Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Andre dan Si Gondrong, Part 5

by Prince chakran


Begitu bangun aku bingung berada dimana, aku juga tidak tahu sudah jam berapa. Aku menemukan diriku masih bugil, tidur tengkurap di ranjang yang acak-acakan. Sisa-sisa sperma kering masih membekas di wajah dan dadaku, sekujur tubuhku terutama dada penuh dengan bekas cupangan yang memerah. Aku melihat sekeliling, hening tanpa suara, entah kemana si Gondrong. Selanjutnya aku tidak tahu apa-apa lagi karena sudah tidak sadarkan diri, tidur lagi. Capek sekali badanku, liang anusku terasa kosong dan lubangnya bengkak, perih tapi sakit-sakit enak. Selagi enak-enak tidur, antara sadar dan tidak, aku merasa ada yang menindih tubuh telanjangku yang sedang tidur tengkurap. Kemudian pahaku terasa diranggangkan dan sesuatu benda keras mulai menyodok-nyodok lubang anusku kembali, memaksa ingin masuk. Ah, si Gondrong mulai beraksi kembali nih, pikirku. Dengan setengah sadar sambil tetap memejamkan mata, aku menuruti kemauannya, malah ikut merenggangkan pantatku agar batang keras kontolnya yang besar bisa masuk. Terasa kepala kontolnya yang besar itu mulai menyundul lubang anusku, pelan mencari jalan, dengan paksa meregang otot gelang anusku. Slaaaap…. “Uuughhh… aduuuuhh maaaass…. Sakiiiit…,” tiba2 kepala kontol itu berhasil melewati pintu lubang, terjepit ketat otot anusku dan mulai tenggelam di dalam liang. Ketat sekali terasa otot anusku menjepit batang kontol itu. Tubuhku makin ditindih, desahan nafas panas terasa di tengkukku. Terbantu dengan lendir mani sisa persetubuhan sebelumnya yang masih ada di lubangku, dengan satu sentakan kuat dia menekan kontolnya hingga amblas seluruhnya. Aku merintih-rintih kesakitan ketika kontol besar itu dengan paksa memasuki anusku yang sempit. Aku tak bisa melihat sendiri bagaimana kontol itu keluar masuk merojok liang anusku tapi kurasakan rasa sakit dan nikmat bercampur menjadi satu. Rasanya nikmat sekali sehingga aku mendesah kuat dan tubuhku menggeliat-geliat. Kenikmatan dahsyat telah melanda tubuhku hingga aku tidak kuasa untuk tidak mengerang. “Yeahhhhhh,......oouugghhhhhhh yyyessssssss....teruskan Massss..... terussss....…,” rintihku tak karuan membuat dia semakin mempercepat sodokannya. Hanya suara lenguhan dan desahan yang terdengar sahut menyahut di kamar itu. Dia terus merojok lobangku naik turun. Yang terdengar hanya dengusan nafas dan suara ah.....eh sshhh ....achh...... Aku goyang pantatku ke kiri ke kanan. Dia semakin melenguh keenakan, sambil dengan ganas menyerang lobang anusku maju mundur liar sekali. Nikmat sekali rasanya. Buah zakarnya menampar sisi anusku berkali-kali bila dia menekan kontolnya masuk seluruhnya ke liang anusku, sambil memutar-mutar yang aku imbangi dengan putaran2 pantatku. Sepuluh menit berlalu, dia mendengus-dengus bak banteng liar, memelukku dari belakang lebih ketat sambil meremas dadaku dan terus memelintir pentilku. “Aakkh... akhh... oougghh...,” aku terus merintih-rintih, mataku terpejam merasakan kenikmatan tiada tara sampai airmataku meleleh membasahi pipi. Tiba-tiba terdengar pintu kamar dibuka, srriiieeekk…. Lalu terdengar suara si pembuka pintu,”Waaah… lu juga nggak mau kalah niiih?” HAH??? Aku kaget, itu kan suara si Gondrong… Mataku yang tadinya merem melek keenakan langsung mencari sumber suara. Tampak