mata biru dan rambut ikal. Seorang

Dear Diary

Dear Diary (by prima_scandia@yahoo.com) I really do not understand my feeling for this guy. I tried and tried to find out but the more I tried the more I got confused. A part of me admits that he is a wonderful guy, but another part of me forced me to be realistic and not trying to catch a dream. So, let's the story begin. Spending sometime with him left a sense of joy, content, or

Dear Diary

I really do not understand my feeling for this guy. I tried and tried to find out but the more I tried the more I got confused. A part of me admits that he is a wonderful guy, but another part of me forced me to be realistic and not trying to catch a dream. So, let's the story begin. prima_scandia@yahoo.com Spending sometime with him left a sense of joy, content, or something like that...I

My Teddy Bear

Dear Pembaca, Semoga anda belum lupa dengan penulis yang satu ini, walaupun tulisan saya jarang sekali muncul di rubrik ini (setelah cerita "Salahkah aku bila sayang padamu"), namun kisah nyata yang dituangkan menjadi cerita tentunya bisa menjadi suguhan yang mempunyai nilai plus yang mempunyai "greget" tersendiri di mata pembaca. Yuk kita nikmati cerita berikut.

My Teddy Bear

by prima_scandia@yahoo.com Dear Pembaca, Semoga anda belum lupa dengan penulis yang satu ini, walaupun tulisan saya jarang sekali muncul di rubrik ini (setelah cerita "Salahkah aku bila sayang padamu"), namun kisah nyata yang dituangkan menjadi cerita tentunya bisa menjadi suguhan yang mempunyai nilai plus yang mempunyai "greget" tersendiri di mata pembaca. Yuk kita nikmati cerita

Salahkah Aku Bila Sayang Padamu

Setelah cerita perdana yang berjudul "Prince of Scandinavia", saya praktis "menghilang" dari situs 17tahun.com karena kesibukan dan tugas-tugas yang tidak bisa saya tinggalkan atau tunda. But now I am back dengan cerita yang semoga lebih "hot" untuk dibaca dan terutama untuk memenuhi keinginan pembaca yang suka dengan cerita dan tulisan saya. Cerita kali ini adalah kombinasi antara fiksi dan

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story