Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Tahanan Yang Melarikan Diri

by Diemas Arief


Waktu aku jadi tahanan militer atau tahanan polisi militer, aku ditempatkan di sel isolasi. Aku sendiri tidak tahu alasannya. Karena aku merasa tidak melakukan pelanggaran berat seperti pembunuhan atau makar. Aku hanya desersi. Lebih aneh lagi, walaupun namanya sel isolasi tapi aku ditempatkan berdua bersama tahanan lain. Belakangan aku tahu bahwa kami ditempatkan di sel isolasi karena kami berasal dari salah satu pasukan elit (tidak perlu aku sebut dari angkatan mana dan di negara mana). Teman satu sel-ku memang melakukan pelanggaran berat, karena dia melakukan sekaligus desersi dan makar. Kami dari kesatuan yang sama tapi berbeda lokasi. Sel isolasi berukuran 4 m X 4 m punya jendela kecil, tidak berdaun, beterali kuat dan dilapis kasa nyamuk, berukuran 50 X 50 cm, memandang ke halaman rumah tahanan. Karena dimaksudkan untuk tahanan politik, sel itu cukup baik untuk suatu sel isolasi. Ada bak kecil dan ada keran air (yang mengalir) dan ada kloset jongkok. Sehingga praktis, seperempat bagian lantai kamar itu tempat yang basah dan sisanya kering. Seluruhnya berlantai semen.Tapi bagian yang basah dan kering dipisahkan dengan batas lantai yang meninggi 10 cm. Sehingga air tidak bisa mengalir ke bagian kering kecuali jika kami baru mandi. Tidak ada tempat tidur, meja atau tikar. Yang disediakan justru gayung dan ember plastik. Pintunya tebal dari besi yang mempunyai lubang pengintip berterali dengan ukuran 30 cm X 30 cm dan dilapis kasa nyamuk. Di tembok ada 5 lubang ventilasi kecil-kecil berkasa nyamuk. Pada musim kemarau, ruangan itu agak panas tapi pada musim hujan dan pagi hari lumayan sejuk. Kami berdua sudah beberapa bulan ditahan di sel itu dan sejak mulai masuk tidak diizinkan berpakaian selembar benang pun. Jadi sepanjang hari kami bertelanjang bulat. Karena tidak diberi handuk, sesudah mandi kami juga harus mengeringkan badan dengan tangan dan udara saja. Setiap hari, dua kali kami dikeluarkan dari sel. Dengan pergelangan kaki dan tangan kami dipasangi borgol berantai kami digelandang ke kamar latihan bina-raga dan disuruh melatih otot-otot kami (dalam keadaan telanjang bulat). Panjang rantai diatur agar tetap membatasi gerakan kami tetapi masih memungkinkan kami menggunakan alat binaraga. Selalu ada 2 pengawal kekar bersenjata yang mengawasi kami. Mereka juga membawa cemeti. Jika petugas jaga kebetulan sadis maka selesai latihan, badan kami akan penuh bilur dihajar pecut sepanjang latihan binaraga, karena berbagai alasan yang dibuat-buat. Untungnya mereka tidak boleh mencambuki alat kelamin dan wajah kami. Tapi bagian badan lainnya boleh sesuka mereka. Setelah latihan kami diberi makan dan minum lalu digelandang lagi masuk sel. Jika ada luka bekas lecutan dengan senang hati penjaga mengoleskan alkohol atau yodium ke luka-luka kami. Sehingga kami kelojotan, menngeliat dan berdesis-desis seperti ular, karena kepedihan. Jika penjaganya iseng, kadang-kadang kami dipaksa untuk saling menghisap batang kemaluan kami masing-masing sampai terpancar air mani atau bahkan disuruh sodomi gantian. Kami tidak bisa menolak, karena kami masih sayang pada nyawa kami dan berharap suatu saat bisa bebas. Suatu kali kami pernah mencoba membangkang, rupanya pembangkangan kami dijadikan alasan untuk menghukum kami bukan hanya dengan siksaan sampai semaput tapi juga tidak memberi makan-minum kami selama 3 hari. Kami dilaporkan pada Provos telah :"Melawan penjaga". Makan malam didahului dengan sit up dan push up 200 kali. Setiap hari, untuk makan malam kami hanya diberi pisang dan air segelas. Demikianlah kegiatan kami sehari-hari. Seminggu sekali, kami "diperiksa" mengenai pelanggaran hukum militer yang dituduhkan kepada kami. Tapi biasanya tidak ditanya apa-apa. Selama pemeriksaan, kami hanya disiksa oleh para pemeriksa dengan bermacam-macam siksaan sampai babak belur, lalu disuruh menanda-tangani berita acara pemeriksaan tanpa boleh membacanya dulu. Kemudian luka akibat siksaan diobati sekedarnya. Sebagai tahanan militer kami merasa seperti tawanan perang yang hilang. Karena, keluarga kami juga tidak diberi tahu tentang keberadaan kami. Tapi kami berdua berusaha tetap tabah. Mungkin karena kami masih boleh berdua dalam sel dan ada kecocokan antara kami berdua. Teman satu selku orangnya tinggi besar, kekar, berotot. Dia