Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Andre dan Si Gondrong, Part 2

by Prince chakran


Si Gondrong dengan cueknya berjalan telanjang menuntun aku ke bedeng. Kontolnya yang gede berayun-ayun, basah mengkilat kena air mani campur ludah. Rambut gondrongnya berkibar kena angin. Si Gondrong membuka pintu bedeng yang tak terkunci, menyalakan lampu dan jelas terlihat isi bedeng itu. Di sudut ruangan ada dipan bale-bale tempat para mandor biasanya santai. Si Gondrong lalu menarik aku ke pelukannya. Diciumnya lagi aku, kali ini lebih pelan. Bibirku dilumat perlahan. Tangannya membelai rambutku, pipiku diusap perlahan oleh tangannya yang terasa kasar, karena kerja fisik. Tak mau kalah aku sibuk membelai rambutnya yang gondrong. Bibir saling melumat, lidahnya menyapu, ciumannya semakin hot. Ludahku yang masih berasa air maninya bercampur ludahnya. Pelan-pelan tangannya membuka kancing kemejaku. Tangannya yang kasar masuk ke balik baju meremas2 dadaku. Aku makin horny, ciuman kita makin bernafsu. Tak mau kalah, tanganku menjalar di perutnya, menjelajahi kotak2 otot perutnya, lalu bergeser ke semak bulu kontolnya yang hitam lebat. Aku kocok lagi kontolnya yang masih licin basah supaya makin bengkak dan keras. Kepala kontolnya kelihatan basah mengkilat dan terasa berdenyut kuat. Nafas si Gondrong makin menderu, mendesah, ciumannnya makin bernafsu. Setelah bibirku habis dilumatnya, mulai lah lidahnya menjilat dan menggigit kupingku. Brewoknya yang belum dicukur terasa kasar menggerus pipi dan tengkuk.Kini giliran leher dan tengkukku yang menjadi sasarannya. Dicium, dijilat dan digigit, sementara tangannya makin kasar menggerayangi dadaku. Putingku ditarik dan dipelintir keras. Auuuw, aku menjerit tertahan. Mataku mendadak jadi kunang2 dan badanku lemas. Karena takut jatuh, tanganku menggelantung erat di lehernya, sementara jilatannya makin liar. Aku makin lemas dan tubuhku makin menggelosor mau jatuh. Dengan sigap dia merengkuh dan menerima tubuhku, diangkatnya lalu direbahkannya tubuhku di dipan. Aku tergolek lemas di dipan, nafasku tak beraturan, mataku berbayang2. Tak terasa kemejaku dilucutinya, disusul celana jeansku. Kini aku tergolek hanya bercelana dalam putih. Kontolku ngaceng keras, celana dalamku udah nggak muat menampung panjangnya hingga kepala kontolku mengintip di elastik celana dalam. Si Gondrong tidur menindih tubuhku, bibirnya menjalar menciumi leher dan wajahku dengan nafsu, nafasnya panas mendengus, lidahnya menjlati setiap senti wajahku. Sementara kontolnya berdenyut keras, mengganjal keras di pahaku. Rambutnya yang gondrong terurai jatuh menutupi wajahku. Hawa makin panas, keringat mulai menetes, badannya yang coklat makin mengkilat, membuat kulit kita makin lengket basah menyatu. Tak terasa celana dalamku pun sudah lepas. Aku kini terbaring telanjang bulat tak berdaya di bale-bale. Papan bale terasa kasar menggores kulit punggungku. Tiap senti tubuhku tak lepas dari ciumannya dan kadang kalau tak puas, digigitnya hingga meninggalkan bekas merah di kulit sekujur tubuhku. Ciuman dan lidahnya makin menjalar turun, ke leherku, ke bahuku, diciuminya setiap senti lipatan lenganku. Digigit. Dijilat. Aku menjerit dan mendesah, kesakitan karena perlakuannya, tapi sekaligus berasa nikmat, tak kuasa melawan birahi yang makin membara. Si Gondrong lalu bangun dan bersimpuh di atas wajahku. Kontol raksasanya dijejalkan ke mulutku. Aku tak kuasa menolak dan pasrah menerima jejalan kontolnya di mulutku. Dia paksa menekan kontolnya keluar masuk mulutku, jauh ke dalam kerongkonganku, membuatku keselek hingga air liurku menetes dan membasahi pipiku. Ludahku makin melumas kontolnya yang kini makin bengkak basah mengkilat dan memperlancar keluar masuk kontolnya. Nafas si Gondrong makin memburu. Terasa air