Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Salahkah Aku Bila Sayang Padamu

by Prima


Setelah cerita perdana yang berjudul "Prince of Scandinavia", saya praktis "menghilang" dari situs 17tahun.com karena kesibukan dan tugas-tugas yang tidak bisa saya tinggalkan atau tunda. But now I am back dengan cerita yang semoga lebih "hot" untuk dibaca dan terutama untuk memenuhi keinginan pembaca yang suka dengan cerita dan tulisan saya. Cerita kali ini adalah kombinasi antara fiksi dan non-fiksi, non-fiksi dalam artian tokoh-tokoh yang ditampilkan adalah nyata sehingga maaf kalau nama-nama mereka dan lokasi disamarkan. Fiksi dalam artian bahwa sebagian isi cerita adalah kejadian nyata yang dilebihkan, sebagian adalah khayalan atau fantasi penulis semata.

Pertama kali aku mengenalnya sama sekali tak ada kesan mendalam tentang dia, tak terbersit sedikitpun perasaan suka ataupun getar-getar aneh dalam hatiku. Malah kesan pertamaku tentang dia adalah aneh dan angkuh, tapi kini dia adalah teman yang cukup dekat denganku, walaupun tidak bisa dibilang akrab sekali. Kami sering kali berdiskusi (in english, of course) tentang banyak hal dan obrolan kami banyak nyambungnya malah banyak kesamaan diantara kami, tentang selera makan misalnya. Sebut saja namanya Tony, pria Jerman yang setahun lebih tua dariku, secara fisik boleh kubilang dia keren dan terkesan sangat "jantan" walaupun badannya tidak berotot seperti binaragawan, tetapi cukup kekar dan sangat enak dipandang menurut penilaianku. Sayang sekali dia sudah ada yang punya, alias pacaran dengan seorang gadis, walaupun seringkali muncul pertanyaan dalam benakku kalau-kalau saja dia biseksual atau bahkan gay, tapi aku tidak berani berspekulasi dan aku tak mau melangkah terlalu jauh dalam hal ini walaupun aku cukup yakin sudah cukup banyak sinyal-sinyal yang kutangkap yang seringkali membuatku yakin bahwa ia seperti yang kuduga. Aku berpendapat bahwa persahabatan kami lebih berharga daripada keinginan sesaat dan aku tidak ingin semuanya jadi kacau balau.

Kedekatan kami berawal dari keikutsertaanku dalam sebuah mata kuliah yang diberikan oleh institusi pendidikan di kota Lind yang mengharuskanku hadir mengkuti kuliah tersebut seminggu sekali dan selama 4 jam setiap kali kuliah. Kebetulan aku tahu bahwa dia juga akan mengikuti mata kuliah tersebut jadi kuberanikan diri untuk bertanya padanya tentang transportasi ke Lind, "I think the best way is to go by train, and I will ask the secretary to arrange our tickets there", jawabannya sangat membuatku puas, "Thanks alot" jawabku untuk bantuannya.

Hari itupun tiba, jujur saja itu adalah hari yang kutunggu. Bagaimana tidak, aku akan seperjalanan dengan cowok keren walaupun aku tidak berharap terlalu banyak kecuali bahwa dia enak diajak ngobrol, itu saja. Kalau boleh dibandingkan, menurutku Tony sangat mirip dengan Dermott Mulroney (aktor dalam "My best friend's wedding" bersama aktor Ruppert Everett dan aktris Cameron Diaz). Ternyata harapanku terpenuhi, dia adalah teman diskusi yang cukup enak diajak ngobrol, sehingga praktis perjalanan selama hampir 5 jam (Pulang Pergi) penuh dengan obrolan dari yang ringan sampe yang cukup berat, dari yang serius sampai penuh dengan gelak tawa. Sejak saat itu penilaianku padanya mulai berubah bahwa dia bukanlah sombong dan angkuh seperti yang kuperkirakan sebelumnya.