si Gondrong yang hanya bercelana pendek telanjang dada masuk kamar dari luar sambil senyum-senyum. Dia ada di pintu dari luar? Kalau begitu siapa yang lagi ngentotin aku iniiiiii? Dengan panik aku coba menoleh mencari tahu. Tampaklah seraut wajah jantan macho yang basah kuyup berkeringat, dengan rambut pendek tentara dan anting bulat kecil di kuping, menyeringai nakal keenakan. Aduuuuhh, siapa dia? Kenapa tiba-tiba dia bisa ngentotin aku? Aku meronta-ronta, coba lepas dari pelukannya, tapi dia makin erat memeluk, badannya yang besar kokoh menindih tubuhku. Aku menoleh ke arah si Gondrong mencari bantuan. Si Gondrong berjongkok dekat kepalaku sambil tersenyum, “Nggak papa. Dia Hendi temen sekamar yang tadi gue ceritain. Gimana? Dia pinter juga kan mainnya,” Cuma itu yang diucapkan si Gondrong. Selanjutnya Hendi yang tadi sempat diam sebentar, mulai lagi menekan pantatnya keras-keras. Aku hanya bisa menggelinjang, yang justru malah membuat batang kontol orang ini melesak masuk makin dalam ke liang anusku. Dengan lihainya orang ini malah mulai mempercepat gerakan naik turunnya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya kiri dan kanan. Dia nggak perduli sekarang si Gondrong asik menonton persetubuhan kami. “Sialan! Gue jadi ngaceng lagi nih liat lu berdua main. Kita main bertiga yuk?,” kata si Gondrong sambil membuka celana pendeknya. Sreeeet… tiba2 dia sekarang sudah telanjang bulat. Aku sudah setengah sadar ketika tiba-tiba sebatang kontol raksasa sudah berada di depan wajahku. Kutengadahkan kepalaku dan kulihat si Gondrong berjongkok di sampingku dengan kontolnya yang besar berurat. Tanpa membuang waktu lagi diraihnya kepalaku. Kontolnya dijejalkan dengan nafsu, dirojoknya mulutku dengan paksa, hingga penuh sesak oleh kontolnya yang bengkak besar itu. Namun agak sulit karena kepalaku mesti menoleh, apalagi posisi badanku terhimpit erat antara kasur dan tubuh berkeringat Hendi. “Ndi.. Ndi… stop dulu Ndi… Ganti posisi dulu… Gue juga pengen diisep lagi nih…,” kata si Gondrong ke Hendi. Hendi menghentikan genjotannya. Pinggulku ditariknya ke belakang hingga sekarang aku dalam posisi merangkak seperti anjing. Hendi menyetubuhi aku dari belakang, kontolnya tetap aman terbenam dalam-dalam di liang anusku. Dia mulai menggenjot tubuhku sementara si Gondrong berlutut di depanku dan memaksaku menghisap kontolnya yang ngaceng keras berurat itu. “Gimana? Enak kan?… kapan lagi lu diservis dua cowok sekaligus, lu sebenernya keenakan kan..! Ayo emut nih kontol..!” perintah si Gondrong sambil menjambak rambutku. Si Gondrong berlutut di hadapanku, disodorkannya kontolnya ke arah wajahku. Aku meraihnya, kumasukkan kontolnya ke mulutku. Kujilati permukaan pentolan kontolnyanya yang begitu besar. Kupegang batang kontolnya dan sesekali kuremas kantung zakarnyadengan lembutnya. "Terusss....! Enak.. ahhh.." si Gondrong pun mulai menggeliat karena keenakan. Digoyangkannya pantatnya maju mundur, dan aku mulai kelabakan, karena tenggorokanku sakit tersodok batang kontolnya yang besar dan panjang. Sementara itu, selain asik menyodomiku, Hendi juga sesekali menampar pantatku hingga terasa panas dan sakit. Di tempat lain si Gondrong terus menahan kepalaku yang sedang mengulum penisnya sambil memaju-mundurkan pantatnya seolah sedang menyetubuhiku, wajahku makin terbenam pada bulu-bulu kemaluannya