Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pengantar Pizza

by Valentino


Pada malam hari yang panas itu Deni sedang nonton acara RCTI yang paling digemarinya yaitu Seputar Indonesia pada pukul 6.30 malam. Deni adalah seorang pemain bulutangkis di kota Bandung. Selain berwajah tampan, Deni juga memiliki bentuk tubuh yang atletis. Deni rajin melakukan olahraga untuk membentuk tubuhnya agar selalu tampak indah dan keras. Tiba2 saja terdengar bunyi bel pintu. Saat dibukanya pintu depan, Deni menyadari bahwa pesanan pizza yang tadi diordernya lewat telepon benar2 diantarkan. Sang pengantar yang rupanya sedikit kehujanan terlihat agak mengigil. Deni yang memang saat itu sedang sendirian di rumah karena kedua orangtua nya sedang ke luar kota, lalu mempersilahkan sang pemuda pengantar pizza itu masuk untuk menghangatkan badan. Deni menanyakan kenapa sang pengantar, yang kemudian diketahuinya bernama Dharma, begitu basah. Dharma menerangkan bahwa mobilnya mengalami kerusakan di jalan sehingga dia harus naik angkutan umum dan berjalan memasuki komplek perumahan dimana Deni tinggal untuk mengantarkan pesanan ini. Deni menawarkan untuk mengeringkan baju sang pemuda itu karena hujan semakin deras di luar sana. Dharma yang juga menyadari hal itu lalu mengiyakan tawaran sang tuan rumah yang simpatik. Deni lalu menyuruh Dharma melepaskan T-shirtnya dan mengeringkannya ke drier yang ada di belakang. Karena saat itu memang sedang sepi, Dharma mengiyakan ajakan Deni tanpa berpikir panjang lagi. Dharma kemudian meletakkan pizza yang dibawanya ke meja tamu dan dia mulai melepaskan T-shirtnya yang basah. Karena Dharma cukup lama berada di luar dan kena hujan, kondisinya yang mengigil membuatnya agak susah untuk menggerakkan tangannya untuk melepas T-shirtnya. Deni lalu menawarkan untuk membantunya. Dharmapun tanpa pikir panjang mengiyakan. Denipun lalu berusaha membantunya. Tangan Deni yang kekar itu lalu melingkar ke perut Dharma dan berusaha mengangkat bagian bawah T-shirt ke atas. Dikarenakan dekatnya badan kedua pemuda itu, seakan Deni sedang merangkul Dharma, dan Dharmapun diam saja. Dengan cepat Dharma telah bertelanjang dada. Deni yang begitu selesai melepaskan penutup tubuh Dharma langsung tertegun melihat bentuk badan Dharma yang begitu sempurna, atletis dan padat berisi itu. Putingnya yang sudah mengeras itu dikelilingi oleh beberapa helai rambut halus. Juga bagian dadanya yang bidang dan lebar itu ditumbuhi rambut rambut halus yang basah terus menyambung ke bagian perutnya dan ke bawah lagi terlihat bentuk perut Dharma yang rata dan keras. Dharma yang keturunan Arab itu juga memiliki wajah tampan, dengan hidung mancung dan rahang keras. Matanya yang tajam dengan alis tebal menatap Deni sesaat, seakan memprotes kenapa dibiarkan tubuhnya kedinginan tanpa ditutupi sesuatu. Deni yang seakan menyadari hal itu lalu dengan segera membawa T-shirt Dharma ke belakang untuk dikeringkan dan sekalian mengambil handuk kering untuk menyelimuti badan Dharma. Saat Deni menyelimuti Dharma dengan handuk itu, badan Dharma yang kedinginan itu bersentuhan dengan badannya. Terjadilah transfer panas dari tubuh Deni ke tubuh Dharma. Dan hal ini membuat Dharma semakin melekatkan badannya ke Deni supaya memperoleh kehangatan lebih banyak. Denipun yang sedari pertama melihat Dharma, juga merasa keenakan dipeluk oleh seorang pemuda tampan yang atletis ini. "Dharma, gimana sekarang, apakah sudah lebih baikan ?" tanya Deni setengah berbisik ke telinga Dharma. "Yah..mendingan