lumayan ganteng dan ukuran batang kemaluannya cukup besar dan disunat, proporsional dengan tubuhnya yang besar. Rambut kemaluannya hitam lebat tapi rambut ketiaknya ringan saja dan hanya sedikit. Biseps, triseps, dan otot pahanya kekar dan menonjol. Otot dadanya juga sangat menonjol dengan dua puting susu yang berwarna ungu, jantan dan tampak kekar. Perutnya rata dan sangat berotot. Aku sendiri lebih kecil dari dia, tapi sebagai anggota pasukan elit yang terlatih fisik mental dan orang pilihan, tubuh dan wajahku lumayan. Latihan binaraga teratur yang dipaksakan rumah tahanan itu membuat badan kami bertambah kekar dan berotot. Sementara itu, walaupun makan yang diberikan kepada kami sederhana, dengan menu hampir sama tidak berubah dan rasanya juga sekedarnya saja tapi nilai gizinya tidak terlalu buruk. Mungkin itulah yang menyebabkan kami tetap survive walaupun sering dihajar dan disiksa dan harus terus menerus dalam keadaan telanjang bulat. Sementara itu, keberduaan kami dalam ketelanjangan, penyiksaan dan penderitaan telah menumbuhkan persahabatan dan kasih sayang yang tulus di antara kami. Jika dorongan seks salah satu dari kami telah memuncak, karena darurat, kami saling bantu melepaskan dan menyalurkan gairah syahwat itu. Kadang-kadang saling bantu mengocok (onani atau masturbasi), saling sodomi atau saling isap kemaluan. Semua kegiatan kami lakukan diam-diam pada malam hari, dimana sel gelap gulita karena lampu dipadamkan. Suatu hari teman sekamarku "diperiksa". Rupanya dia disiksa dengan penyengat listrik. Hampir semua bagian badannya disetrum, jarinya dijepit dengan sekrup penjepit. Lubang kemaluannya dimasuki logam. Walaupun tubuhnya tidak luka-luka, tapi fisiknya tidak kuat lagi, dia pingsan cukup lama dan kemudian demam tinggi. Dalam keadaan sempoyongan dia diseret ke dalam sel. Aku coba merawatnya dengan mengompres dengan air. Rupanya karena Komandan Rumah Tahanan takut temanku itu mati, ia disuruh berpakaian dan dibawa ke rumah sakit. Dalam perjalanan itulah dia berhasil kabur. Tapi malang beberapa hari kemudian dia tertangkap. Kembali dia dibawa ke sel kami. Tapi kali ini dia diborgol tangan dan kakinya (dan tentu ditelanjangi lagi) dan digantung dengan rantai dalam sel sepanjang hari. Jika biasanya dia harus binaraga dua kali sehari, kali ini dia disiksa dua kali sehari dalam sel. Sedihnya aku dipaksa harus turut menyiksa. Dia bukan hanya dihajar dengan pecut berujung paku sampai robek kulitnya tapi juga ditempeli besi membara. Aku dipaksa untuk terus menerus menyengatnya dengan alat penyetrum listrik : kemaluan, lubang pantat, ketiak, dan puting susunya sampai kejet-kejet. Di harus makan dari mulutku. Aku disuruh mengulum makanan atau minuman lalu disuruh memindahkan ke mulutnya. Jika ada yang tercecer, kontan kami berdua dihajar dengan lecutan cemeti. Sementara itu, semua alat penyiksa dibiarkan berada dalam sel. Sehingga jika temanku mati akibat siksaan, maka mereka dengan mudah menuduh aku yang membunuh teman se-sel itu! Karena fisiknya kuat, walaupun disiksa habis-habisan sebenarnya temanku itu jarang pingsan. Sekali-sekali, dia hanya pura-pura pingsan. Tapi karena itu justru dia harus merasakan seluruh penderitaan akibat siksaan itu. Hari ke-7 barulah oknum-oknum disitu bosan menyiksanya. Kebetulan setelah kejadian itu Komandan Rumah tahanan diganti. Penggantinya cukup baik dan memerintahkan segera memproses perkaraku. Vonisnya, aku dipecat dari dinas tentara, tapi segera dibebaskan karena sudah ditahan cukup lama. Tinggallah sobat-ku yang satu itu menderita sendirian di sel rumah tahanan Polisi Militer. Ketika berpisah, kami bertangisan dan berpelukan lama sekali. Apakah kami masih sempat berjumpa lagi. Entahlah!. Apakah temanku itu : gay, bisex, atau hanya homosex sementara karena darurat. Aku tidak perduli dan aku sayang padanya. Karena aku gay yang doyan S/M maka diam-diam aku sangat menikmati masa tahanan yang penuh siksaan, blowjob, kocokan dan sodomi itu. Darah yang mengalir dan keringat yang bercucuran dari tubuh temanku yang berotot dan telanjang bulat itu terasa teramat indah untuk dipandang!. Lecutan-lecutan cemeti dari para anggota PM yang sadis tapi bertubuh tinggi, ramping, gagah, berseragam rapi, atletis dan ganteng itu terasa sangat nikmat menghajar dan melecetkan kulitku. Itu menjadi kenangan manis yang tidak pernah aku lupakan! Sekarang aku bebas dan memulai hidup baru.