yang lebat. "Terus, terus... ya.., ya... lebih keras, lebih kenceng... ayooo sayang..!" perintah si Gondrong sambil mengerang-erang. Tanpa berpikir dua kali, aku langsung melakukan perintahnya, lebih-lebih si Gondrong mengarahkan juga untuk mengocok-ngocok batang kemaluannya. “Aaaaahhhhh... kamu pinnnnttttaaarrrrrr... hhhhhhhhhhh.... ahhh.. ssshhhhhhhhh..... enakkkk.... tteruskan lebih kencang..... kencangggggggg lagi..... yeahhhhhh yeeeehssssssss.... gitu,” serunya kembali ketika aku melumat-lumatkan batang kejantanannya dan mengocok batangnya lebih keras. Aku selain melumat kontolnya juga melumat buah zakarnya yang ditumbuhi bulu2 jembut . Dengan lidah yang nakal, aku mulai menambah kenikmatan baru dalam permainan ini. Saat mulutku penuh oleh zakar satunya, tanganku memainkan yang satunya. Begitu seterusnya sampai si Gondrong benar-benar nggak kuat lagi, kuhisap dengan sekuat tenaga dia menggelinjang dan melenguh dengan suaranya yang serak-serak basah. "Ooouuggghhhh....sssttttt...ssssshhhhhhh......aaaaaakkhhhhhh..." Aku semakin bernafsu menghisapnya hingga basah. Si Gondrong menggeliat-geliat kenikmatan dan terlihat mengejang, tangannya meremas-remas rambutku. Batang kejantanannya kini benar-benar telah tumbuh sempurna keras dan panjangnya. Sementara di bagian belakang Hendi juga tak kalah liar, entotannya bukan main, bak kuda binal. Kami bertiga terus bergumul, hanya suara lenguhan dan desahan yang terdengar, keringat membanjir membuat tubuh telanjang kami basah mengkilat. Edan, indah sekali sensasinya. Seperti mimpi, tetapi nyatanya aku tengah dipompa nafsu seksku karena melayani dua lelaki jantan sekaligus. Di belakang, liang anusku keras dirojok kontol Hendi sementara aku sibuk mengulum batang kontol berurat milik si Gondrong. Aku makin tidak tahan. Tubuhku berayun-ayun ke depan belakang. Setiap hentakan pantat Hendi di lubang anusku membuat aku terdorong ke depan, yang membuat batang kontol si Gondrong tersodok dalam-dalam di mulutku. Aku bagaikan ayam sedang dipanggang, depan belakang ditusuk batang. Aku mulai meracau nggak karuan menerima kenikmatan tiada taranya yang pertama kali dalam hidupku. “Ouggghhhhhh.... gilaaa... enak sekaliiii.......masihhh seret bangeeet...... ooohhhhhhhh.... enak banget....... aaaaaahhhhh….. uuuuuuggggh,” rintih Hendi sambil terus memompa kontolnya dalam-dalam di rongga anusku, tangannya erat memegang pinggangku. Mendengar erangan Hendi, si Gondrong protes, “Ndi, gantian Ndi… Gue juga pengen ngentotin dia nih…” “Aaaaahh…. Lu nggak mau liat orang senang nih…,” sahut Hendi sambil terus melancarkan tusukan-tusukan mautnya ke rongga anusku. “Lagian lu kan tadi udah ngentot ama dia, sekarang gantian gue dong…,” kata Hendi lagi. “Iya, tapi gue pengen banget nih… Gimana dong,” protes si Gondrong lagi. “Aaaaah…” dengan setengah kesal Hendi menghentikan genjotannya lantas menarik kontolnya dari liang anusku. Plooook… “Nih, ambil…” Lantas gantian saja mereka tuker tempat. Aku tetap dengan posisi merangkak seperti anjing, sementara si Gondrong mengambil posisi tepat di belakangku. Lalu kurasakan dia merangkul tubuhku dan menuntunku menungging ke arahnya. Kugigit bibirku kuat-kuat dengan mata terpejam, menahan panasnya gelombang birahi yang menjalari tubuhku. Aku mulai tak tahan lagi. Senjatanya dipukul-pukulkan ke pantatku sebelum dimasukkan. Tubuhku