Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

True Story - Tukang Ojek

by Jakagantara


Aku baru pulang dari kampus sekitar tengah malam karena baru selesai mengerjakan tugas kelompok di kampus. Rumah kontrakanku letaknya cukup jauh di daerah pemukiman yang jarang angkutan umum. Akibatnya setiap kali pulang malam, aku harus menumpang ojek motor yang ada di dekat kampus.

Saat aku sampai di pangkalan ojek, ternyata semua ojek motor habis terpakai. Tak lama menunggu, aku melihat seorang tukang ojek yang baru sampai. Langsung saja aku hampiri dan meminta diantar ke daerah tempat rumah kontrakanku. Tak ada basa-basi, tukang ojek itu juga langsung mengantarku.

Baru 5 menit perjalanan, tukang ojek itu berhenti di depan warung. Dia permisi kepadaku untuk membeli rokok. Lampu petromaks dari warung itu menampakan sosok tukang ojek yang membawaku. Wajahnya lumayan, tingginya paling 165, tidak terlalu kurus terbalut jaket, t-shirt putih dan celana cargo coklat muda yang sudah lusuh. Dan yang pasti dia masih muda. Hmmm... sebagai seorang gay terselubung, aku agak tertarik melihat sosok tukang ojek yang satu ini.

Belum sempat aku berpikir macam2, tukang ojek itu datang menghampiriku, meminta maaf karena membuatku menunggu (cuma 5 menit sih), lalu kami melanjutkan perjalanan.

Kondisi jalan yang buruk dan banyak tanjakan, sesekali membuatku terlunjak dari tempat dudukku dan mengenai punggung tukang ojek itu. Saat motor berjalan perlahan, tukang ojek itu berkata kepadaku,"Mas, pegangan ke badan saya aja. Nanti mas jatuh." Aku agak terkejut mendengarnya. Maksudnya memeluk badan dia? Kulingkarkan kedua tanganku ke badannya," gini maksudnya?" tanyaku. "Iya. Jalannya jelek dan nanjak mas. Daripada mas jatuh." Begitu jawabnya. Ya sudah, kupeluk saja tubuh si tukang ojek itu erat-erat tanpa berpikir.

Masih setengah perjalanan lagi, tubuhku yang kedinginan gara2 angin malam yang menerpa, mulai dijalari rasa hangat akibat "pelukan" itu. Belum lagi berpikiran macam2, tiba2 sebuah besar di tengah jalan membuatku kembali terlunjak. Di saat yang sama, pelukan tanganku di perut si tukang ojek berpindah tempat.... ke bagian selangkangannya. Saat itu juga aku merasa kaget dan menyadari, tanganku tepat menyentuh tonjolan kontol dibalik celananya. Birahiku langsung muncul.

Tapi tukang ojek itu seperti tak peduli. Ia terus mengendarai motornya. Aku yang sudah mulai terangsang akibat sentuhan tanganku itu, perlahan2 mulai melakukan aksi gerilya. Aku mulai menggosok-gosokkan tanganku yang masih menyentuh tonjolan kontolnya itu perlahan-perlahan. Dan ternyata langsung bereaksi. Bisa kurasakan tonjolan itu mulai mengeras di balik celananya, yang mambuatku semakin bernafsu.

Tapi tukang ojek itu seperti membiarkan aksiku itu. Aku semakin bernafsu mengelus2 tonjolan kontolnya yang sudah semakin mengeras dibalik celananya.

Tinggal sekitar 100 meter dari rumah kontrakanku, tiba-tiba tukang ojek itu membelokkan arah motornya ke daerah yang sepi dan agak gelap di balik pepohonan, lalu berhenti di depan sebuah poskamling kosong yang berpenerangan bohlam kecil temaram.

Aku terkejut dengan tindakannya. Begitu motor berhenti dan dimatikan, ia langsung turun (dengan celana yang menonjol di bagian selangkangannya), dan memintaku turun dari motornya. Baru aku turun dari motornya tiba2 tanganku ditarik oleh tukang ojek itu, langsung ditempelkan di selangkangannya lalu digesek-gesekkan dengan tangannya sendiri.

Tanpa berkata apa-apa, aku langsung meremas-remas tonjolan kontolnya yang sudah mengeras sambil mendorong tubuhnya sampai terduduk di poskamling. Tukang ojek itu hanya mendesah-desah penuh nafsu saat kubuka kancing dan resleting celananya, hingga terlihat tonjolan kontolnya yang tegang dibalik celana dalam putihnya. Tak sabar kupelorotkan celana dan celana dalam tukang ojek itu sebatas paha, tanganku langsung menggenggam batang kontol yang tegang itu, lalu kuremas2 dan kukocok dengan penuh nafsu.