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

25 Gay Erotic Stories from Diemas Arief

A Military Medical Officer In Charge Of My Health

How could I resist such young and handsome medical officer? His lips were so tempting and his arms were so muscular so that I could not help not to explore more of the beauty of his body. Dr Setiawan adalah seorang dokter militer berpangkat Letnan Satu (Lettu) yang ditempatkan di Poliklinik dari Markas Kesatuan tempatku bertugas. Aku adalah seorang high ranking officer (perwira

A Service In Private For A Young Soccer Player

He is young, handsome, and has an aura that attracted men and women. He belongs to the best soccer player in the city and that is why I give him the best service in private. Ilham Jayakesuma adalah pemain sepak bola berbakat. Ia terpilih sebagai pemain sepakbola terbaik untuk kelasnya. Kemudaannya (18 tahun) dan ketampanannya membuat cewek-cewek dan cowok-cowok tertarik padanya.

Acara Senam Pagi

Di semua pendidikan militer, senam pagi merupakan acara rutin dan mungkin bukan acara istimewa. Tetapi waktu aku masih Calon Prajurit Taruna (Capratar) di suatu akademi militer (entah dimana, tak perlu dipermasalahkan!), senam pagi adalah acara yang istimewa (sadisnya!). Untuk Capratar senam pagi dimulai jam 05:00 pagi sampai jam 06:00. Hanya satu jam, tapi bisa merupakan peristiwa

Auction And Marketing Of Male Celebrities' Relics

To do business in male celebrities' relic auction and marketing is very profitable. Male celebrities relics are the very personal things originated from their bodies, such as pubic hairs, armpit hairs, sperm or urine. The most wanted one is, of course, the sperm. The buyer will have to pay for obtaining and having the sperm, by milking it from the celebrity's cock. Bisnis yang

Auction of Cadet-Slaves in the Military Academy

During the first three months, the cadets of the Military Academy have to serve as slaves for their instructors and the senior cadets. They were maltreated, tortured, and beaten up continously and must always be in nude during their time of slavehood. Perbudakan yang sesungguhnya terjadi di Akademi Militer pada masa Capratar (Calon Prajurit Taruna), yaitu 3 bulan pertama pada tahun

Corvee

Corvee mungkin mengandung pengertian seperti "kerja bakti". Karena pada waktu corvee biasanya yang dikerjakan adalah membersihkan gedung, lapangan, atau kendaraan. Istilah corvee biasa digunakan di lingkungan militer, termasuk pendidikan militer. Waktu aku masih jadi Kadet (Taruna) di akademi militer (tidak perlu kusebut di negara mana) corvee hanya diadakan pada 3 bulan pertama masa

First And Last Encounter With My Handsome Dony

He is great and straight, but he took the initiative to make love with me. Seperti halnya kaum militer lainnya, sebagai seorang anggota tentara aku secara sadar atau tidak sadar selalu menempatkan orang yang non-militer ("sipil") sebagai orang yang tidak setara denganku. Suatu sikap buruk yang masih melekat dalam otakku sampai sekarang. Dalam kesempatan tertentu dimana ada militer