dirangkul, dan senjatanya diarahkan tepat ke lubang anusku. Pinggulnya ditekan sambil membuat gerakan maju-mundur. Cukup lama gerakan ini dilakukan, tapi tak membawa hasil. Kontol si Gondrong yang ukuran dobel XL tetap saja susah masuk lubangku yang sempit. Keringat mulai membasahi tubuhku. Sayup-sayup terdengar suara Hendi mengompori. “Ayo Nug, langsung masukin aja semua sekaligus...!” Tanpa berpikir panjang, si Gondrong menekan pinggulnya pelan-pelan tapi kuat. “Bleeesss..!” kepala senjatanya terdorong masuk, bersamaan dengan itu aku mengaduh, “Aaacckkk.., sakit Mas..! Pelan… pelan…” Si Gondrong menghentikan gerakannya sejenak. Dengan masuknya kepala zakar tersebut, usaha si Gondrong tidak begitu berat lagi. Perlahan tapi pasti, batang kontolnya yang besar terbenam ke lubang surgaku. Tapi karena panjangnya belum seluruhnya dapat masuk. Batang kontolnya masih tertinggal seperempat lagi di luar, walau ujung kepalanya telah mentok anusku. Mungkin dalam hati si Gondrong mikir, aku jangan setengah-setengah kalo mau ngentotin dia, maka langsung sisa batang senjatanya yang masih tertinggal, ditekan hingga amblas semua. Erang tertahan keluar dari mulut ku, “Aaacckkk..!” Sejenak gerakan pinggul si Gondrong hentikan, lalu dilanjutkan kembali. Gerakan pinggul si Gondrong yang maju mundur memberikan perasaan yang tak terbayangkan buat kami berdua. Erangan demi erangan tak henti-hentinya keluar dari mulut kami. “Aaaccch.. oouuuccch..!” terdengar dari mulutku dan si Gondrong. Remasan dan denyutan otot anusku terasa erat sekali mencengkeram batangnya. Tampaknya si Hendi pun makin terpacu birahinya melihat persetubuhan ku dengan si Gondrong. Yeahh... akhirnya dia berdiri lalu berjongkok di depanku dan menggenggam batang kemaluannya yang sudah dari tadi tegang, lalu disorongkan ke mulutku untuk dihisap. Aku, yang memang belum pernah melihat kontol si Hendi dengan jelas, terbelalak melihat batang kemaluan si Hendi yang panjangnya 18 cm dengan urat-urat yang kokoh, basah mengkilat oleh cairan aneka rupa. Kontol si Gondrong memang rajanya, lebih besar dan lebih panjang dari kontol milik Hendi. Tapi kontol Hendi kelihatan jauh lebih galak karena urat-uratnya yang membiru kokoh menonjol. Dengan rakusnya aku menjilati dan mengocok batang kemaluannya. Hendi tampak memejamkan mata sambil bersandar dan membelai rambutku. Sekali-kali dia hentakkan perlahan batang kemaluannya hingga aku agak tersedak karena batang kemaluannya lumayan panjang dan besar. Ugh, kuhisap kepala kemaluannya dan kutekan-tekan lubang batang kemaluannya dengan lidahku. “Sssst.. uhhh.. hhmm.. arggh... argh... ohhh... oh yeah... uh...” Hendi hanya bisa mengerang menahan nikmatnya mulutku melahap kemaluannya. “Terus say... ufgh... ayoooo... hhmm kamu suka sayang?” katanya. Aku hanya bisa mendelikkan mata, dan mengangguk pelan. Kepalaku turun naik mengulum batang kemaluannya. Sekali-kali aku mengibaskan poni rambutkuyang lurus panjang, yang jatuh-jatuh menghalangi. Hendi kemudian meraih rambutku, agar aku lebih leluasa menikmati kemaluannya. Dengan setengah merem-melek aku tak sadar kalau posisi si Hendi telah berubah sekarang. Dia kini tiduran dan mukaku tepat di atas batangnya yang besar itu, sementara si Gondrong tetap asik menggenjot pantatku di belakang, setiap gesekannya terasa sangat nikmat karena batangnya yang besar