maninya sedikit2 mulai keluar, bercampur dengan ludahku. Kontolnya ngaceng makin keras, lebih gede dari yang tadi di luar. Aku sedot, hisap batang kontolnya sampai dia mendesah-desah keenakan. Dijambaknya rambutku, sambil menekan kepalaku agar menghisap kontolnya makin cepat. Dientotnya mulutku sekali lagi, keras digenjot pantatnya. Sluuurup…. sluuuruuup… pooookk… poookk…. poook…. Tanpa sadar dua tanganku mencengkeram pantat keras si Gondrong, bantu menekan agar genjotan pantatnya makin cepat. “Oooaaah… aaaah… ooohh…. aaah”, hanya itu erangan si Gondrong yang kudengar. Lendir mainya yang kental makin berasa di mulutku, tanda bentar lagi dia mencapai klimaks. Namun tepat sebelum klimaks, dicabutnya kontolnya dari mulutku. “Haaaah… haaaah… ntar dulu… ntar dulu… gua blom mau keluar sekarang…”, dengus si Gondrong. Kini dia berlutut dekat dekat kakiku di ujung bale2. Dengan kasar diangkat dan ditariknya kakiku keatas dan ditumpangkan kedua pahaku pada pangkal pahanya sendiri. Sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar mempertontonkan lubang anusku yang perawan, persis seperti kuncup bunga bulat berwarna merah jambu. Kasar dirabanya lubang anusku dengan jari tengahnya, pluuk pluuk… ditepuknya hingga membuat lubang anusku berdenyut2 menguncup. Si Gondrong cuma menyeringai lebar. Cuuuih… tiba2 dia meludah di lubang anusku. Dengan jari tengahnya yang besar dan kasar diolesnya ludah itu secara merata. Tanpa aba-aba tiba-tiba jari tengahnya ditekan paksa masuk ke anusku. “Auuuuuuw…”, aku teriak, “Jangan, jangan…” Tiba-tiba aku tahu maksudnya. Aku bakal dientot. Membayangkan kontol raksasa si Gondrong masuk ke lubang anusku yang sempit perawan ini makin membuat aku bergidik ngeri. Tubuhku makin meronta2. “Jangan, jangan… tidak!” Melihat aku meronta, makin ditindihnya aku dengan tubuhnya yang besar, membuat kaki ku tertahan di dadanya, sekaligus membuat anusku makin terbuka untuk diraba jarinya. Lalu jari tengahnya yang besar ditekan dengan kasar masuk ke lubang sempit anusku yang basah ludah. Setelah mentok masuk semua jarinya, ditariknya lagi keluar, trus ditekannya lagi. Aku mendelik tak bisa nafas. Sakit, perih karena jarinya yang besar merenggangkan lubang anusku secara paksa. Aku cuma bisa merintih, “Jangan… jangan…. sakit, sakit.” Tapi rintihanku nggak membuat si Gondrong berhenti. Makin lama gerakan jarinya makin lancar karena lubangku telah basah terlumas oleh ludah. Setelah melumas lubangku yang perawan, dia mulai mengarahkan kepala kontolnya, yang basah mengkilat karena ludah dan gede mirip jamur raksasa warna merah tua itu, ke lubang anusku. Dicobanya menekan paksa. “Tidak, tidak…. jangan, jangan…”, aku makin meronta-ronta kesakitan, hingga berakibat kontolnya meleset nggak bisa masuk. “Sialan!” terdengar si Gondrong menggerutu. Nafasnya mendengus, birahinya tak bisa lagi dibendung. “Diem lu! Mau gue bikin enak malah gak mau…”. Setelah itu dia makin menekan tubuhnya menindih aku supaya tidak banyak meronta sambil berusaha menekan kontolnya masuk lubang anusku. Terasa desakan kepala kontolnya menekan lubang anusku. “Aduuuh aduhh…” Si Gondrong tak terpengaruh oleh rintihanku yang kesakitan. Perlahan terasa kepala jamur raksasa itu berusaha menerobos masuk, merobek lubang anusku yang masih perawan. Uuuuuugh… sambil menahan nafas, si Gondrong maksa makin menekan kontolnya, tapi tetap saja nggak bisa masuk karena kepala kontolnya kegedean sedangkan lubangnya sempit. “Sialan… masih perawan lu ya?