Hidup Dalam Suasana Militer

Sejak kecil aku sudah punya kecerendungan sado-masochist dan bahkan homoseksual. Hal ini tentu aku sadari setelah aku dewasa. Menginjak masa remaja aku mulai sadar bahwa aku seorang homoseks yang menyukai sesama jenis. Setelah membaca berbagai buku aku makin tahu bahwa homoseksualitas ada yang permanen dan ada yang bersumber dari bawaan fisik (genetik) yang tak mungkin diubah lagi.

Hukuman Untuk Desertir

Walaupun aku senang jadi tentara, tetapi kadang-kadang muncul bosanku pada kehidupan yang monoton itu. Aku senang tantangan dan perubahan, apalagi aku masih muda, 24 tahun dan hanya berpangkat bintara (di angkatan mana dan negara mana tak perlu kusebut). Kebetulan aku bertugas di suatu kesatuan tempur yang tergolong elit. Semua serba disiplin, serba militer dan serba jantan. Sebagai

Kerja Bakti Sabtu Minggu

Bukan rahasia lagi bahwa tahun pertama pendidikan di akademi militer merupakan tahun terberat bagi para Kadet (Taruna). Tidak perlu aku sebut akademi militer ini terletak di negara mana. Tetapi di negara mana pun, tahun pertama bagi para Kadet akademi militer merupakan masa-masa penuh siksaan. Di Amerika Serikat, hal ini pernah dipersoalkan oleh suatu majalah terkenal. Tapi rupanya

Keterampilan Seorang Pelatih

Setamatnya dari akademi militer (tidak perlu kusebut di negara mana aku berada) aku mendaftar menjadi pelatih di almamater-ku. Menurut beberapa teman, menjadi pelatih di akademi tidak akan menambah wawasan dan pengalaman dalam karir militer. Tapi aku tidak peduli. Aku masih enggan meninggalkan suasana yang begitu tertib, rapi, dan sangat kelaki-lakian di pendidikan militer. Seingatku,

Komandan Yang Hebat

Sebagian dari karir militerku kuhabiskan di suatu kesatuan elit (tak perlu kusebutkan di angkatan mana atau di negara mana). Dengan kualifikasi komando sudah pasti anggota kesatuanku waktu itu adalah orang-orang pilihan dan laki-laki semua. Apakah semua anggotanya lelaki hetero, ataukah ada yang biseksual atau homoseksual aku tidak tahu. Yang pasti rata-rata wajah mereka terkesan tampan

Memilih Pembentuk

Apa yang aku alami selama aku jadi Taruna seakan masih segar dalam ingatanku. Di suatu negara (tak perlu aku sebut namanya)pendidikan untuk calon perwira militer dilaksanakan di suatu institusi yang disebut akademi militer selama 3 tahun. Seperti halnya di seluruh dunia, siswa akademi militer disebut Kadet atau Taruna. Sebelum jadi Kadet atau Taruna-Penuh biasanya ada masa persiapan

My Two Young Officers

As a high ranking military officer I was entitled to an aide de camps and a medical officer. Both are so young, handsome and muscular that I could not help not to taste them. Aku adalah seorang pejabat militer penting di suatu negara tertentu. Walaupun sejak lahir aku sudah tercipta sebagai homoseks murni tetapi aku bersyukur bahwa aku adalah tamatan Akademi Militer terkenal di

Passage To Manhood For Jeremy

Jeremy is handsome but shy. Some works need to be done to improve his appearance. So, we plan to do some work to make him looks better. We will also make him circumcised without anesthetics, so that he will experience well the passage to manhood! Jeremy Tetty orangnya ganteng dan berkumis (Ada ribuan "Jeremy Tetty", jadi jangan coba-coba menghubungkan Jeremy Tetty sahabat kami ini

Pedihnya Lecutan Cemeti

Aku besar dalam keluarga baik-baik dan orang tuaku tahu mendidik. Orang tuaku menanamkan disiplin dan taat peraturan tetapi tak pernah menggunakan kekerasan. Anehnya sejak masih berumur 5 tahun aku sudah gemar menikmati sado-masochisme. Dalam umur sekecil itu aku sudah bermimpi salah seorang teman sekolah di taman kanak-kanak dianiaya orang -dan aku menikmatinya. Pada usia sekolah dasar