itu. Sementara mulutku asyik menikmati batang si Hendi yang sedari tadi kujilati, kuhisap dan kubasahi dengan liurku. Mulutku terasa penuh menampung kejantanannya, kemudian aku mulai mengeluar-masukkannya pada mulutku, sambil sesekali menghisapnya, hingga kedua pipiku terlihat kempot, saking bernafsunya. Ujung lidahku membelai dan menyapu batangnya dari pangkal hingga ujungnya. Lalu aku turun ke arah buah zakarnya, di bawah buah zakarnya lidahnya menjilat-jilat dan dihisap kecil, “Aaahhmm... hmm..” pangkal pahan Hendi pun tak luput dari serangan lidahku. “Ooooouuugh…” Hendi mengerang-erang keenakan sambil dengan kasar mengerumas kepala dan rambutku yang basah kuyup. Aku makin pamer, ingin menunjukkan bahwa aku ternyata pemain lidah yang hebat. Dibiarkannya aku menghabiskan seluruh "improvisasi" di batang kemaluannya. Tiba-tiba kudengar Hendi ngomong ke aku, “Gue pengen lo fuck gue. Nug berhenti dulu Nug. Please…” HAH? Hendi pengen difuck sama aku? Nggak salah? Si Gondrong pun langsung berhenti ngentotin aku pas dengar permintaan si Hendi, tapi kontolnya yang bengkak masih kokoh tertanam dalam-dalam di liang anusku. “Aku fuck kamuuu???” aku nanya nggak percaya sambil memandang wajah Hendi. Wajah janatan macho itu, dengan rambut pendek ala tentara dan anting bulat di kedua kupingnya, kini tampak basah kuyup penuh keringat, matanya berkilat menahan gejolak gairah nafsu. “Yeesss…”, jawabnya pasti sambil kemudian mengatur posisi, dia mengangkat panggulnya, sehingga kakinya ke atas membentuk huruf V. Kulihat pantat Hendi penuh tertutup rambut, di sela-sela pantatnya aku sempat melihat lubang yang cukup lebar. Lubang anus Hendi kelihatan bagus, karena kulitnya putih jadi tidak heran kalau lubang anusnya berwarna merah muda. Kuraba pantatnya yang penuh dengan rambut, sesekali kubelai lubang anusnya. Kubasahi lingkar luar lubangnya dengan ludah sambil coba-coba menekan jariku masuk. “Ahh... nikmat... terus… Masukkin terusss jarinya..!” teriak Hendi bagai orang keranjingan. Aku pun menuruti perintahnya, kumasukkan jari telunjukku. Kumasukkan dan kukeluarkan jariku, sampai tidak terasa tinggal ibu jariku yang tertinggal di luar anusnya. “Tekan yang keras…. ayo.. ohhh.. my god..!” Hendi tampak sangat menikmatinya. Si Gondrong hanya berdiri memelukku dari belakang sambil kontolnya tidak dilepas dari lubangku, senyum-senyum melihat tingkah temannya.Tiba-tiba aku ingin coba memasukkan batang kontolku ke dalam anusnya. Terus terang, seumur hidup aku belum pernah berhubungan sex dengan cewek ataupun cowok. Dan pikiranku mulai menerawang jauh memikirkan betapa nikmatnya jika batang kontolku kumasukkan ke dalam lubang anusnya. ”Ayo... masukin... please… fuck gueee… pleaseee…!” rengek Hendi mirip anak kecil. Kubasahi kontolku dengan ludah yang banyak dan kugesek-gesekkan kepala kontolku di sekitar lubang anusnya. Kuarahkan ujung kontolku mencari-cari lubang masuk, sampai ketemu dan perlahan-lahan kutekan pinggulku mencoba masuk. Kuarahkan ke lubang pantatnya, meleset, kucoba lagi. Kepala kontolku tampak mulai merayapi lubang pantat Hendi. Tapi tiba-tiba saja si Gondrong menghentak pinggulnya, hingga kontolnya melesak masuk makin dalam ke liang anusku. Otomatis pinggulku juga terdorong ke depan dan “Bleeeeesssppp...!” kontolku yang berukuran sedang lancar mendobrak anus