Sesaat kuperhatikan bentuk kontol tukang ojek yang sedang terangsang itu. Panjangnya sekitar 15 cm,kepala kontolnya bulat panjang, dengan batang yang cukup berisi. Bulu2 hitam keriting tumbuh lebat di sekitar selangkangannya. Tak perlu lama2 memperhatikan bentuk kontolnya, aku langsung mengarahkan lidahku ke kepala kontolnya yang bulat dan licin, dan langsung menyusuri setiap lekukannya, menelusuri batang kontolnya yang panjang dan tegang, sehingga membuat tukang ojek itu mendesah2 keenakan. Kemudian kumasukkan kepala kontolnya ke dalam mulutku lalu kugoyangkan kepalaku naik turun, sehingga kontolnya keluar masuk mulutku, sementara tanganku menggenggam batang kontolnya.

"Aaaaaaaahhhhh....aaaaahhhh....aaaahhh" Tukang ojek itu mendesah nikmat, saat mulut dan tanganku memainkan kontolnya yang tegang. Sementara tangan kananku menggenggam dan mengocok batang kontolnya, tangan kiriku mulai menggerayangi tubuh dibalik kaos putihnya, mulai dari perut hingga ke dada, sampai akhirnya kumainkan jemariku di puting kanannya. Rupanya hal ini menambah rangsangan bagi si tukang ojek itu sehingga dia melenguh keenakan.

Hanya sekitar 20 menit aku mengemoti kontolnya, tiba-tiba tukang ojek itu merintih-rintih,"Mas, mau keluar....aaaahh...keluarhhh....aaaaaahhh." Dengan sigap kukeluarkan kontolnya dari mulutku, lalu tanganku mengocok2 kontolnya yang tegang dan licin oleh air ludahku sampai akhirnya...

"Aaaaahhh....aaaahhhh.....aaaaahhhh.... cret.... crooot......croooottt...crooooottttt......"

Dari lubang kontolnya yang sudah basah oleh pre-cum, memuncratlah cairan putih kental bertubi-tubi tanda puncak kenikmatan yang tak terbendung lagi. Saat memuncratkan cairan maninya, tukang ojek itu mendesah penuh nikmat, diikuti nafas memburu, tubuhnya meregang-regang.

Sesaat setelah mencapai puncak, tukang ojek itu terduduk lemas, sementara aku mulai memjilati kontolnya, membersihkan sisa-sisa cairan mani yang ada disekitar kepala dan batang kontolnya yang mulai terkulai dan mengecil.

Tukang ojek itu lalu mengenakan kembali celana dalam dan celananya, lalu berkata kepadaku dengan malu2,"Makasih ya mas..... saya anter pulang sekarang ya." Aku hanya membalas ucapakan dengan senyum, tanpa berkata2.

Sesampainya aku di rumah kontrakan, saat aku akan membayarnya, dia menolak dengan sopan. Akhirnya kutawarkan untuk minum kopi dulu di rumah kontrakanku. Kami hanya mengobrol di ruang tengah sambil menikmati kopi-susu dan rokok. Di situ aku baru tahu, namanya Rendi, umunrnya 19 tahun, baru lulus SMA di daerah Ujungberung, anak ke 6 dari sebuah keluarga miskin. Dia TERNYATA BUKAN GAY! Sudah punya pacar ceweq seumur dia, dan biasanya dia melampiaskan hasrat sex-nya dengan pacarnya itu. Ia sudah tidak perjaka sejak umur 16! Rupanya malam ini hasrat sexnya tak bisa terlampiaskan karena sang pacar (namanya Seli) sedang keluar kota bersama keluarganya. Hal inilah yang mambuatnya tak menolak saat aku melakukan aksiku tadi.

Rendi akhirnya baru pulang dari kontrakanku sekitar pukul 3 pagi. Aku membekalinya uang 100.000 rupiah dan sekotak kondom ,"biar aman,"kataku pada pemuda itu. Sejak saat itu Rendi selalu siap mengantarku kalau aku pulang malam. Kami tidak pernah lagi melakukan kegiatan sex bersama (paling hanya nontonin dia masturbasi), tapi kami berteman baik.

Sekarang aku sudah hijrah keluar negri, dengan kenangan2 berupa foto2 Rendi telanjang dan masturbasi, yang aku ambil di beberapa kesempatan saat Rendi datang ke tempatku. Sementara Rendi? Terakhir aku bertemu setelah aku lulus kuliah, ia masih tetap menjadi tukang ojek, tapi dengan penampilan yang lebih baik (setelah kubelikan beberapa baju, celana, sepatu dan jaket yang lebih keren).

I miss that boy.....

###

1 Gay Erotic Stories from Jakagantara

True Story - Tukang Ojek

Aku baru pulang dari kampus sekitar tengah malam karena baru selesai mengerjakan tugas kelompok di kampus. Rumah kontrakanku letaknya cukup jauh di daerah pemukiman yang jarang angkutan umum. Akibatnya setiap kali pulang malam, aku harus menumpang ojek motor yang ada di dekat kampus. Saat aku sampai di pangkalan ojek, ternyata semua ojek motor habis terpakai. Tak lama menunggu, aku melihat

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story