sih...tapi celana saya masih basah juga, bisa nggak tolong dilepas juga?" pinta Dharma. Deni tanpa pikir panjang lalu mulai mengarahkan tangannya ke retsluiting celana Dharma. Dengan cekatan Deni mulai membuka celana Dharma dan melepaskan celana jeans ukuran 30 itu dari pemiliknya, meninggalkan celana dalam yang juga basah. Deni yang sedang jongkok, tak membuang kesempatan melihat dari dekat bentuk bagian yang tersembunyi di balik celana dalam Dharma yang berwarna biru muda tipis itu. Tonjolan yang begitu besar dan ditumbuhi penuh bulu2 disekitarnya, telah membuat Deni sesak napas sesaat, tertegun. "Dharma, celana dalam kamu juga basah, perlu di keringkan juga ?" kilah Deni untuk menutupi keterkejutannya itu. Dharma hanya menganggukan kepalanya tanda menyetujui usul Deni. Denipun langsung melepas celana dalam Dharma itu, dan langsung benda yang tadinya tersembunyi di balik celana itu, langsung muncul dan tergantung persis di depan wajah Deni. Dharma yang menyadari hal itu langsung menutupinya dengan kedua belah telapak tangannya, "maaf Mas," ujarnya. Denipun mengiyakan, meskipun dalam hatinya kecewa, lalu menawarkan segelas kopi panas ke Dharma. Dharma yang sudah agak mendingan lalu melepas handuk yang menyelimuti badannya dan memindahkannya ke perutnya, sambil duduk untuk menikmati kopi panas buatan Deni. Denipun sudah agak santai dibandingkan pertama kalinya melihat bentuk badan Dharma. Keduanya terdiam saling menikmati kopi dan tidak tahu harus memulai pembicaraan apa pada kondisi seperti ini. Dharma pun lalu mencoba melihat2 lihat majalah di atas meja, dan mengambil salah satunya. Ternyata Deni yang kelupaan menyimpan majalah Play Girl edisi terbaru itu, terkejut saat Dharma membukanya. Dharma rupanya tidak begitu terkejut melihat hal ini. Deni semakin yakin bahwa Dharma adalah seorang gay seperti dirinya. Tapi Deni masih menunggu reaksi lebih lanjut dari Dharma. Deni lalu mencoba melihat tonjolan di balik handuk Dharma, dan mendapatkan bahwa tonjolan itu semakin membesar dibandingkan beberapa menit sebelumnya. Denipun juga merasakan hal yang sama. Kontolnya juga sudah mengeras sedari tadi. Karena perhatiannya hanya tertuju ke arah kontol Dharma, Deni tanpa sengaja menyenggol gelas kopinya dan menumpahkan isinya ke celana pendek yang dipakainya. "Auhhhhhh, panassss!!'" pekik Deni, membuat Dharma secara spontan berusaha membantu dengan melepas celana Deni. Rupanya Deni yang tak memakai celana dalam itu telah mengeras kontolnya saat Dharma menarik celana dalamnya. Bersamaan itu pula handuk yang dikenakan Dharma terlepas karena tersangkut pegangan kursi. Dharma dengan cepat mengambil handuk itu dan membelitkan ke perutnya lagi, lalu segera membantu Deni melap pahanya yang basah oleh kopi panas itu. Karena tumpahan kopi yang lumayan banyak, Deni lalu berusaha membuka celana pendeknya untuk diganti dengan celana lain yang kering. Rupanya Deni lupa kalau kontolnya lagi mengeras. Begitu celana pendek itu terbuka, batang berwarna kecoklatan penuh dengan otot dan berbulu lebat itu langsung nongol. Dharma tertegun sejenak, lalu memandang Deni dengan pandangan yang lain. Denipun juga menyadari hal itu. Dharma lalu melepat lilitan handuknya dan membiarkan kontolnya yang 8 inch itu mencuat dengan gagahnya. Keduanya saling memandang kontol lawan dan tanpa pikir panjang lagi mereka saling memeluk dan berciuman dengan eratnya. Dharma yang memiliki tubuh atletis itu langsung saja berusaha membuka kaos singlet Deni dan dalam tempo singkat keduanya telah