Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

My Terrible Experience as Cadet

by Bagus Errwynn


The terrible thing to be a cadet is that the instructors or the senior cadets always have good reasons to punish, either for minor infractions or just for reasons they just make it up. Saat aku menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer, dampak psikologis dari perlakuan keras, kejam dan sadis terhadap Taruna nyaris tidak diperhitungkan. Apalagi masa Latihan Dasar Militer atau Masa Capratar (Calon Prajurit Taruna). Pada masa itu bahkan popor senapan masih boleh digunakan sebagai alat pemukul (alat bantu), seperti halnya dengan pecut kawat yang dengan dengan leluasa digunakan oleh Taruna Senior dan Pelatih untuk menghajar Capratar. Suatu cap besi bermotif lambang Akademi Militer juga tersedia. Cap itu seperti cap untuk menandai pemilik ternak (sapi) di Amerika Serikat. Untuk sapi, cap itu dipanaskan dulu lalu ditempelkan di paha sapi sehingga akan tergambar lambang pemilik peternakan pada paha binatang itu. Tentu saja waktu ditempeli cap besi panas itu, sapi akan memberontak dan menggelepar kesakitan. Untuk Capratar juga tersedia cap besi seperti itu walaupun dibuat dalam ukuran yang lebih kecil. Biasanya Capratar tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak berteriak : "AAAGHH" kesakitan , jika ditempeli cap besi panas seperti itu. Seumur hidup bekas cap itu tidak bisa hilang, seperti tattoo, bedanya tentu penempelan cap besi panas terasa lebih nyeri dan LEBIH SADIS dibandingkan dengan menggambar dengan jarum tattoo! Seperti halnya pada setiap pendidikan atau latihan, selalu ada saja kawan atau kawan-kawan yang dekat dengan kita. Apakah karena persamaan sifat, kegemaran, bernasib sama atau alasan lainnya. Waktu aku masih Taruna aku punya teman dekat yang namanya Johann. Aku merasa banyak persamaan sifat antara aku dan Johann. Akan tetapi selama jadi Taruna apalagi waktu masih Capratar, apabila dua atau lebih Taruna berkawan baik pasti akan diganggu para Pelatih atau Taruna Senior. Sampai sekarang aku tidak tahu apa alasannya. Mungkin untuk mencegah berkembangnya hubungan homoseksual antar Capratar atau mencegah munculnya persekongkolan. Oleh karena itu jika kami punya teman dekat yang cocok dengan diri kami masing-masing, kami berusaha menutupi dengan hati-hati. Akan tetapi tidak mudah merahasiakan hal-hal seperti itu. Karena praktis Capratar statusnya seperti budak-belian, tidak punya hak pribadi apa pun!. Bahkan rambut ketiak pun diperiksa setiap hari, tidak boleh tumbuh selembar pun. Jika sampai kedapatan ada Capratar ketiaknya tidak dicukur atau dicabuti, maka seharian dia akan semaput akibat kena hajar Taruna Senior. Untuk pelanggaran seperti itu, yang sering adalah Capratar dihukum dengan sengatan listrik pada kontol dan ketiaknya berkali-kali sampai menggelepar-gelepar, lelah, lemah dan semaput!. Ada juga yang setelah diharuskan mencabuti rambut ketiak yang masih tersisa itu juga dipaksa mencabuti rambut kemaluan, bulu kaki dan bulu dadanya. Tentu saja siksaan seperti itu tidak seberapa sakit, jika seandainya waktu sedang mencabuti rambut dan bulu itu, Taruna Senior tidak terus menerus asyik mencambuki tubuh Capratar tersebut! Selain itu, setelah jembutnya botak, maka hal itu akan menarik perhatian Taruna Senior lain. Hal seperti ini akan menjadi alasan untuk Taruna Senior lain untuk bertanya-tanya ini-itu lalu melakukan siksaan-siksaan lagi. Yang paling sering dijadikan alasan untuk menghukum atau menghajar seorang Caparatar adalah karena : "berdiri kurang tegap". Sesuatu yang tidak ada batasannya, sangat subyektif dan nyata-nyata hanya dicari-cari! Walaupun persahabatan kami (aku dengan Johann) dengan hati-hati kami tutup-tutupi, rupanya berhasil tercium juga oleh beberapa Taruna Senior. Rupanya mereka tahu aku (atau Johann) sering berbagi makanan secara diam-diam di Ruang Makan. Juga