Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Pengakuan Seorang Pemerkosa, Part 1

by Bambang


Saya tinggal di pinggir kali di sebuah kawasan kumuh di Jakarta Barat. Kali itu adalah batas antara kawasan saya yang kumuh dan sebuah perumahan elite. Kami tiap hari melihat mobil-mobil mewah lalu-lalang di jalan seberang, masuk-keluar rumah-rumah yang mewah bagaikan istana itu. Hari Rabu malam (tgl.13 Mei - red) terasa ada sesuatu yang tidak lazim di lingkungan sekitar kami. Jalan-jalan menjadi lebih sepi dari biasanya. Rumah-rumah gedong di seberang kali itu tertutup rapat, dan tidak seperti biasanya, tidak ada orang keluar masuk. Kemudian kami dengar desas-desus bahwa ada banyak mahasiswa yang ditembak mati oleh tentara, dan kerusuhan sudah pecah di Grogol. Keesokan harinya, kami pergi 'melihat-lihat' di pusat pertokoan terdekat. Melihat banyak orang menjarah, kami pun ikut-ikutan mengambil barang dari supermarket. Saya sendiri cuma mendapat beberapa batang coklat dan pakaian bayi, semuanya saya berikan ke tetangga yang punya anak kecil. Pada saat menjarah, kami melihat bahwa para pemilik toko itu sangat ketakutan, dan tampaknya kami bisa melakukan apa saja tanpa ada risiko ditangkap dan dipukuli polisi. Dalam perjalanan pulang, kami (bertujuh) di belokan gang berpapasan dengan dua cowok berseragam SMA, satu tinggi kurus dan satu lagi pendek. Mereka berusaha lari menjauhi kami. Iseng-iseng sambil bercanda, si Karim (salah satu dari kami, yang paling kocak) membentak mereka menyuruh berhenti. Kami sendiri tidak menduga akibat bentakan Karim: kedua cowok itu terhenti langkahnya, kaku bagaikan patung. Ketika kami mendekat, salah satu cowok itu langsung berlutut, memohon belas kasihan. Melihat itu, temannya pun langsung ikut berlutut, menyembah-nyembah. Kami pun mula-mula cuma bisa melongo, berpandang-pandangan, tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi melihat adanya kesempatan, naluri binatang kami mulai merasuk. Si Soni (yang tampangnya paling sangar) langsung membuka ritsleting celananya, mengeluarkan penisnya dan memerintahkan kedua cowok itu untuk mengisapnya. Keduanya ragu-ragu, tetapi langsung ditempelengi bertubi-tubi. Soni kemudian menjambak rambut si Jangkung dan menyodorkan penisnya ke mulutnya. Dia menganga begitu saja, tidak tahu penis itu harus diapakan. Akhirnya Soni mendorong penisnya keluar masuk mulutnya dengan menjambak rambutnya. Dia muntah, tetapi Soni tetap dengan iramanya. Ia kemudian berpaling ke Si Pendek yang dari tadi bengong melihat temannya diperlakukan begitu. Karena sudah melihat contoh, dia langsung membuka mulutnya dan membiarkan Soni menikmati mulut dan tenggorokannya. Melihat itu, kami pun ikut bergabung, ramai-ramai membuka celana, mengelilingi mereka berdua. Mereka kami suruh mengisap penis kami bergantian, berkeliling lingkaran. Setiap ada perintah, mereka pindah ke orang yang berikutnya, begitu terus sampai sekitar 10 menit. Si Jakaria yang mulai mendapat ide, berkata kepada kami: 'Stop dulu, lihat sini!' Si Pendek yang sedang berlutut di depannya mengisap penisnya disuruhnya berhenti, dan diperintahkannya membuka mulutnya lebar-lebar. Dia berdiri di depannya, penisnya sejengkal dari mulut sang cowok. Jakaria diam sejenak, menarik napas, membuat kami yang lain bingung apa yang ada di pikirannya. Tiba-tiba dia kencing ke dalam mulut si, si Pendek langsung menutup mulutnya dan berusaha meludahkan kencing yang sudah terlanjur masuk ke mulutnya. Jakaria langsung menempelengnya dan menutup lobang hidungnya sambil mengancam: "Kalau