telanjang bulat saling berpelukan dan berciuman. Lidah keduanya saling menjelajahi mulut lawan dan tangan merekapun tak ketinggalan meremas apa saja yang ditemuinya. "Ahhhhh...yeahhh.....mmmpppphhhhhhh....sssssshhhhhh" desah Deni sambil meremas pantat Dharma yang bulat dan kenyal itu. Dharmapun tak mau ketinggalan dengan menyedot nyedot lidah Deni dan meremas kontol Deni yang telah mengeras 7 inch itu, sedangkan tangan satunya sibuk menggeitik buah pelernya. Deni yang keenakan lalu merintih rintih. Dharma yang seakan mendapatkan mangsa empuk terus saja memompa nafsu birahi Deni untuk mencapai puncaknya. Deni lalu mengajak Dharma pindah ke kamarnya. Mereka dengan tetap berangkulan lalu melangkah ke dalam kamar Deni yang hangat. Lampu kamar yang agak redup membuat nafsu mereka seakan terbakar lebih panas lagi. Deni langsung mendorong tubuh telanjang Dharma ke atas kasurnya dan menindihnya. Ciuman Deni yang membara telah menjelajah leher dan dada bidang Dharma. Jilatan lidah Deni ke puting dan pusar Dharma telah membuat Dharma menggeliat geliat bak cacing kepanasan. Tangan dan lidah Dharmapun juga tak kalah liarnya meremas dan menjilati apa saja yang ditemuinya. Deni mulai turun ke bagian bawah tubuh Dharma, ke bagian paling sensitif dari tubuh lelaki. Kontol Dharma yang mengeras itu mulai dijilatinya, dikulum dan di sedot-sedot, yang menimbulkan rintihan sang pemiliknya. Seluruh batang 8" itu dikulumnya sampai ke tenggorokannya. Deni dengan lincahnya mengeluar masukkan kontol itu ke dalam mulutnya, sambil tangannya menggelitik buah peler Dharma. "Den.......ougghhh...yeahhhh......nikmattt sekaliiii...teruskan.....oohh," rintih Dharma memelas. Deni tak menghiraukan rintihan itu. Bagi dirinya justru rintihan itu membuat nafsunya kian memuncak. Setelah kurang lebih 5 menit berlalu, Dharma lalu berusaha menggapai kontol Deni. Deni yang menyadari hal itu lalu memindahkan pantatnya mendekati wajah Dharma. Permainan 69pun berlangsung. Dharma juga dengan rakusnya mengulum kontol Deni dan meremas2 buah pantat Deni yang padat dan kenyal itu. Bau rambut di pangkal batang kontol Deni yang harum, membuat Dharma makin liar. Tiba2 saja Dharma mengejang, tusukan kontolnya ke dalam mulut Deni makin dipercepat. Deni menyadari bahwa Dharma akan mencapai klimaksnya, juga memompa kontolnya makin cepat ke dalam mulut Dharma. "Ahhh,,, enakkkkkk...Dennn aku mo keluarrrrr.........aaahhhhh....sssssss, jerit Dharma. Denipun merintih" aku juga .......mau keluar....aahhhhhhhh." Gerakan pantat Dharma dan Deni yang semakin menggila itu membuat ranjang spring bed seakan terkena gempa bumi. Bunyi per yang berderit derit tak mereka hiraukan. "Dennnnnnn....keluarrrrrr......" jerit Dharma sambil membenamkan seluruh batang kontolnya ke dalam mulut Deni sambil menyemprotkan cairan putih kental yang banyak sekali. Denipun mencapai klimaksnya dengan semprotan cairan putih kental yang tak kalah banyaknya ke dalam mulut Dharma. Begitu banyaknya cairna itu membuat sebagian meleleh keluar dari mulut masing2. Baim Dharma maupun Deni menelan semua cairan kenikmatan itu. Tanpa ada sisa sedikitpun. Suasana yang tadinya penuh rintihan dan jeritan, kini berubah menjadi tenang, hanya nafas memburu yang masih terdengar. Mereka telah kehabisan tenaga. Di luar masih terdengar hujan derasnya, membuat mereka semakin malas untuk bergerak. Dharma lalu memindahkan posisi tubuhnya dan memeluk tubuh Deni. Mereka berpelukan.........membiarkan pizza yang hangat menjadi dingin. comment ke valentino@codec.ro