kedapatan kami sering makan satu meja waktu makan siang atau makan pagi. Pada suatu pagi aku senam pagi di samping Johann. Tiba-tiba saja Sersan Mayor (Serma) Taruna Jeffry - seorang Taruna Senior yang terkenal ganas dan suka menyiksa - memanggil kami berdua, setelah terlebih dulu pipi kami ditampar sampai bibirku pecah dan berdarah, segera kami disuruh menanggalkan kancut kami (Capratar melakukan senam pagi hanya mengenakan kancut saja) - bertelanjang bulat! Lalu kami disuruh berteriak dengan lantang mengaku telah melakukan pelanggaran disiplin, yaitu : berdiri kurang tegap waktu senam pagi, karena itu kami minta dihukum berat! Serma Jeffry orangnya ganteng, tubuhnya tinggi ramping, atletis, kekar, kuat dan sangat berotot. Waktu latihan renang dia sering datang mengawasi kami berlatih (sambil sekali-sekali dia menghajarkan pecutnya ke tubuh kami para Capratar). Peraturan yang berlaku di Akademi Militer adalah siapa saja yang ada di sekitar kolam renang harus bertelanjang bulat. Maka di situlah aku bisa melihat bahwa kontol Serma Jeffry lumayan besar, hanya sedikit lebih kecil dari kontol kuda!. Mungkin karena ototnya kuat dan terlatih, atau mungkin karena jika ia mengayunkan cemetinya selalu dengan kekuatan penuh, setiap lecutan cemetinya (dengan cambuk kuda) selalu menghasilkan lecet berdarah pada kulit Capratar! Demikian juga pagi itu, kami segera diperintah mengambil posisi "menyerah" (atau "siap dibentuk" alias "siap disiksa"), yaitu : berlutut dengan kedua lengan terangkat ke atas. Setelah kami berdua berlutut, tanpa mengatakan ba bi bu, ia langsung menghajar bagian belakang tubuh kami dengan cemeti. Masing-masing kami dihajar 6 kali, yaitu : 2 kali dipunggung, 2 kali di bokong, dan 2 kali di paha belakang. Tapi ke-6-nya meninggalkan lecetnya yang mebiaskan darah segar, kata teman Capratar yang melihat dari belakang. Tiap kali terdengar "CETTARR" segera terasa punggungku pegal, lalu panas dan pedih (Tapi karena aku seorang Gay S/H maka setiap CETTARR aku juga tambah ngaceng nikmat dan terangsang). Pada CETTAR yang ke-6, kontolku jadi tegang terangsang sekali oleh nikmatnya perih lecutan di bokong, sehingga kontolku jadi merah dan berkilat kepalanya. Melihat aku ngaceng begitu, Johann dipaksa mengulum kontolku oleh Serma Jeffry, setelah itu aku juga dipaksa mengulum kontol Jeffry sampai kami masing-masing terpancar air mani CROT...CROT...CROT! Kontol kami terasa berdenyut-denyut lalu makin lama makin layu dan mengecil tampak menunduk!. Semua itu kami lakukan di hadapan barisan Capratar yang sedang senam pagi. Belum puas, tanganku diborgol dengan tangan Jeffry tapi dalam posisi telungkup. Jeffry telungkup di depanku, lalu tangan kananku dijulurkan ke selangkangan Jeffry dan diborgolkan ke tangan kanannya yang diletakkan di perut sekitar kemaluan. Dengan demikian tangan kananku bisa merasakan kontol dan selangkangannya yang basah oleh keringat )posisi ini disebut manuver rantai). Dalam keadaan demikian kami diharuskan tinggal di lapangan selama 8 jam, dari jam 06:00 sampai jam 14:00. Jam 14:00, dengan perasaan lapar, haus, lemas, lelah kami disuruh bergerak (masih diborgol) katanya ke arah bangsal siksa. Karena susah bergerak, Serma Jeffry membantu kami dengan menghajarkan cemetinya berkali-kali ke tubuh kami berdua. Belum sampai di kamar siksa kami berdua sudah pingsan karena kurang cairan dan kebanyakan dicambuk. Waktu siuman, aku sudah di klinik, masih telanjang bulat, borgol dipindah posisinya ke tangan kiriku dan diborgolkan ke tangan kanan Johann. Johann sudah sadar duluan. Kami digeletakkan di lantai berdua tanpa alas apapun dan sampai magrib baru diberi minum air segelas, lalu ditinggal di situ sampai pagi tidak diberi makan apapun dan tetap bertelanjang bulat. Itulah cara menyiksa yang sederhana, tapi benar-benar sadis dan terasa menyakitkan (tapi nikmat!). Apalagi kesalahan kami tidak jelas atau bahkan tidak ada !