Pelatih Senam dan Binaraga

Di samping Pelatih tetap yang organik militer seperti aku, di akademi militer, juga ada pelatih tamu. Pelatih tamu atau Pelatih luar biasa (seperti dosen luar biasa di pendidikan sipil) biasanya direkrut karena ia ahli dan berpengalaman di bidangnya atau memang belum ada Pelatih militer yang mempunyai kualifikasi Pelatih di bidang tersebut. Salah satu bagian penting dari pembentukan

Pelayanan di Klinik Akademi

Pendidikan terhadap Kadet (Taruna) di akademi militer (di negara Antah Berantah) berorientasi kepada pendidikan militer Sparta, suatu negara di zaman Yunani Kuno yang terkenal kuat tentaranya dan mempraktekkan cara-cara kejam dalam pendidikan bagi warganegara laki-laki, yang semuanya harus jadi tentara! Di akademi militer, para Kadet(Taruna) dibentuk jadi Perwira yang tanggap, tanggon

Pendidikan Khusus Untuk Penjambret

Waktu aku masih berpangkat perwira pertama (perwira pertama adalah dari letnan sampai kapten) aku pernah mendapat tugas khusus untuk membantu mengatasi masalah penjambretan yang sedang merajalela di suatu kota (tak perlu aku sebut di negara mana). Dalam penugasan itu aku dijadikan pelatih Pendidikan Khusus Untuk Penjambret. Memang waktu itu penjambretan di berbagai kota besar merajalela.

Seleksi Calon Pelatih

Sejak awal masuk akademi militer aku sudah bercita-cita jadi Pelatih (Tidak perlu kusebut aku berada di negara mana. Mungkin di negara Antah-Berantah!).Betapa aku tidak terpikat, para Pelatih di akademi militer itu bagaikan raja dan boleh berbuat apa saja kepada para Kadet (Taruna). Persis seperti Tuan kepada Budaknya. Apalagi aku seorang gay yang doyan sekali S/M!. Itulah sebabnya,

Tahanan Yang Melarikan Diri

Waktu aku jadi tahanan militer atau tahanan polisi militer, aku ditempatkan di sel isolasi. Aku sendiri tidak tahu alasannya. Karena aku merasa tidak melakukan pelanggaran berat seperti pembunuhan atau makar. Aku hanya desersi. Lebih aneh lagi, walaupun namanya sel isolasi tapi aku ditempatkan berdua bersama tahanan lain. Belakangan aku tahu bahwa kami ditempatkan di sel isolasi

Teman di seminar

Aku kenal Mas Errwynn di suatu rapat dinas antar instansi. Rapat seperti itu disebut rapat lintas sektor, karena melibatkan berbagai instansi pemerintah. Mas Errwynn adalah pejabat tinggi di salah satu instansi pemerintah (tidak perlu kubilang di negara apa). Kami menjadi sering jumpa karena kebetulan ada tim koordinasi lintas sektor yang dibentuk untuk suatu urusan. Mas Errwynn dan

The Day Our Handsome Instructor Jumped My Bones

Lieutenant Jason was one of our favourite instructor. He was also the most handsome and intelligent instructor. Almost all cadets admired him. How come that one day he sexually assaulted me? Waktu itu pangkatnya Letnan Satu dan namanya mirip nama asing : Jason dan dibaca "Jeisen". Orangnya tinggi putih, tampan dan atletis. Dia juga kejam dan sadis tetapi tindakannya "terarah" dan

Tugas Tambahan Bagi Taruna

Menceritakan pengalaman semasa jadi Kadet (Taruna) di akademi militer bagaikan tak habis-habisnya (tak perlu kusebut akademi milter apa dan di negara mana!). Karena itu sayang sekali jika pengalaman-pengalaman menarik ini tidak kutulis atau kuceritakan. Salah satu pengalaman menarik adalah pengalaman melakukan kegiatan ekstra-kurikuler. Pengalaman yang "luar biasa" terutama kualami pada

When Dony Decided To Go Around Naked

I was so proud when Dony did not hesitate to take off all his cover in my presence and started ti go around naked. It meant that he believed that I was straight! Waktu cerita ini terjadi, aku belum lama kenal Dony.Ia tetangga dekat. Kira-kira 3 rumah dari rumahku. Rumahnya cukup besar, walaupun dari depan kelihatan tidak berbeda dengan rumah tetangga. Kami berkenalan ketika

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story