Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Brian, Teman Baikku

by CRalph21


Brian, Teman Baikku Namaku Henry, dan sekarang aku sedang duduk di bangku kuliah. Aku menyadari bahwa aku ini seorang gay tapi aku selalu berusaha untuk ngebuktiin kepada orang lain dan juga selalu bilang kepada diriku sendiri bahwa aku ini bukan gay. Aku nggak berani untuk mengatakan kepada orang lain bahwa aku ini gay, soalnya aku takut dan nggak berani mengahadapi orang-orang yang tahu bahwa aku ini gay. Aku takut kalau mereka bakal ngejauhin aku dan nganggap aku ini seperti virus yang harus dijauhin dan ditinggalin, itulah alasan kenapa aku ini jadi sedih dan kesepian soalnya aku nggak tahu harus lari kemana dan cerita ke siapa soal masalah yang aku hadapi ini. Tapi aku berharap suatu ketika aku bisa ngedapetin seorang laki-laki yang dapat bersikap sebagai gentleman yang bisa mencintai aku dan mengasihi aku apa adanya. Brian adalah seorang cowok yang cukup populer di kampus dan juga kebetulan sekelas denganku. Pertama kali aku ngelihat dia, aku langsung beranggapan kalo dia itu orangnya cool tapi mungkin juga agak-agak sombong, aku nggak begitu yakin soal itu, tapi one thing for sure… I really want him to be my best-friend, itulah yang aku inginkan sejak dulu. Banyak sekali cewek di kampusku yang suka sama Brian, soalnya selain orangnya supel dan gampang banget bergaul serta berbaur sama orang lain, Brian juga adalah cowok yang suka banget sama yang namanya olah raga terutama basket. Sering kali di kampus diadain kompetisi bola basket dan terus terang aja pas waktu dia maen banyak banget cewek-cewek yang bisa dibilang crazy banget ama dia. Dan tentu saja aku juga setuju ama cewek-cewek itu. Menurutku, Brian keliatan begitu macho dan sexy apalagi pas lagi keringetan, seakan-akan badannya yang atletis itu menjadi mengkilap dan menggiurkan dibasahi keringatnya itu. Tiap malam, aku nggak pernah kelupaan untuk selalu membayangkan Brian itu menjadi cowokku, cowok yang aku idam-idamkan selama ini. Aku ngebayangin kami berduaan aja di bawah sinar bulan di malam yang kelam dan agak-agak dingin, lalu kami saling berpelukan untuk menghangatkan badan… my arms around him and his arms around me… and then we kiss pasionately… and end up in bed together making a great and unforgetable love. Tapi kemudian aku terbangun dari impianku itu dan sadar kalo itu semua adalah khayalan semata dan nggak mungkin terjadi pada diriku. Aku menangisi diriku dan bertanya-tanya kenapa love is so unfair??? Malam itu kebetulan Brian sedang maen ke kost-an ku yang kebetulan terletak nggak jauh dari kampus. Kita cerita banyak dan bisa dibilang curhat, soalnya as time goes by, aku dan Brian sekarang ini bisa dibilang best-friend, kita sering banget cerita-cerita dan curhat satu sama lainnya. Dan malam itu, aku rasa aku harus ceritain my deepest secret to him, aku harus bilang kalo aku ini seorang gay dan suka banget sama dia. Jadi, malam itu… setelah aku kumpulin segala kekuatanku akhirnya aku bilang ama Brian, “Bri… (panggilan akrabku untuk Brian), bisa nggak elo jaga rahasia??? Soalnya ada sesuatu yang bisa dibilang rahasia banget yang kayaknya harus gue ceritain ke eloe…” kataku pelan-pelan tanpa berani menatap wajahnya. “Emangnya ada apa sih Ry (panggilan Brian untukku, biasanya Ery)??? Kok pake rahasia-rahasiaan segala sich??? Bukannya selama ini kita udah sering banget cerita-cerita???” tanyanya penuh kebingungan. “Tapi kalo yang satu ini beda Bri dari yang laen-laen, dan gue harus yakin kalo elo nggak