Minggu berikutnya adalah saat yang kutunggu-tunggu, kali ini dia datang lebih awal di stasiun kereta api, tidak terlambat seperti sebelumnya, atau mungkin juga dia menunggu-nunggu saat ini. Kamipun terlibat obrolan singkat, seperti "Good morning, how are you?". "I am fine, thanks" sahutku, "Just couldn't believe that today is very cold". Dia hanya tersenyum saja sambil menyahut "Yeah, I think so too", namun tiba-tiba dipegangnya tanganku secara mendadak, mungkin untuk melihat reaksiku, tapi aku berusaha untuk tidak terkejut walaupun dalam hati aku merasa sangat senang. Keretapun tiba dan kamipun masuk lalu duduk berdampingan. Dia banyak bercerita tentang dirinya dan tempat dimana dia berasal, aku berusaha untuk menjadi pendengar yang baik sambil sesekali menimpali kalimat-kalimatnya. Rasanya tak ada bosannya kupandangi mata birunya yang bulat lebar dibawah alis tebalnya, hidung mancung, plus cambangnya yang dicukur cukup pendek tapi tidak clean shaven, sesekali kulirik pula rambut-rambut yang menyembul dari ujung atas kancing bajunya yang membuatku yakin bahwa dadanya adalah "hutan belantara".....Oh God, ingin rasanya ku peluk dan kucium pipinya. Seperti yang pernah kutulis sebelumnya, aku sangat menyukai pria bule bermata biru, blond atau dark blond, dan berbulu lebat......but why? I don't know...it's just like that.

Aku hampir yakin bahwa dia tahu apa yang kurasakan dan sepertinya dia sengaja menggodaku seperti menyentuh pundakku atau meraba pahaku dan mungkin dia tahu bahwa aku sangat menikmatinya dan ingin merasakan sesuatu yang lebih dari sekedar rabaan dan sentuhan, tapi aku sadar bahwa ini tempat umum, tidak mungkin bagiku untuk melakukan sesuatu yang bisa mempermalukan kami. Hari itu berlalu tanpa sesuatu yang istimewa. Sampai pada suatu saat datang suatu tawaran yang tidak kusangka-sangka sebelumnya, "Do you want to see ice hockey game with me this friday?", sesaat aku tidak tahu harus menjawab bagaimana sampai akhirnya aku berkata, "Yes, sure I want to to go there with you". Dia berjanji akan menjemputku di suatu tempat di tengah kota dan kami akan pergi bersama-sama ke stadion ice hockey. Jumat itu, jam 18 tepat dia datang dengan Audi birunya yang membawa kami meluncur ke tempat pertandingan itu. Dia pernah bilang bahwa dia sangat menyukai permainan ice hockey, aku kira aku pun cukup menikmatinya walaupun perhatianku lebih banyak tersita untuknya, sikapnya yang macho tetapi sangat gentleman, yang kadang-kadang meledak-ledak tetapi di saat lain menjadi seseorang yang sangat sensitif dan lembut. Saat tim yang dijagokannya berhasil mencetak gol, di peluknya aku sambil diguncangnya sedikit bahuku. Aku hanya tersenyum manis padanya dan dalam hati aku bersorak, ingin sekali ku bertanya why don't you kiss me, Tony.

Saat pertandingan usai, dia berkata bahwa dia ingin mengantarku pulang "I can drive you home if you want". "Really? OK" jawabku. Sekitar sepuluh menit kemudian sampailah kami ke tempat dimana aku tinggal. Sebelum turun dari mobil, kuucapkan "Thanks for taking me to the game tonight". "No problem" jawabnya sambil meremas tanganku dan tiba-tiba saja wajahnya terasa begitu dekat sehingga bisa kucium wangi after shave yang dipakainya dan tentu saja cambang-cambang kasar diwajahnya terasa sangat menggelitik. Ku pejamkan mataku saat dia melumat bibirku, aku hanya ingin menikmati apa yang selama ini kutunggu-tunggu, aku ingin menikmatinya seandainya walaupun ini hanyalah sebuah mimpi. Bisa kurasakan dengus nafasnya yang begitu memburu saat tangannya menyusup dibalik bajuku dan bergerilya didada dan punggungku, "You really have smooth skin" bisiknya, "and you are so cute and sexy". Rasanya memang tidak terlalu berlebihan apa yang dia bilang karena aku memang rajin merawat kulit dan wajahku lagipula itu bukan pujian pertama yang kudengar dari seorang pria, baik gay maupun straight.