… Sempit amat sih? Hmmm… musti gue ludahin yang banyak nih biar lancar” Dicabutnya kontolnya dan dioles lagi dengan ludah yang lebih banyak, membuat batang kontolnya makin licin basah mengkilat. Sambil duduk setengah berlutut menindih tubuhku, mulut si Gondrong mulai menjalari tubuhku lagi, kepala kontolnya menekan lubang anusku. Ciuman dan jilatannya makin menjalar. Nafasnya mendengus terasa panas di kulitku. Perlahan tapi pasti mulutnya sampai di dadaku, lidahnya kini menyapu putingku, dihisap, dimainkan, diplintir-plintir dengan lidahnya. Aku terlena, merasa enak. Selagi aku keenakan, tiba-tiba dia menggigit putingku dengan keras, sambil menghentakkan pinggul, menekan pantatnya, agar kepala kontolnya menghujam masuk lubang anusku.... “Auuuw!”, aku menjerit keras kesakitan. Si Gondrong menekan lagi... akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang anusku membesar, otot anusku meregang dan mulai menerima kehadiran kepala kontol raksasanya. Aku menggigit bibir kesakitan, merintih-rintih minta ampun. Kontol si Gondrong menekan lagi dan sssrrrrtt.... crrrkkk.... akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang anusku. Hgggghhhhgghgh.... Si Gondrong agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Heekkgggghhhh... Si Gondrong menahan napas sambil memajukan pinggulnya dan pleeeg... otot gelang anusku langsung menjepit erat kepala kontolnya. Aku menjerit dan merintih kesakitan karena lubang anusku yang sempit perawan seakan dirobek paksa oleh kepala kontol raksasa miliknya. Woooww... si Gondrong merasa nikmat yang luar biasa saat otot liang anusku menjepit kepala rudalnya. Dinding anusku terasa hangat dan licin karena ludah, namun cengkeraman otot anusku begitu kuat seakan-akan kepala kontolnya seperti diremas-remas saja. Si Gondrong melihat urat-urat batang kemaluannya makin menonjol keluar saking banyaknya darah yg mengalir ke situ... Dia kembali menekan.... hhhggh…. hhgggghhhh ....dan aku makin menjerit kesakitan. Namun si Gondrong tak peduli, mili demi mili batang kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang anusku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 3 centi seperti ada gelang otot kedua yang ketat menghalangi kepala kontol si Gondrong untuk terus masuk... Dia terus menekan dan tessss .... aku merasa seperti ada yg robek dan terasa perih banget, bersamaan dengan itu aku melengking keras sekali dan tak terasa air mataku mengalir karena kesakitan.... ”Aaaaaa… aauuuuuuuuuuwwwwwww ....huk..huk...huu....huu… Sakit…. Sakit…. Ampun, ampun…" Wah ada yang otot robek nih pikirku, sebentar lagi pasti keluar darah, namun si Gondrong tak begitu peduli karena dia terus menekan .... hgggghhhhgghgh .... batang kontolnya yang raksasa dengan ngotot terus maksa memasuki liang anus milikku yg luar biasa sempit itu. Si Gondrong merasa betapa ketatnya liang anus itu menjepit batang kontolnya yg sudah masuk sekitar 6 senti ... aagghhhh .. si Gondrong menahan rasa nikmat jepitan otot anusku. Dipegangnya pinggulku dan ditarik kearahnya .. srrrtt ...crrrrkrkttt .... batang rudal raksasanya masuk makin ke dalam.... ooouuuhhhh terasa oleh si Gondrong, nikmatnya setengah mati. Sementara itu tak terasa aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara si Gondrong sendiri malah merem melek keenakan. Sebentar kemudian si Gondrong memegang pinggulku lebih erat lalu dia mengambil napas dan ancang-ancang… Merasa keenakan, si gondrong pengen buru2, kontol gue harus cepat dimasukin semuanya nih. Dan hhhhhhhgg…. hghghhgghghgggkkkk.... dia menghentak keras ke bawah.... sssrtt… ccrrrrrrrttttt... crrtt... dengan cepat batang kontolnya mendesak masuk liang anusku, “Wwaaahhhgggghhh....”, si Gondrong mengerang nikmat, hampir saja air maninya muncrat saking kuatnya gesekan dan jepitan otot anus milikku. “Oooouugghhgh....” dia mengatur napas agar air maninya nggak keburu muncrat.... Si Gondrong merasa tinggal sedikit, kira2 3 senti, yg belum masuk... dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan ..... cccrrrrrrttt ...sset.. Akhirnya kontol raksasanya sepanjang 20 senti secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di dalam liang anusku. "Oooooooooooo…… oooggggghhhh… hhhhhhhhhhhhh ...........", si Gondrong berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat otot anusku yg luar biasa. Sementara aku hanya memekik kecil sambil memandang si Gondrong yang merem melek keenakan. Bibirku bergetar menahan sakit. Wajah si Gondrong yg jantan menatap gemes kepadaku. Rambut gondrong dan tubuhnya basah kuyup karena keringat, menetes ke dada dan wajahku lewat ujung rambutnya yang menjuntai. "Gilaaaaa, sempit banget lubang lu. Enak banget, gilaaaa.... lebih enak dari memek", bisiknya lirih sambil menyeringai nakal. Si Gondrong lalu merebahkan badannya yang basah kuyup keringat di atas tubuhku yg telanjang, sambil memelukku penuh nafsu, dadanya kembali menekan dadaku. Nikmat. Tubuh kami telah menyatu, dalam suatu persetubuhan indah. Kurasakan otot anusku menjepit dan meremas kuat batang rudal si Gondrong yg sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan. Dengan perlahan, diusapnya mesra wajahku yg masih menahan sakit menerima tusukan alat vitalnya. Aku hanya bisa menggigit bibir kesakitan. Si Gondrong mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun.... Batang kontolnya mulai menggesek liang anusku dengan kasar... ssrrrtt... srrttt.... pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan batang kontolnya yang ngaceng. Aku memeluk punggungnya dengan kuat. Ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras, kukuku tak terasa menembus kulitnya. Tapi si Gondrong tak peduli, dia sedang asyik menyetubuhi dan menikmati tubuhku. Yang terasa oleh si Gondrong, batang kontolnya seakan dibetot dan disedot oleh liang anusku yg benar2 super sempit itu. Aku hanya bisa merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya. Beberapa kali malah aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli. Si Gondrong hanya merasakan betapa liang anusku yg hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat batang kontolnya, seakan mengenyot nikmat, ketika ditarik keluar terasa pantatku seolah mencengkeram kuat alat vitalnya, sehingga ketika dia memaksa untuk keluar daging anusku terasa ikut keluar.... Aggggggghhhh .... nikmatnya luar biasa sekali, si Gondrong sampai mendesis panjang saking nikmatnya. Si Gondrong mengira tak lebih dari 2 centi saja batang kontolnya yang bisa bergerak keluar masuk menggesek liang anusku... itupun susahnya setengah mati, walaupun sangat nikmat. Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggang si gondrong. "Aaawwww ..... aduuuuh mass .... sakit masss... aduuuuhhh..... ngilu mas..... iiihh...", aku berteriak kesakitan. Si Gondrong cuek saja melihat aku, abis enaak sih. "Maaf sayang.... gue mainnya kasar yaah... gue nggak tahan lagi nih ....aahhhhgghghhh ... ...", bisiknya sambil menahan rasa nikmat pada alat vitalnya. Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan kontol si Gondrong mengocok anusku. Aku terengah-engah, “Hah, hah, hah,......” Pelukan kedua tangan si Gondrong semakin erat ke tubuhku. Semakin lama gerakan kontol si Gondrong semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam liang anusku menggeliat-geliat dan berputar-putar. Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Si Gondrong kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur seakan sedang push-up dan ouwwww........ Si Gondrong semakin memperkuat dan mempercepat kocokan kontolnya, di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng liar ke sana ke mari keenakan, sampai akhirnya si Gondrong merasa air maninya sudah mendesak ingin muncrat keluar.... Si Gondrong mengerang-ngerang dan teriakkannya sesekali terdengar lepas tak ditahannya... Digenjotnya terus anusku, dipacunya gerakan pinggulnya dan lagi-lagi dia mempererat dan mengencangkan pelukannnya sambil merintih, “Ohhh… aahhh… uuuh… enaaaak… teruusss… teruuuuss… sayang…… auuw…. enaaaak…. teruuuus….”, diraihnya wajahku.dan dilumatnya mulutku. Eehmm…. ehmm…. suara yang keluar dari mulut si Gondrong saat menciumku setiap kali dihentakkan kontolnya keras-keras ke anusku. Sesaat kemudian tubuhnya mengejang dan kepalanya bergoyang-goyang kekiri dan ke ke kanan, sambil mulutnya mengerang keras. Pinggulnya menghentak-hentak dengan keras diimbangi gerakan pinggulku. Keringat bercucuran membasahi tubuh, membuat lengket tubuh kami jadi satu. Si Gondrong mempercepat gerakan pantatnya dan terasa desakan dan denyutan di kontolnya semakin menjadi saat ujung kontolnya menggesek dinding dalam liang anusku. Dan pada suatu hentakan yang keras si Gondrong mendekap kepalaku keras-keras dan melolong histeris, "Ooouuuuhhhggh…” Si Gondrong merintih keenakan, dan akhirnya dia tak dapat menahan lagi desakan air maninya, disemprotnya air maninya di dalam liang anusku, "Uuuuuuuuuh.......uuuuuhhh......uuuuuhhhh", sambil menekan kuat2 kontolnya yang terbenam itu ke liang anusku. "Huuuuh" desis si Gondrong dan crooottt maninya muncrat, "Huuuh" desis si Gondrong lagi dan crooottt maninya muncrat lagi dan tiap kali maninya muncrat aku ikut mengerang, terasa semprotan cairan hangat di dalam lubangku. Saking enaknya, pada saat bersamaan, di ujung kontolku terasa ada yang berdenyut dan sepertinya mau kencing. "Aaach...ssreeett!". Aneh, rasanya nikmat sekali tidak seperti bila aku kencing biasa di kamar mandi... “Ooh.. aah… aduh…. aduuhh…” Dan ….. crot, cott, crotttt, crotttt, crooootttt, tanpa sekalipun disentuh kontolku muncrat air maninya. Muncratan pertama mendarat di rambut si Gondrong yang terurai, sekali menghantam daguku dan terakhir beberapa kali mendarat di dadaku, bercampur lengket dengan keringat tubuh kami. Sesaat kemudian gerakan dan hentakan tubuh si Gondrong juga berhenti dan akhirnya kedua kakinya terkulai lemas telungkup di atas tubuhku. Setelah itu aku merasa lega dan nikmat..., badanku terasa ringan dan lemas di sekujur tubuh. Kupandang wajahnya dan kami saling menatap. Si Gondrong tersenyum, nafasnya masih ngos2an, tangannya mengusap wajahku dan meyibak poni rambutku yang basah tergerai. Dia mencium mulutku dan mengusap rambutku sambil berbisik, “Gimana rasanya? Enak apa nggak?” Aku tak menjawab namun tersenyum saja, dan langsung kupeluk dia dan kucium mulutnya. Baru sekarang terasa kalo lubang anusku sakit dan perihnya bukan main. Setelah beberapa menit, si Gondrong pelan2 mencabut kontolnya yang udah lemas dan “pluk” suaranya seperti botol sampanye dibuka. Tiba tiba aku merasa ada cairan hangat meleleh di pahaku, dan “pluk” jatuh ke bale. Rupanya air maniku dan air kenikmatannya bercampur jadi satu dan jatuh. Perlahan si Gondrong beranjak dari bale, pas menarik kontolnya, dia melihat kontolnya basah oleh lendir kental putih kemerahan, air mani campur darah. Si Gondrong memandangku yang masih tergolek mengangkang di bale2, seluruh selangkangku tampak basah dan dari celah lubang anusku yang kini tampak lebar memerah, meleleh lendir mani kental putih kemerahan yang cukup banyak sampai menetes di bale2. Perlahan dibimbing nya aku berdiri, nggak lama dari lubang pantatku jatuh lagi campuran lendir kental mani campur darah dilantai dan kali ini lebih banyak. Ada juga yang meleleh di pahaku yang mulus. Pantatku sakit dan perih sekali, lubangnya terasa ngilu dan pegel. Kakiku lemas banget sampai nggak kuat berdiri. Melihat aku nggak mampu berdiri, apalagi jalan, si Gondrong mengangkat tubuhku dan digendongnya aku di depan. Aku hanya bisa memeluk erat lehernya, mengelayut lemas dan merebahkan kepalaku di pundaknya. Wajahku terbenam di rambut gondongnya yang basah oleh keringat. Rambutnya wangi, segar bau shampoo.