bakalan ceritain hal ini ke orang laen apalagi karena elo udah gue anggap sebagai temen baek gue, so… please… could you promise me not to tell anyone about what I’m gonna say here???” tanyaku penuh kecemasan. “OK, dech… gue janji. Emangnya ada apaan sich???” tanya Brian tambah bingung lagi. “Gini Bri,… (aku sempet terdiam sesaat lalu kulanjutin lagi) gue rasa gue ini gay!!!” jelasku kepada Brian sambil menunduk tapi berusaha menatap mukanya soalnya aku pengen tahu gimana reaksinya pas aku bilang hal itu sama dia. “Gay??? Maksud elo, elo itu homo???” tanya Brian dengan nada yang penuh kekagetan. “Iya, dan selama ini gue berusaha untuk berbohong ama diri gue sendiri dan juga orang laen, soalnya gue nggak mau kalo orang laen itu tahu kalo gue itu gay, gue takut kalo mereka bakalan ngejauhin gue dan cerita ke orang-orang lain soal gue”, kataku. “Tapi kayaknya gue nggak bisa simpen nih rahasia lebih lama lagi, dan apalagi gue suka banget ama elo,” lanjutku lagi penuh kecemasan. “Elo suka sama gue???” tanya Brian. “Iya Bri, gue selalu berharap kalo elo itu bakal suka balik ama gue dan mau jadi cowok gue soalnya gue rasa elo cowok yang paling gentle yang gue suka”, lanjutku lagi. “Please, jangan benci gue yach… mungkin elo jadi ngerasa jijik ama gue tapi gue mohon jangan benci gue dan tinggalin gue atau nggak mau temenan lagi ama gue, soalnya elo satu-satunya orang yang care ama gue dan gue nggak mau kehilangan elo, at least we still can be friends even though be lovers is out of the question”, jelasku ama Brian sambil memegang tangannya soalnya aku takut sekali kehilangan dia. “Ry… gue nggak bakalan ninggalin elo dan gue betul-betul salut ama elo soalnya elo udah mau cerita sesuatu yang rahasia banget ama gue dan gue nggak bakalan ngecewain elo. Terus terang aje gue juga punya feeling ama elo. Gue juga ngerasa kalo gue ini gay, dan sejak pertama gue kenal ama elo, gue semakin pengen jadian ama elo, Ry… soalnya elo itu orangnya pengertian, dan baek ama gue. I think I like you and fall in love with you”, penjelasannya kepadaku yang sempet bikin aku shock dan bisu entah pengen ngomong apa, aku cuma bisa bilang “Bener Bri, elo juga suka ama gue… oh, gosh… gue nggak tahu harus ngomong apaan lagi??? I love you too, Bri”. Lalu kami saling berpelukan dan akhirnya berciuman, that was my very first kiss with a man that I have loved so much. Kami berciuman lamaaa sekali, dan aku bener-bener enjoy saat-saat itu. Aku menciumi bibirnya yang lembut, memasukkan lidahku ke mulutnya, demikian juga halnya dengan Brian. Lalu Brian membaringkan aku di tempat tidurku sambil terus menciumiku, aku memeluknya dengan erat dan mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. Aku dapat merasakan penisnya berdekatan dengan penisku dan itu membuatku semakin terangsang dan lebih ngaceng lagi. Brian lalu membuka bajuku dan aku membuka bajunya kancing demi kancing sampai akhirnya aku melepaskan bajunya dan melemparnya ke lantai. Lalu Brian berdiri di samping tempat tidurku sementara aku duduk di tempat tidurku. Aku mulai membuka ikat pinggang Brian, dan setelah itu membuka kancing celana jeansnya, kemudian resletingnya dan menurunkannya ke bawah. Brian memakai celana dalam putih dan aku melihat benjolan yang amat besar di balik celana dalamnya itu. Nggak sabaran lagi dan juga penasaran akhirnya aku menurunkan celana dalam Brian dan langsung saja penis sepanjang 15 cm dalam keadaan super tegang berada pas di depan wajahku. Langsung saja tanpa berpikir panjang lagi aku membuka mulutku lebar-lebar dan