###

6 Gay Erotic Stories from Valentino

Ali, Sang Pemijat

Sabtu sore itu hujan rintik-rintik membuat diriku malas keluar rumah. Mana di rumah aku sendirian lagi, orang tuaku pada keluar kota bersama dengan kakakku, sampai hari Minggu malam baru balik. Aku tak tahu mau berbuat apa sore ini. Aku lalu berusaha untuk menyibukkan diri dengan mencari-cari bacaan yang ada. Malam mulai menyelimuti dan diriku semakin sendiri rasanya. Tanpa

Ali, Sang Pemijat.

Sabtu sore itu hujan rintik-rintik membuat diriku malas keluar rumah. Mana di rumah aku sendirian lagi, orang tuaku pada keluar kota bersama dengan kakakku, sampai hari Minggu malam baru balik. Aku tak tahu mau berbuat apa sore ini. Aku lalu berusaha untuk menyibukkan diri dengan mencari-cari bacaan yang ada. Malam mulai menyelimuti dan diriku semakin sendiri rasanya. Tanpa

Pengantar Pizza

Pada malam hari yang panas itu Deni sedang nonton acara RCTI yang paling digemarinya yaitu Seputar Indonesia pada pukul 6.30 malam. Deni adalah seorang pemain bulutangkis di kota Bandung. Selain berwajah tampan, Deni juga memiliki bentuk tubuh yang atletis. Deni rajin melakukan olahraga untuk membentuk tubuhnya agar selalu tampak indah dan keras. Tiba2 saja terdengar bunyi bel

Pertemuan di Fitness Centre, Part 1

"Tidakkah kau lihat cowok model keren pada halaman 10 di majalah Fitness ini ? Yeah, yang sedang memakai celana renang bikini ketat itu. Aku mengenalnya SANGAT baik sampai sekarang........sebentar, aku punya fotonya di dompetku. Benar.....inilah dia sang model itu sedang bersamaku di bath tub di suatu hotel di Bandung, kurang lebih dua bulan yang lalu. Akan kuceritakan

Pertemuan di Fitness Centre, Part 2

Budi setelah memarkir sedannya di garasi lalu menarik lenganku ke ruangan tengah dan langsung menciumiku. Aku yang belum terbiasa melakukannya di tempat terbuka agak kaget juga." Bud..Bud, sabar...ntar ketauan orang lho....."ujarku. Budi cuma tersenyum dan bilang " Her..ini rumah gue sendiri, dan gue cuman tinggak sendiri di sini...nggak ada orang lain selain pembantu doang". Sambil

Teman

Agus adalah seorang karyawan di perusahaan konstruksi yang berkantor di lantai 7 Gedung BRI II di bilangan Jalan Sudirman. Sebagai seorang manager bagian pembelian, Agus dikenal cukup sibuk dan selalu pulang larut malam tiap harinya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Meskipun dia memiliki posisi manager, tetapi Agus dikenal sangat ramah dan santun kepada semua bawahannya.

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story