Hendi. “Auuhhh.. ooouuhh.. iyahhh.. yahh.. ssshh.. hhh..” aku berseru pendek saat kurasakan batang itu masuk menyungkal dalam-dalam pada lubang anus Hendi. Sementara Hendi sendiri mengejang-ngejang nikmat, “Oh! Oh! Oh! Oh! Oh! Ooouugghhh... Oh! Oh! Oh! Oh! Oh! Oouugffhh...” Aku merasakan hangat yang luar biasa di batang kontolku. Kudorong lagi pantatku hingga batang pistolku masuk ke dalam sampai tidak tersisa. Wajah Hendi terlihat nyengir kegelian yang nikmat dan dengan daya tekan ke depan batang keperkasaanku amblas seluruhnya ke dalam liang anusnya. Kurasakan ada semacam cincin melingkar kuat di batang kontolku, sesekali kurasakan sedotan dari dalam anusnya. Aku semakin menikmatinya, kemudian kuayunkan pantatku maju mundur, kutusuk anus Hendi dengan batang kontolku. Aughhh.. nikmat sekali... baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Pantatku dientot si Gondrong sementara kontolku sendiri ngefuck Hendi. Three-in-one. WOW! Kenikmatan yang sempurna. Kemudian secara naluriah, Hendi merenggangkan kakinya dan menyenderkan kakinya ke leherku hingga aku bisa menusuk lebih dalam. Hingga si Gondrong pun dapat menunggingkan pinggulku ke arahnya agar kontolnya yang dikelilingi urat-urat menonjol tersebut dapat terselip lebih dalam di anusku. Sementara itu tangan kanannya meraih pinggulku dan ditekankan ke tubuhnya. Wow! Si Gondrong lalu menggoyang-goyangkan pinggangnya maju-mundur, menghajar lubang anusku dengan kejantanannya. Aku merasakan kenikmatan luar biasa berpangkal pada lubang anusku, hingga makin banyak cairan bening yang hangat keluar melumas kontolku yang tertanam dalam-dalam di anus Hendi. Aku mengimbangi si Gondrong dengan ikut bergoyang seirama hujaman tubuhnya, kadang kuputar-putar pantatku hingga batangnya makin terjepit erat dalam liang anusku dan kontolku kian liar menyodok-nyodok anus Hendi. Bertiga kami mengerang-erang terbakar birahi. “Auuhh.. oohhh.. iiyaahh.. yaahh.. yahhh.. sshhh.. uh.. uh.. oouuwww!” Kocokan si Gondrong kali ini lama sekali, tidak berhenti-berhenti dan terdengar Hendi minta aku mempercepat gerakan mengocok batang keperkasaanku. “Teruuusss... teruuusss... cepat kocok terus.., cepat lagi..!” sampai terdengar suara kocokan batang kejantanan aku di liang senggama Hendi, "Pleeekkk... pleeekkk... pleeekkk..." Aku sendiri merasakan sensasi luar biasa nikmat di lubang pantatku, “Ouucch Mas.. terus tekan yang keras Masssss...” suaraku terdengar serak menahan gairah. Tubuhku menggelinjang sebagai respon dari permainan si Gondrong. Dalam beberapa menit, terdengar rengekkan nikmat dari mulutku, “Ooohh... ooohhh... ooohhh... ooohhh...” Pinggul Hendi berusaha diliukkan ke arahku, sedangkan kepalanya bergerak liar. Semakin keras kontol si Gondrong menggenjot pantatku, semakin keras tekanan pinggulku mendesak kontolku melesak masuk dalam-dalam di liang anus Hendi. Si Gondrong mulai melenguh lagi, “Ohhh... eeehhh... ooohhh... eeehhh...” Hendi tidak ketinggalan, juga ikut mendesah, “eeehhh... eeehhh... eeehhh... eeehhh... teruuusss..! terrruuusss..! ooohhh...” “Terusss... sodok... tarik.. sodok... ahhh...,” kudengar teriakan Hendi saking nikmatnya. Aku menekan batang kemaluanku kuat-kuat di lubang Hendi karena kedua tangan Hendi merangkul pantat si Gondrong untuk ditekankan ke arahnya. Berat bobot tubuh si Gondrong ikut menambah hentakan pantatku. Sekarang aku yang merintih