mulai mengulum penis Brian yang begitu menggiurkan. Sambil menghisap penis Brian, aku juga mulai membuka celanaku dan akhirnya kami berdua sudah dalam keadaan bugil. Aku tetap menghisap penis Brian sekuat tenaga yang tentu saja membuat Brian menjadi uring-uringan dan merintih penuh kenikmatan sambil dengan tangan kiriku aku mulai mengocok penisku yang sudah ngaceng dari tadi dan mulai mengeluarkan cairan bening yang sering disebut pre-cum. Brian memegang kepalaku dan mendorongnya agar aku dapat memasukkan penisnya lebih dalam lagi dalam mulutku sementara tangan kananku meraba-raba pantatnya yang mulus dan mendorongnya ke arah mulutku. Dengan demikian penisnya mulai merembes masuk lebih dalam lagi ke mulutku sampai aku dapat merasakan bulu jembutnya di sekitar mulutku. Perasaan geli menyelimutiku tapi aku tidak peduli dan tetap menghisap penisnya penuh nafsu birahi yang selama ini tidak pernah tersalurkan. Setelah beberapa saat kami akhirnya merubah posisi kami menjadi posisi 69, Brian tidur terlentang di tempat tidurku sementara aku berada di atasnya. Aku betul-betul menikmati menghisap penis dan penisku dihisap apalagi dengan seseorang yang selama ini aku cintai. It was very special. Tak berapa lama kemudian aku merasakan otot badan dan penis Brian menjadi tegang dan aku yakin ini tandanya Brian sebentar lagi bakalan ngecret, aku tetap saja menghisap dan mengocok-ngocok penis Brian dengan cepat dan akhirnya cret… cret… cret……….. cret… cret… cairan hangat yang rasanya agak-agak aneh segera memenuhi mulutku. Baru pertama kali aku merasakan sperma begitu banyak di dalam mulutku, walaupun sebelumnya aku juga pernah mencoba spermaku sendiri tapi cuma sedikit aja aku mencobanya… kalo kali ini betul-betul cairan putih kentaaal dan hangat itu memenuhi rongga mulutku. Nggak lama setelah Brian ngecret, aku juga mulai menegang dan akhirnya tanpa sempet basa-basi lagi akhirnya aku memuncrati wajah Brian dengan spermaku, Brian sempet kaget tapi ia tetap saja menghisap dan menjilat-jilati penisku penuh kenikmatan. Akhirnya kami kecapean setelah melakukan oral sex yang menurutku betul-betul asyik dan nikmat apalagi ini adalah merupakan pengalaman pertama bagiku dan juga Brian. Tapi akhirnya fantasi-fantasiku mengenai ngisap kontol dan diisap kontolnya terpenuhi dan terwujud juga. Setelah itu kami terbaring di tempat tidur sambil saling berpelukan seakan tidak ingin terpisahkan satu dengan lainnya sambil berciuman. Beberapa menit kemudian penis Brian mulai ngaceng lagi demikian halnya dengan penisku, lalu kami saling mendekapkan badan sehingga penis kami saling menindih satu sama lain dalam keadaan tegang dan membuat kami semakin wild dan horny. Aku lalu mulai mengolesi penis Brian dengan baby oil dan memijitnya, menarik-nariknya dan mengocoknya dengan penuh kegemesan dan birahi tinggi. Aku juga mengolesi lubang pantatku dengan baby oil dan aku meminta Brian untuk masukin penisnya ke lubang pantatku sambil memegang batang penisnya yang agak-agak licin dan menuntunnya ke lubang pantatku. Aku masing dalam keadaan terlentang di tempat tidurku sementara Brian duduk menghadapiku dengan menaruk kakinya di bawah kakiku sementara kakiku diangkatnya lalu dilingkarkannya ke pinggangnya. Brian lalu mulai memasukkan penisnya ke dalam lubang pantatku, aku sempet meringis kesakitan dan meminta Brian untuk melakukannya secara pelan-pelan dan gently. Aku dapat merasakan kepala penisnya yang cukup besar itu di mulut pantatku dan perasaanku agak-agak takut dan aneh juga merasakan benda asing berada