Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Desa Tercinta, Desa Terlarang

by Truman


Liburan smester lalu Idham ingin sekali pergi ke desa orangtuanya. Ia ingin menghirup udara segar, menghilangkan stres yang menghimpitnya selama ini.Ia belum pernah ke desa orangtuanya itu, meski neneknya masih menetap disana. Hal itu pula yang membuat keinginannya untuk pergi ke desa begitu menggebu-gebu. "Kangen sama nenek," katanya saat ditanya Papinya. Bis yang ditumpangi Idham berhenti 100 meter di depan jalan ke rumah neneknya di desa S. Ia berjalan perlahan sambil memegang secarik kertas berisi alamat neneknya. Ia tampak celingukan. T-shirt dan jeans ketat yang menyembulkan kontolnya yang berukuran besar itu tampak lusuh. Tapi itu tidak menghilangkan ketampanannya. Bulu-bulu halus yang tidak dicukur di sekitar wajahnya yang putih dan tampan itu menimbulkan warna biru kehijauan. Berkesan jantan. Tubuhnya yang tinggi besar membuatnya tampak sempurna meski kelelahan menggelayut. Tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang laki-laki hampir sebayanya. Tingginya sekitar 180cm dan posturnya tegap. "Maaf, mas. Mau tanya, rumah Bu Karto di sebelah mana ya?"tanya Idham pelan." Rumah Bu Karto, adik siapa?" "Saya cucunya, Idham. Saya bermaksud ingin liburan beberapa hari disini." "Idham, kamu Idham? Waduh, kamu belum kenal paman, khan. Aku pamanmu, Bambang. Aku adik bungsu ayahmu. Ayo, paman bawakan tasmu. Nenekmu pasti senang kamu mau berkunjung kemari." Bambang langsung mengambil tas Idham. Wangi tubuh Bambang yang maskulin khas menerpa Idham. Sesaat Idham terdiam. Ia memang pernah diceritakan oleh papinya bahwa ia punya paman yang usianyahampir sebaya, yag sejak kecil sudah ikut adiknya nenek. Tapi Idham tak menyangka bahwa pamannya itu gagah dan tampan. Darahnya berdesir. "Ah.....ayo....cepat....Rumah kita sudah tidak jauh, koq. Ayo...." Idham mengikuti langkah kakinya. Dipandangi tubuh pamannya dari belakang. Pantatnya yang kencang terbalut celana ketat membuat jakun Idham naik turun. Idham sampai di rumah nenek dan mengobrol sana-sini. Tak terasa senja pun tiba. "Ham, kamu belum mandi, khan? Baunya sudah kemana-mana. Ayo mandi dulu. Paman ajak mandi ke kali. Kamu pasti belum pernah mandi di kali." Idham tersenyum tipis. "Kaalau mandi di kali kamu harus pakai sarung. Sebentar paman ambilkan punya paman. Paman juga mau ganti." Darah Idham semakin bergolak. dadanya berdetak kencang. Tak lama kemudian Bambang keluar dari kamar bertelanjang dada dan bersarung. Dadanya ditumbuhi rambut, semakin kebawah semakin lebat. Chaya lamou membuat bayangan dibalik sarungnya. Bayangan itu membuat Idham ingin melakukan sesuatu yang terlarang. Kain sarung itu melayang kesana-kemari. Terlihat jelas kontol pamannya itu. Besar dan panjang. Kali tempat mandinyaagak tertutup oleh pohon-pohon yang tinggi. Bambang dengan santai menceburkan dirinya, Idham yang tidak terbiasa tampak kikuk. Ia masih memperhatikan pamannya menggosok tubuh. Kain sarung putih yang telah basah itu membuat kontol dibaliknya terlihat lebih jelas. Bambang mengangkat sarungnya sampai ke paha dan ia mulai menggosoki kakinya yang penuh bulu itu. Idham merasa ada yang "naik" di bagian bawahnya. Dengan malu ia melepas t-shirt dan jeansnya. Celana dalamnya ternyata sudah tak mampu menampung kontolnya yang mengacung itu. kepala kontolnya yang berwarna merah tua tampak menyembul. Ia langsung