seperti yang Hendi lakukan tadi, “ ooh, eeeh, Mas, teruuus, mmhm ...enak ... jangan berhentiiiiii ... teruuuuus!” Semakin si Gondrong mendapat angin segar, maka dikuatkan kocokkannya dan, “Ploookkk... ploookkk... ploookkk... cleeeppp... cleeppp... ploookkk... ooohhh... oohhh... nikmat bangeeeet.” Aku juga terus mengocok kontolku, dan aku berteriak “Aku nggak tahaaaan niiih…. mauuuuu keluaaaaar... aaaaahhh… crooooott... croooottt… croooot… glogok...,” kusemprotkan spermaku yang tidak dapat terbendung ke dalam anus Hendi. “Aahhh... nikmat...! Anget banget peju lo... lageeee… lageeee…," erang si Hendi. Dan aku pun terkulai lemas menindih tubuh Hendi. Sementara itu si Gondrong masih dengan liar ngentotin lubang anusku. Karena pejuku sudah keluar, lobang anusku semakin mengetat sempit sekali, meremas-remas kontolnya yang binal dan gede itu. Pantatnya maju mundur semakin sering. Si Gondrong semakin melenguh keenakan, “ah..ah...sshhh shhhh....jepit, remas terus terus terus… enak… niikmat banget rasanya.” “Lubangnyaaa makin angeeeetttt, ooohhh.., plokkk... plookkk... cleeeppp... plookkk... cleeepppp... ooohhhh, gue mau keluar... ooohhh... ooohhh...,” dia bilang mau keluar. Croooottt... creeettt... cruuuttt... Kemudian croooot....croooot… semua air maninya tertumpah di dalam anusku, hangat terasa. “Fuuuuccck…. Fuuuuuccck… eneaaak bangett…”, terdengar si Gondrong meracau sambil menyeringai dan mempercepat kocokannya, “Ouugghh... Haaa!” Dia menahan untuk kemudian menghentak dengan satu dorongan kuat. Dia menusuk anusku dengan perlahan namun pasti sampai masuk semuanya. “Hoh... Hohh... Aw! Aaahh... Oh!” “Uusfgghh! Oh.. Oh... Oh... uuuhhh!” “Eennakhh terussh sayang... teruszhh... oouugghh mmhh...” Melihat aku dan si Gondrong terengah-engah keenakan, Hendi nggak mau kalah. “Iseeep iseeep kontol gue pleaseee…” Hendi mengerang menyuruhku. Aku segera beranjak meraih batang kejantanannya yang amat tegang hingga urat-uratnya bertonjolan, yang mengkilat basah oleh cairan aneka rupa, dan segera saja aku mengulumnya lagi, menghisapnya kuat-kuat, Kukulum ujung jamurnya, lalu dengan cepat kuputar-putarkan lidahku di sekeliling tepian jamur itu, membuat pemiliknya merintih. Ketika ku permainkan ujung lidahku di lobangnya yang sempit, Hendi tidak tahan lagi dan segera mendorong kepalaku sehingga kontolnya bagai tertelan ke dalam kerongkonganku. “Ohhh, enaaaak... teruskan, sayang!”, ujarnya sampai menyodok-nyodok pangkal lidahku. Gerakan pinggulnya mulai menjadi cepat. Kuisap kontol itu dengan keras. Nafas Hendi mulai terengah-engah dan tubuhnya sudah bermandikan peluh. Sambil kusedot, angan kananku memegang dan mengocok batang kontol Hendi sedang tangan kiriku meremas-remas kantung zakarnya. Hendi tampak menikmatinya, “Teruuusss... kocok teruusss...! Kontol gue makin kerasa enak aja...! Teruusss... terusss..!” Hendi melenguh nikmat karena kocokanku semakin kencang dan, “Ooohhh... ooohhh... ooohhh...” semakin panjang lenguhannya. Hingga akhirnya Hendi merasa tidak kuat lagi, dan sebelum benteng pertahanannya jebol dia mengerang, “Auuhh… ooohh… ssshh... sshhh... hhh...” Kemudian tiba-tiba saja pinggulnya mengeras, gerakannya terhenti dengan posisi kontolnya menyusup dalam-dalam ke kerongkonganku “Ooohhh....., gue mau keluar... Ooohhh...” dan.... “Aaaaaaahhhhhhhhhggggg…,” teriak Hendi ketika pada saat