di dalam pantatku, tapi itu semua terkalahkan dengan perasaan nikmat yang betul-betul belom pernah aku rasakan sebelumnya. Penisku mulai dikocok-kocok oleh Brian dan aku menambahkan baby oil di penisku biar perasaan licin dan lebih nikmat bila dikocok dapat aku rasakan. Tak berapa lama kemudian aku merasa bahwa Brian akan segera memuncratkan cairan kenikmatan untuk kedua kalinya dengan cepat ia menarik penisnya keluar dari pantatku dan mengocok-ngocoknya dengan tangannya sambil tangan satunya tetap mengocok-ngocok penisku dan akhirnya ngecret juga dia di ata perutku dan sebagian menutupi bulu jembutku. Brian sempet memejamkan mata ketika memuncratkan cairan spermanya kepadaku seakan-akan perasaan nikmat yang tiada duanya dirasakannya dan badannya yang mengkilap dibasahi keringatnya membuat aku semakin horny dan ingin gantian memasukkan penisku ke pantatnya. Aku sempat menyeka sisa sperma yang ada di perutku dengan tanganku lalu aku belai sekujur badan Brian dengan tangan masih penuh dengan sperma sambil menciumi dan menjilati badannya yang berotot dan berkeringat itu. Aku juga menggelitiki putingnya dengan lidahku dan menghisapnya kuat-kuat, Brian merintih kegelian sekaligus kenikmatan. Setelah itu aku meminta Brian untuk nungging dan aku mulai mengolesi penisku dengan baby oil dan mengocok-ngocoknya sebentar sambil mengolesi lubang pantat Brian dengan baby oil juga. Setelah itu aku mulai mengarahkan kepala penisku ke lubang pantatnya dan mendorongnya masuk ke dalam, Brian sempat merintih sebentar lalu mendorong pantatnya ke arahku dengan maksud agar aku mau memasukkan penisku lebih dalam lagi ke pantatnya. Kali ini posisi kami seperti anjing kawin aja tapi posisi ini betul-betul asyik juga. Setelah beberapa saat aku masukin dan keluarin penisku, kayaknya aku juga bakalan segera ngecret dan nggak lama kemudian aku nggak dapat menahannya lagi dan aku cepat-cepat menarik penisku keluar dari pantat Brian dan ngecret di punggungnya. Aku merasakan kenikmatan yang betul-betul hebat sekaligus merasa lelah dan capek juga, setelah itu aku meminta Brian untuk tidur telungkup dan aku mulai memijat punggungnya yang masih berlumuran dengan spermaku. Tapi aku tidak tahan lebih lama lagi soalnya aku sudah merasa betul-betul capek akhirnya aku tidur dengan menindih tubuh Brian yang masih tidur telungkup dengan berlumuran sperma itu. Kami tidak sempat membersihkan diri kami malam itu, soalnya kami berdua merasa tidak sanggup lagi untuk ngapa-ngapain yang ada kami cuma tidur sambil saling berdekapan dalam keadaan telanjang bulat dengan masih berlumuran sperma yang menjadi agak-agak lengket tapi kami tidak peduli akan hal itu. Aku sempat membisikkan kata “I love you” kepada Brian dan Brian menjawab “I love you, too”, dan setelah itu kami berdua jatuh tertidur ke dalam tidur yang nyenyak. Begitulah kisahku dengan Brian, cowok idamanku yang akhirnya menjadi cowokku yang paling aku cintai. Any comment about this story??? E-mail me at: cralph21@yahoo.com

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

1 Gay Erotic Stories from CRalph21

Brian, Teman Baikku

Brian, Teman Baikku Namaku Henry, dan sekarang aku sedang duduk di bangku kuliah. Aku menyadari bahwa aku ini seorang gay tapi aku selalu berusaha untuk ngebuktiin kepada orang lain dan juga selalu bilang kepada diriku sendiri bahwa aku ini bukan gay. Aku nggak berani untuk mengatakan kepada orang lain bahwa aku ini gay, soalnya aku takut dan nggak berani mengahadapi

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story