Gay Erotic Stories

During the first three months, the cadets of the Military Academy have to serve as slaves for their instructors and the senior cadets. They were maltreated, tortured, and beaten up continously and must always be in nude during their time of slavehood. Perbudakan yang sesungguhnya terjadi di Akademi Militer pada masa Capratar (Calon Prajurit Taruna), yaitu 3 bulan pertama pada tahun pertama pendidikan. Setelah mengalami masa itu (saat aku masih Taruna) aku benar-benar merasakan dan menghayati apa yang dialami oleh para budak Afrika (Negro) di Amerika Serikat. Meskipun para Capratar hanya jadi budak instruktur dan taruna senior pada hari Sabtu dan Minggu. Tetapi sepanjang minggu para Taruna merasa sangat tersiksa. Terutama karena merasa ketakutan apa yang akan mereka alami dan rasakan selama mereka menjadi budak! Karena pada kenyataannya para Instruktur dan Taruna Senior memperlakukan mereka seperti budak belian sesungguhnya, lengkap dengan pelelangan, perlakuan kasar dan kejam yang dibumbui lecutan cemeti, hukuman-hukuman kejam, penghajaran dan penyiksaan lainnya! Selama menjadi budak, para Capratar diharuskan bertelanjang-bulat sepanjang hari dan tidak diizinkan mengenakan penutup sama sekali - selembar benang pun. Tiap dua orang Capratar melayani 6 orang Instruktur atau Taruna Senior (Sersan Taruna/Taruna Tingkat II dan Sersan Mayor Taruna/Taruna Tingkat III). Pada hari Minggu pagi banyak tamu yang datang ke akademi Militer untuk nostalgia. Mereka adalah Perwira Tinggi atau Perwira Menengah abituren atau alumni akademi yang rindu menghajar Taruna. Untuk itu kami para budak dilelang atau disewakan kepada tamu-tamu. Setelah sepanjang Sabtu kami dipekerjakan seperti binatang dan disiksa seperti tawanan perang maka hari Minggu pagi kami dalam keadaan telanjang bulat digelandang seperti ternak ke lapangan untuk dilelang dan disewakan kepada para tamu. Para "pemilik budak" itu biasanya memborgol tangan budaknya ditelikung ke belakang seperti orang tahanan. Sebagian lagi tidak mengizinkan budaknya berjalan tegak, mereka dipaksa merayap dengan tangan diborgol ke belakang. Waktu budak sedang merayap "Tuan" mereka tak putus-putusnya melecuti tubuh budaknya dengan cemeti atau alat lecut lainnya, seperti kabel yang dibasahi dengan air, tali plastik, ikat pinggang atau koppelriem. Sadis sekali! Budak-budak itu ada yang tidak diberi makan-minum sepanjang Sabtu, tapi terus menerus disiksa. Tampak jelas wajah budak yang diperlakukan seperti itu, kelaparan dan kehausan. Ada juga yang memperlakukan budaknya seperti anjing dengan memasang rantai di lehernya dan meyuruhnya memberangkang telanjang bulat dengan kaki-tangan mereka merangkak, persis seperti seekor anjing!. "Tuan"yang lebih sadis lagi malah tidak ragu-ragu memborgol tangan budaknya dengan kawat duri! (meniru cara penyiksaan Rezim Militer di Argentina). Sehingga pergelangan budak itu penuh luka akibat tertusuk kawat duri yang diikatkan erat-erat di pergelangan tangan mereka. Tidak ada tubuh budak yang mulus tanpa luka, lecet, lebam atau bahkan lepuh akibat ditempel besi panas atau disundut rokok atau bara menyala. Dalam keadaan begitulah para tamu menawar budak-budak itu. Budak yang tubuhnya agak mulus karena tidak disiksa oleh "Tuannya" pada hari sebelumnya dilelang oleh Akademi. Uang hasil pelelangan dan penyewaan budak itu sebagian diserahkan kepada kas Akademi, dan sebagian lagi diberikan kepada "pemilik budak". Para tamu menyewa budak hanya untuk memuaskan nafsu menyiksa mereka atau untuk memuaskan nafsu seks mereka. Setelah, budak diserahkan ke tamu, biasanya mereka langsung dihajar on te spot oleh tamu yang menyewa-nya. Tidak jarang budak-budak itu dihajar tamu sampai pingsan atau berbilur-bilur seperti macan karena seluruh tubuh budak itu dicambuki dengan cemeti kawat. Ada yang menggantung budaknya dengan kepala ke bawah di tiang gawang sepak bola. lalu tamnpa ampun menhajarnya dengan lecutan-lecutan cemeti!. Ada yang mengikat budaknya di belakang mobil dalam keadaan telungkup telanjang bulat lalu diseret dengan mobil sepanjang lintasan lari di lapangan olahraga akademi. Melihat suasana penyiksaan budak yang sadis itu, terasa sangat merangsang. Banyak Instruktur dan Taruna Senior yang langsung harus onani karena tidak tahan terangsang oleh pemandangan yang nikmat, jantan dan sadis itu!.