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

4 Gay Erotic Stories from Prince chakran

Andre dan Si Gondrong, Part 1

Hi kenalin, nama aku Andre. ASL? 21 tahun, laki-laki tinggal di Jakarta. Tinggi 175 cm berat 63 kg. Tampang lumayan, malah orang bilang cute mirip Aaron Kwok. Kulit putih karena aku keturunan Chinese, rambut hitam lurus agak gondrong, dibelah tengah, ujung poninya jatuh di bawah kuping. Rambutku halus, sampai kalau nunduk, semua poni jatuh ke depan. Bikin gemes orang aja, pengen

Andre dan Si Gondrong, Part 2

Si Gondrong dengan cueknya berjalan telanjang menuntun aku ke bedeng. Kontolnya yang gede berayun-ayun, basah mengkilat kena air mani campur ludah. Rambut gondrongnya berkibar kena angin. Si Gondrong membuka pintu bedeng yang tak terkunci, menyalakan lampu dan jelas terlihat isi bedeng itu. Di sudut ruangan ada dipan bale-bale tempat para mandor biasanya santai. Si Gondrong lalu

Andre dan Si Gondrong, Part 3

Dengan pasti si Gondrong menggendongku menuju shower daerah mandi terbuka. Angin malam yang dingin nggak mampu mengusir panas dan keringat di tubuh kami. Perlahan aku diturunkan dan disenderkannya di tembok. Aku memandang dia membuka keran shower, berdiri di bawah siraman air, membasahi rambut gondrongnya dan kemudian berbilas membersihkan diri dari sisa pergumulan kami – keringat, ludah

Andre dan Si Gondrong, Part 5

Begitu bangun aku bingung berada dimana, aku juga tidak tahu sudah jam berapa. Aku menemukan diriku masih bugil, tidur tengkurap di ranjang yang acak-acakan. Sisa-sisa sperma kering masih membekas di wajah dan dadaku, sekujur tubuhku terutama dada penuh dengan bekas cupangan yang memerah. Aku melihat sekeliling, hening tanpa suara, entah kemana si Gondrong. Selanjutnya aku tidak tahu

###

Web-02: vampire_2.0.3.07
_stories_story