Gay Erotic Stories

Di semua pendidikan militer, senam pagi merupakan acara rutin dan mungkin bukan acara istimewa. Tetapi waktu aku masih Calon Prajurit Taruna (Capratar) di suatu akademi militer (entah dimana, tak perlu dipermasalahkan!), senam pagi adalah acara yang istimewa (sadisnya!). Untuk Capratar senam pagi dimulai jam 05:00 pagi sampai jam 06:00. Hanya satu jam, tapi bisa merupakan peristiwa yang mengerikan dan menegangkan. Pelatih untuk acara senam pagi diambilkan dari 4 pasukan elit dan setiap hari tim pelatih dari masing-masing pasukan elit bergantian. Para pelatih senam pagi ini agaknya orang-orang pilihan semua. Karena semuanya berwajah tampan - ganteng, bertubuh kekar, atletis, berotot dan semuanya "berdarah dingin" alias suka menyiksa!. Pada bulan pertama, senam pagi merupakan acara yang paling kami takuti. Karena kami adalah Capratar baru yang sedang adaptasi dengan suasana akademi militer yang sadis dan kami belum terbiasa dihajar secara militer. Kehadiran pelatih militer elit yang tampan dan berotot dan hanya mengenakan kancut minim, membikin aku (yang gay sejak kecil) sering tegang-terangsang sampai badan merasa lemas. Seperti halnya para pelatih, pada acara senam pagi kami Capratar tidak mengenakan alas kaki dan hanya mengenakan kancut atau cawat yang dirancang oleh akademi militer untuk Taruna. Yaitu cawat yang minim, rendah tapi ketat. Cawat ini sangat baik untuk mencegah burut (kondor atau hernia) karena ketat dan dibuat dari bahan yang kuat. Tetapi karena minim dan ketatnya, kadang-kadang kontol dan biji peler kami hampir tidak muat. Apalagi jika kontol kami sedang ngaceng berat. Sebagian Capratar dan pelatih yang kontolnya besar atau panjang, kadang-kadang terlihat ujungnya menyembul dari bagian depan kancut minim itu. Terutama kalau mereka sedang tegang-terangsang. Ketatnya kancut itu juga membikin kami sering tegang-terangsang alias ngaceng terus! Bagian samping kancut itu dirancang terbuka dan bagian belakangnya bagaikan secarik kain yang sekedar menutup belahan pantat saja, seperti kancut G-string. Minimnya kancut itu juga membikin kami sering merasa telanjang tidak mengenakan apa-apa. Rendahnya kancut itu juga mengakibatkan semua pelatih dan Capratar terlihat sebagian rambut kemaluannya (jembut) yang umumnya berwarna hitam. Pemandangan ini juga cukup sering membikin kontolku jadi tegang-terangsang! Semua pelatih senam selalu menggenggam "alat bantu" berupa sebuah pecut atau cemeti (cambuk). Tiap tim pelatih mempunyai bentuk cambuk sendiri-sendiri : ada yang membawa cambuk kuda (bull whip), ada yang membawa pecut kawat dan ada yang menyediakan cemeti yang ujungnya diberi logam tajam. Tapi sebagian pelatih ada juga yang tidak membawa cambuk, tapi menyiapkan koppelriem atau ikat pinggang kulit. Biasanya yang dihajarkan ke tubuh Capratar adalah bagian logamnya. Sehingga koppelroiem dan sabuk lebih berfungsi sebagai alat pemukul dari pada alat pelecut!. Akademi militer juga menyiapkan besi (untuk ditempel ke paha Capratar setelah dipanaskan) dan kabel penyengat listrik (biasanya disundutkan ke kemaluan, puting susu, ketiak atau lubang pantat Capratar sampai Capratar menggigil dan menggeliat-geliat). Karena kami nyaris telanjang, sedangkan pelatih memegang alat penyiksa, keruan saja para pelatih itu nafsu sadisnya muncul dan terdorong untuk sering-sering menghajarkan alat siksanya kepada kami para Capratar. Kebetulan para pelatih itu semuanya orang pilihan yang terkenal sadis dan hobby menyiksa. Status Capratar seperti bukan manusia lagi, bahkan diperlakukan seperti budak belian atau bahkan tidak lebih dari binatang ternak saja. Setelah senam semua Capratar badannya babak-belur, penuh lecet, luka, lebam, dan lepuh akibat dilecuti, ditempeli besi panas dan disengati listrik! Penghajaran Capratar dilakukan waktu lari pagi (30 menit). Para pelatih ikut lari di samping barisan Capratar, sambil memberikan instruksi, bentakan sambil dengan senang hati para pelatih itu menghajarkan alat-alat siksanya masing-masing ke Capratar di dekatnya. Penghajaran dilanjutkan 30 menit berikutnya waktu Capratar senam di tempat. Pada 10 menit terakhir, Capratar disuruh menanggalkan kancutnya dan dalam keadaan telanjang bulat mereka diperintahkan push up dan sit up 300 kali. Jika tidak kuat, boleh ditebus dengan hajaran cemeti pelatih. Jadi kalau dari 300 kali gerakan hanya kuat 200, sisanya bisa ditebus dengan 100 kali hajaran pecut pelatih. Sebelum senam diakhiri, para pelatih berkeliling memeriksa tubuh Capratar. Jika ada Capratar yang kelihatan kurang atau belum cukup babak-belur, ia segera diseret ke depan barisan dan di sana dia dihajar oleh Komandan Tim sampai tampak cukup babak-belur. Sadis! Karena sadisnya perlakuan pelatih pada Capratar, tidak heran jika Capratar paling takut dengan senam pagi. Setiap hari ada saja Capratar yang secara refleks terpancar air mani sebelum mulai senam atau di tengah senam. Karena stress dan ketakutan melihat buasnya para pelatih itu! Aku pribadi sangat menikmati hajaran pelatih kekar dan ganteng itu, karena aku gay yang doyan S/M. Jika aku terpancar air mani waktu senam, bukan karena stress ketakutan, tapi karena makin dihajar aku makin terangsang sampai orgasme. Sekarangpun (setelah aku jadi perwira tinggi), aku langsung ngaceng tegang-terangsang jika ingat senam pagi waktu masih Capratar. Kalau makin diingat-ingat maka aku terpaksa harus onani (ngocok, coli, ngeloco, alias masturbasi!). Semuanya, terasa sadis, jantan dan nikmat sekali!