Kami semakin tenggelam dalam gairah asmara, "I want to make love with you tonight, sweetheart" bisiknya parau. "I want it too, you are so handsome and so irresistible" balasku. Kami berdua pun keluar dari mobil dan masuk ke apartemenku. Dengan tidak sabar dibukanya sepatu, baju, dan celana jeansnya, sehingga hanya tersisa celana dalam saja. Aku hampir tak berkedip melihat pemandangan didepan mataku, seorang pria yang begitu menggairahkan, atletis dan good looking, yang membuatku sangat terangsang birahi dan ingin sekali bermanja-manja di pelukannya, dan dia paling suka menggoda aku kalau aku sudah begitu.

Dia melepas bajuku satu persatu hingga tak ada selembar benangpun tersisa, dia pun juga menanggalkan apa yang tersisa di tubuhnya. Di peluknya aku sambil di elus-elusnya punggungku dan pantatku, saat badannya yang berbulu bersentuhan dengan tubuhku, kurasakan sensasi panas dingin yang sukar sekali dilukiskan sementara tangannya yang bergerilya, sanggup membangkitkan gairah birahiku dan membuatnya berkobar. Sasaran pertamanya adalah kedua puting susuku, dirabanya lembut kemudian dihisap-hisapnya. Dalam waktu singkat aku sudah "terbakar" nafsu, karena itu memang adalah titik gairah utamaku.

Dibimbingnya tanganku kearah batang kejantanannya yang sudah mengeras, kira-kira 20 cm, jadi dugaanku selama ini tidak salah saat aku suka mencuri-curi pandang ke tonjolan di selangkangannya. Dia mengeluh pelan dan saat batang itu kukocok, dia menjadi semakin liar mencumbuku. Beberapa saat kemudian dibaringkannya aku dan kemudian dihisapnya milikku....ngilu dan nikmat....kemudian turun sedikit ke bijiku....kembali ke batangku...berulang kali, jilatan-jilatannya dan hisapannya benar-benar luar biasa, membuatku jadi kalang kabut. Akhirnya dirobeknya sebungkus kondom sambil mengoleskan pelicin di batangnya yang sudah terbungkus kondom, aku hanya pasrah saja menanti apa yang akan dilakukannya, rasanya tak kuasa menolak seorang pria tampan yang akan "memasuki" diriku. Biasanya aku lebih suka "memasuki" daripada "dimasuki", tapi kali ini berbeda, I really want him in me. Sebelumnya sudah kurasakan lembutnya pantat Tommy dan melihat penisnya menyemprotkan sperma when I fucked him, bagaimana ekspressinya saat gairah birahinya kupuaskan, ataupun juga Johan, Matthew, atau John, pria-pria biseksual yang pernah mendaki bukit birahi bersamaku dan menggapai kepuasan yang luar biasa.

Gerakan pantat Tony pelan tetapi mantap memompa diriku sementara bibirnya dengan ganas mencumbuku dan menghisap-hisap putingku. Aku seperti melayang merasakan sensasi itu sambil sesekali meringis menahan rasa nyeri. Setelah beberapa saat, dia mencabut batangnya dari pantatku sambil mengangkang diatasku dan mengocok-ngocok batangnya yang siap menyemburkan cairan kelelakiannya. Sambil mendengus keras dia menyemprotkan spermanya didadaku, diapun tersenyum puas. Melihatku belum mencapai puncak kenikmatan, dia segera menggapai kejantananku dan mengocoknya pelan sambil menghisap putingku, semakin lama kocokannya semakin cepat dan akhirnya "Ooohhh" spermaku menyemprot dengan keras dan banyak, kurasakan sensasi kenikmatan seksual yang sangat luar biasa. Kami berdua sama-sama lemas setelah melalui pertarungan yang melelahkan tapi menyenangkan. Dia mencium bibirku sebelum beranjak ke kamar mandi.