yang bersamaan aku merasa ada semprotan cairan kental di kerongkonganku. Kurasakan cairan hangat dan kental itu muncrat deras memenuhi rongga mulutku, begitu banyak hingga berleleran pada bibirku, aku segera menelannya dengan rakus seakan-akan haus akan lendir itu, menghisapnya hingga tetes terakhir. Pejunya yang hangat itu segera mengalir ke dalam dan aku menghabiskannya sampai tetesan terakhir. Aku puas sekali. Tubuhku menggelosoh pelan di samping tubuh Hendi dan si Gondrong yang jatuh kelelahan, basah oleh keringat. Kamar itu hening, suara TV sudah lama hilang, sebagai gantinya hanya terdengar dengusan nafas manusia dewasa sesama jenis yang terkapar sehabis bercinta dengan liarnya. Hendi memandangku dengan lembut, lalu berbisik, "Terima kasih Sayang, gue menikmatinya..." dia mengecup keningku. Aku tidak menjawab, hanya mengangguk pelan dengan senyum kecil menghiasi bibirku. Sementara itu si Gondrong menarik tubuhku merapat ke tubuh telanjangnya. Aku menyusup berlindung di pelukannya. Tubuhku tenggelam sangat rapat dalam pelukan tubuhnya yang kekar. Aku merasakan deru napas si Gondrong yang masih tersisa membelai kupingku. Si Gondrong membersihkan bulir-bulir keringat dari wajahku. Dia juga mengusap, mengelap sisa-sisa sperma yang masih menempel di sudut-sudut bibirku. Aku makin merapat ke tubuh si Gondrong. Terasa Hendi juga memelukku dari belakang, menciumi belakang kupingku dengan pelan, sambil membelai rambutku yang basah serta punggungku yang sedang berada di atas tubuh si Gondrong itu, hingga aku terlelap di dada si Gondrong.

###

4 Gay Erotic Stories from Prince chakran

Andre dan Si Gondrong, Part 1

Hi kenalin, nama aku Andre. ASL? 21 tahun, laki-laki tinggal di Jakarta. Tinggi 175 cm berat 63 kg. Tampang lumayan, malah orang bilang cute mirip Aaron Kwok. Kulit putih karena aku keturunan Chinese, rambut hitam lurus agak gondrong, dibelah tengah, ujung poninya jatuh di bawah kuping. Rambutku halus, sampai kalau nunduk, semua poni jatuh ke depan. Bikin gemes orang aja, pengen

Andre dan Si Gondrong, Part 2

Si Gondrong dengan cueknya berjalan telanjang menuntun aku ke bedeng. Kontolnya yang gede berayun-ayun, basah mengkilat kena air mani campur ludah. Rambut gondrongnya berkibar kena angin. Si Gondrong membuka pintu bedeng yang tak terkunci, menyalakan lampu dan jelas terlihat isi bedeng itu. Di sudut ruangan ada dipan bale-bale tempat para mandor biasanya santai. Si Gondrong lalu

Andre dan Si Gondrong, Part 3

Dengan pasti si Gondrong menggendongku menuju shower daerah mandi terbuka. Angin malam yang dingin nggak mampu mengusir panas dan keringat di tubuh kami. Perlahan aku diturunkan dan disenderkannya di tembok. Aku memandang dia membuka keran shower, berdiri di bawah siraman air, membasahi rambut gondrongnya dan kemudian berbilas membersihkan diri dari sisa pergumulan kami – keringat, ludah

Andre dan Si Gondrong, Part 5

Begitu bangun aku bingung berada dimana, aku juga tidak tahu sudah jam berapa. Aku menemukan diriku masih bugil, tidur tengkurap di ranjang yang acak-acakan. Sisa-sisa sperma kering masih membekas di wajah dan dadaku, sekujur tubuhku terutama dada penuh dengan bekas cupangan yang memerah. Aku melihat sekeliling, hening tanpa suara, entah kemana si Gondrong. Selanjutnya aku tidak tahu

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story