sampai ada kencing gua yang tumpah, gua hajar lu sampai mampus". Ditutup hidungnya, secara refleks si Pendek membuka mulutnya, dan Jakaria kemudian melanjutkan kencingnya yang terputus. Si Pendek pun akhirnya menenggak kencing Jakaria yang datang tak putus-putus. Sebelum kencingnya habis, Jakaria berhenti dan memerintahkan si Jangkung untuk mendekat. "Lu juga, kalau tumpah, awas!" Kali ini dia memasukkan seluruh penisnya ke dalam mulut si Jangkung, dan langsung kencing ke dalam tenggorokannya. Si Jangkung berusaha mati- matian menelan semua air seni itu, tetapi sempat juga tersedak. Sebagian kencing keluar dari lubang hidungnya, sambil terbatuk-batuk. Kami sangat terangsang melihat ulah Jakaria, dan mengikuti perbuatannya. Satu persatu kami kencing ke dalam mulut si Jangkung dan si Pendek, semuanya habis ditelan mereka. Sesudah itu mereka kembali mengisap berkeliling dalam lingkaran. Sampai saat itu mereka berdua masih berpakaian lengkap, jadi saya perintahkan mereka untuk membuka pakaiannya sendiri tetapi tidak boleh berhenti mengisap. Perlawanan mereka sudah patah, keduanya tidak berani lagi membantah perintah kami. Dalam waktu beberapa menit, keduanya sudah telanjang bulat Penis keduanya tidak bersunat, tampak tergantung lunglai. Ukurannya kecil menurutku, dibandingkan penisku walaupun sedang tidur. Jakaria memegang kontol si Jangkung dan mengocoknya. Lambat laun penis si Jangkung berdiri tegang juga. Si Soni tak mau ketinggalan, si Pendek juga diloco penisnya sampai ngaceng. Lalu kedua cowok ditelentangkan berdampingan di atas lantai emperan toko. Soni duduk di perut si Pendek sambil mengumpulkan dahak dan ludah di dalam mulutnya. Ketika mulutnya sudah penuh, ibukanya mulut si Pendek dengan paksa, dan diludahkannya semua lendir itu ke dalam mulut si Pendek, lalu dibentaknya: "Telan semua!" Si Pendek yang sangat ketakutan tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti perintah Soni. Jakaria pun tidak ketinggalan, langsung berbuat hal yang sama terhadap si Jangkung. Terus terang, kami sangat terangsang dengan tontonan ini, dan tidak tahan untuk tidak ikut meludahkan dahak ke dalam mulut mereka berdua. Atas isyarat Soni, kami pun bergantian duduk di dada kedua cowok itu, menyodorkan penis kami untuk diisap. Setelah beberapa menit, Jakaria dan Soni berganti posisi. Soni kini memperkosa mulut si Jangkung, dan Jakaria kebagian si Pendek. Kedua cowok itu sama sekali tidak berusaha lagi untuk melepaskan diri. Mereka tetap mengikuti perintah-perintah untuk membuka mulut lebih lebar untuk diludahi atau mengisap penis lebih kuat. BERSAMBUNG (bambang_p@hotmail.com)

###

2 Gay Erotic Stories from Bambang

Pengakuan Seorang Pemerkosa, Part 1

Saya tinggal di pinggir kali di sebuah kawasan kumuh di Jakarta Barat. Kali itu adalah batas antara kawasan saya yang kumuh dan sebuah perumahan elite. Kami tiap hari melihat mobil-mobil mewah lalu-lalang di jalan seberang, masuk-keluar rumah-rumah yang mewah bagaikan istana itu. Hari Rabu malam (tgl.13 Mei - red) terasa ada sesuatu yang tidak lazim di lingkungan sekitar

Pengakuan Seorang Pemerkosa, Part 2

PENGAKUAN SEORANG PEMERKOSA - I Jakaria muncul ide barunya, katanya: "Gua belum pernah ngerasain lubang pantat cowok." Saya pikir apa-apaan mau menjilat lubang pantat orang, Tapi ternyata saya salah tanggap. Diangkatnya kaki dan pinggul si Pendek kemudian diludahkannya dahak ke lubang pantatnya. Kemudian dimasukkannya jari telunjuknya ke dalam lubang pantat si Pendek sampai

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story