Akhirnya diapun minta diri, direngkuhnya aku dipelukannya dan diciumnya keningku sebelum dia meninggalkan apartemenku. Dalam hatiku bergejolak pertanyaan yang mungkin takkan pernah terjawab......Honey, salahkah aku bila menyukaimu?? But whatever happen, I am so lucky to know you. Wish I could tell you how I feel for you.

###

7 Gay Erotic Stories from Prima

Arti sebuah nama - part 1

Tulisan berikut adalah murni pengalaman pribadi penulis yang tidak bermaksud menonjolkan perbedaan ras. Anggaplah tulisan ini sekedar sebagai suatu intermesso, atau sebagai sesuatu yang baru dan berbeda dan yang tidak terlalu menonjolkan adegan ranjang dan "ah uh" ataupun "crot crot crot". Perbedaan pendapat sah-sah saja, yang penting khan tak ada larangan dalam berekspresi. Selama bermukim di

Arti sebuah nama - part 2

Nama berikutnya yang membuat penulis mengalami "deja vu" adalah Peter. Kalau boleh digambarkan (berdasarkan pengalaman pribadi penulis tentunya), orang yang bernama Peter adalah orang yang punya gairah seks amat tinggi sehingga tidak cukup dengan satu pasangan saja. Peter yang pertama penulis temui adalah seorang pria biseksual, berperawakan sedang, dengan mata biru dan rambut ikal. Seorang

Dear Diary

Dear Diary (by prima_scandia@yahoo.com) I really do not understand my feeling for this guy. I tried and tried to find out but the more I tried the more I got confused. A part of me admits that he is a wonderful guy, but another part of me forced me to be realistic and not trying to catch a dream. So, let's the story begin. Spending sometime with him left a sense of joy, content, or

Dear Diary

I really do not understand my feeling for this guy. I tried and tried to find out but the more I tried the more I got confused. A part of me admits that he is a wonderful guy, but another part of me forced me to be realistic and not trying to catch a dream. So, let's the story begin. prima_scandia@yahoo.com Spending sometime with him left a sense of joy, content, or something like that...I

My Teddy Bear

Dear Pembaca, Semoga anda belum lupa dengan penulis yang satu ini, walaupun tulisan saya jarang sekali muncul di rubrik ini (setelah cerita "Salahkah aku bila sayang padamu"), namun kisah nyata yang dituangkan menjadi cerita tentunya bisa menjadi suguhan yang mempunyai nilai plus yang mempunyai "greget" tersendiri di mata pembaca. Yuk kita nikmati cerita berikut.

My Teddy Bear

by prima_scandia@yahoo.com Dear Pembaca, Semoga anda belum lupa dengan penulis yang satu ini, walaupun tulisan saya jarang sekali muncul di rubrik ini (setelah cerita "Salahkah aku bila sayang padamu"), namun kisah nyata yang dituangkan menjadi cerita tentunya bisa menjadi suguhan yang mempunyai nilai plus yang mempunyai "greget" tersendiri di mata pembaca. Yuk kita nikmati cerita

Salahkah Aku Bila Sayang Padamu

Setelah cerita perdana yang berjudul "Prince of Scandinavia", saya praktis "menghilang" dari situs 17tahun.com karena kesibukan dan tugas-tugas yang tidak bisa saya tinggalkan atau tunda. But now I am back dengan cerita yang semoga lebih "hot" untuk dibaca dan terutama untuk memenuhi keinginan pembaca yang suka dengan cerita dan tulisan saya. Cerita kali ini adalah kombinasi antara fiksi dan

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story