Gay Erotic Stories

Lieutenant Jason was one of our favourite instructor. He was also the most handsome and intelligent instructor. Almost all cadets admired him. How come that one day he sexually assaulted me? Waktu itu pangkatnya Letnan Satu dan namanya mirip nama asing : Jason dan dibaca "Jeisen". Orangnya tinggi putih, tampan dan atletis. Dia juga kejam dan sadis tetapi tindakannya "terarah" dan "beralasan". Jika menghukum Taruna tidak pernah dicari-cari, selalu ada alasan yang jelas dan memang Taruna itu patut mendapat hukuman. Kalau ada orang yang paling kukagumi saat aku menjadi Taruna, dia adalah Letnan Jason. Semua instruktur pernah menghukum Taruna, semua Taruna pasti pernah merasakan hukuman atau siksaan instruktur, termasuk Letnan Jason. Bedanya, banyak Taruna yang bangga jika dihukum atau disiksa oleh Letnan Jason (termasuk aku). Karena orangnya gagah dan tampan dan jika menyiksa termasuk yang paling sadis dan menyakitkan, tapi tidak merusak. Lecutan cemetinya terasa pedih tapi hanya membikin lecet atau bilur sedikit. Tidak pernah sampai membikin kulit Taruna sobek. Volume suaranya juga indah dan bagus. Jika ia berpakaian juga selalu rapi. Bahkan jika Letnan Jason telanjang bulat pun tetap enak dilihat, karena tubuhnya atletis, berotot dan indah. Kontolnya besar tapi proporsional dengan ukuran badannya dan "tidak menakutkan". Jembut dan rambut ketiaknya sekedarnya saja, seakan hanya bukti kejantanan dan kedewasaannya saja. Kekagumanku pada Letnan Jason berubah ketika pada suatu hari aku bertugas selaku Perwira Piket Taruna dan Letnan Jason kebetulan sebagai penanggung jawab (Perwira Piket) Akademi Militer. Aku datang ke ruang perwira piket akademi, waktu itu sudah jam 22:00 dan kantor akademi sudah sepi. Aku mengetok pintu, masuk ruangan dan memberi hormat. Lalu aku melaporkan keadaan asrama. Tapi anehnya setelah melapor aku tidak disuruh "kembali ke tempat", malahan di suruh duduk di sofa. Kemudian Letnan Jason mengunci pintu. Sering terjadi di akademi militer, jika seorang Instruktur atau Taruna Senior mengunci pintu, biasanya ia akan melakukan sesuatu pada Taruna Yunior. Aku laksanakan perintahnya duduk di sofa. Setelah mengunci pintu, tiba-tiba Letnan Jason berbalik dengan cepat dan dengan buas ia menyerbu tubuhku. Tubuhnya yang kekar seperti tak sabar memeluk badanku. Bibirnya yang gagah menciumi bibirku dan mencipok dengan bernafsu. Nafasnya memburu. Aku seperti berhadapan dengan orang lain, bukan Letnan Jason. Harum parfumnya yang ringan tercium olehku. Aku salah tingkah dan tidak berani menolak. Dia meneruskan perbuatannya, selempang piket-ku dilepas dan dicampakkan. Pakaianku dilucuti dengan kasar sampai aku telanjang bulat, didorongnya aku ke lantai. Dalam keadaan masih berpakaian ia menindihi aku yang telanjang bulat dengan tubuhnya yang kekar. Sementara bibirnya tidak lepas-lepas dari bibirku. Lalu ia mulai melepaskan pakaiannya sampai telanjang bulat dan mulai "menikmati" semua bagian tubuhku, dengan bibirnya. Puting susuku diisap-isap, dipelintir, dipijat. Kontolku diisap-isap sampai ngaceng dan terpancar air mani. Selanjutnya, seperti kesurupan ia menyodomi pantatku dengan kontolnya yang besar, indah dan disunat "high and tight". Tubuhnya yang putih, mulus dan berotot mulai berkilat oleh keringat, demikian pula aku. Akhirnya, ia seperti sadar. Tiba-tiba saja ia berhenti melakukan kegiatan seksual itu, diambilnya pakaianku dan dilemparkan kepadaku. Ia juga berpakaian. Setelah kami berpakaian kembali dia memberi perintah :"Kembali ke tempat". Aku memberi hormat dan meninggalkan dia termangu-mangu sendirian!