menceburkan dirinya ke kali. sekilas ia melihat pamannya tengah memperhatikannya. Ia semakin slah tingkah.Bambang tersenyum lalu berkata, "Kontol kamu gede banget, Ham. Kamu lagi ngaceng ya? Idham tidak menjawab. Ia pura-pura tidak mendengar. Tubuhnya langsung digosok dengan sabun. Bambang mendekatinya. Kontol Idham pun semakin menegang. Tiba-tiba Bambang membka sarungnya dan telanjang. Kontolnya pun besar dan panjang. Kira-kira 18 cm. Idham melihat ke arah kontol Bambang dan ternyata kontol pamannya itu telah mengacung tegak. Idham sudah tak dapat lagi mengatur nafasnya. Dengusannya terdengar jelas. Bambang menempelkan kontolnya ke paha Idham. Tak ada seorang pun melihat itu. Hanya kicau burung dan suara kecipak air yang menjadi saksi. Idham sudah tak tahan lagi. Ia langsu ng berjongkok sambil membuka CD-nya. Kontolnya sangat panjang, sedikit miring ke kiri, tetapi tetap indah untuk diliat. Bamabng pun tampak tak sabar. Diacungkannya kontolnya dihadapan Idham. Idham pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Lngsung saja kepala kontol Bambang dimasukkan kedalam mulut dan dihisapnya dalam-dalam. Bambang mendesah keras. Kedua tangannya meraih kepala Idham. Dibuatnya gerakan maju mundur. Membuat Idham tidak hanya mengulum kepalanya tetap ijuga batangnya yang penuh urat itu. Bulu-bulu hitam keritingnyajuga berkilat-kilat ditimpa cahya matahari.Bambang memindakan tangannya ke pantat. Ia tetap membuat gerakan maju mundur. Semakin lama semakin cepat. Idham pun meladeninya. Tangan kirinya yang penuh sabun membuat lingkaran di kontolnya sendiri dan ia mulai coli, sementara mulutnyamasih menghisap kontol Bambang. Tiba-tiba Idham menghentikan hisapannya. Diangkatnya batang kontol Bambang dijilatinya bijinya dengan nafsu. "Ham, aku hampir keluar, teruskan, sambil memainkan tangannyadi kontolnya sendiri. Idham pun melakukan perintahnya. Tangannyapun melakukan hal yang sama. "Ohh...oh... aku mau...keluar.....ah...ah...tangan Bambang kembali memegang kepalaIdham. Tubuhnya meregang. Dan...cret...cret..... gumpalan mani kental melumuri sebagian wajah Idham. Idham pun tak mau kalah. Tangannya semakin cepat bergerak. "Ah.....ahhhhhhh..!!!" Erangan Idham dibarengi dengan muncratnya mani kental dan banyak. Setelah itu mereka mandi bersama seperti dua anak bayi. Saling menggosok tubuhnya. Esok malamnya kejadian itu diulangi lagi. Kali ini di kamar tidurnya Bambang. Sungguh liburan yang tidak terlupakan bagi Idham. Ada komentar, silahkan hubungi grandehomme@hotmail.com

###

2 Gay Erotic Stories from Truman

Desa Tercinta, Desa Terlarang

Liburan smester lalu Idham ingin sekali pergi ke desa orangtuanya. Ia ingin menghirup udara segar, menghilangkan stres yang menghimpitnya selama ini.Ia belum pernah ke desa orangtuanya itu, meski neneknya masih menetap disana. Hal itu pula yang membuat keinginannya untuk pergi ke desa begitu menggebu-gebu. "Kangen sama nenek," katanya saat ditanya Papinya. Bis yang ditumpangi

Kesempatan

Malam itu aku sedang sendirian di tempat kost. Kubaringkan tubuhku di atas ranjang. Penat tubuhku langsung hilang. Tiba-tiba telepon berdering. Ternyata dari temanku Beni. Dia mengajakku untuk menginap dirumahnya. "Okelah", pikirku. Lagipula aku lagi nggak punya kerjaan di tempat kost. Kulajukan kendaraanku sampai ke rumahnya. Ternyata Beni telah menungguku di teras rumah. Tubuhnya

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story