###

17 Gay Erotic Stories from Bagus Errwynn

A Test Of The Endurance Towards Pain

Is it true that a soldier must be able to endure severe pain? So that the training must also include how to deal with pain? But the instructors create a torture that create pain like hell! Temanku Johann terpilih jadi Komandan Capratar. Karena memang dia punya banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan Capratar lain. Capratar atau Calon Prajurit Taruna adalah sebutan untuk Taruna

A Wonderful And Heavenly Time With Arief

To share the room with Arief in Australia was such an enjoyable and heavenly experience in my life. Sudah sejak lama aku tertarik kepada Arief (M. Arief S. Suditomo) seorang penyiar berita di TV. Tetapi, para pembaca yang terhormat perlu ingat bahwa ada ribuan penyiar bernama seperti itu. Jika ada persamaan dengan nama seseorang, tentulah itu semata-mata suatu kebetulan atau

Come Across A Celebrity

I have never imagined that one day I will be able to know him in person and much more to enjoy and to taste his body. Aku adalah seorang manajer gedung pencakar langit. Gedung itu milik suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang property. Karena letaknya strategis dan rancangan serta lay out-nya menarik, gedung itu sering dijadikan tempat shooting untuk iklan, video clips maupun

Diperkosa Dua Orang Pelatih

Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian. Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan ataupun terpikat baju seragamnya.

Hanya Karena Terlambat Melapor

Setiap hari Sabtu dan Minggu setiap Prajurit Dua (Prada) mendapat Izin Bermalam (IB) di luar asrama kesatuan. Prada di negaraku, umurnya rata-rata sekitar 18 - 20 tahun. Karena terbatasnya lapangan kerja di negaraku (tak perlu kusebut negara mana), banyak di antara Prada itu berpendidikan umum high school (sekolah menengah atas). Padahal sebetulnya persyaratannya cukup pendidikan umum

Jeffry My Best Friend

This is what happened during my cadet days in the Military Academy. Pengalaman ini aku alami sewaktu aku masih menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer di suatu negara yang tidak perlu aku sebutkan. Pada masa itu, sangat lazim bahwa kekejaman diterapkan kepada kami para Taruna. Apakah sekarang cara-cara sadis dalam pendidikan militer masih diterapkan di negara tersebut, aku tidak

Mess Perwira

Aku seorang tentara dari suatu negara. Di Malaysia disebut Tentara Darat Di-Raja atau Royal Army. Aku berpangkat Kapten dan menjabat sebagai perwira yang bertanggungjawab di bidang intelijen, penegakkan hukum militer dan disiplin. Komandanku berpangkat Letnan Kolonel dan dalam cerita ini akan aku sebut "Komandan" saja. Walaupun sebetulnya aku ingin sekali menyebutkan namanya, karena aku

My Father's Aide De Camps

Ayahku seorang perwira tinggi suatu angkatan yang tak perlu aku sebutkan di negara mana. Sebagai pejabat militer penting dengan pangkat berbintang-bintang dia didampingi seorang ajudan, namanya Jeffri berpangkat Letnan Satu. Ajudan dalam Bahasa Inggris disebut ADC atau Aide De Camps. Tugas ajudan adalah melancarkan pekerjaan dari pejabat yang didampingi termasuk mengatur waktu dan

My Terrible Experience as Cadet

The terrible thing to be a cadet is that the instructors or the senior cadets always have good reasons to punish, either for minor infractions or just for reasons they just make it up. Saat aku menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer, dampak psikologis dari perlakuan keras, kejam dan sadis terhadap Taruna nyaris tidak diperhitungkan. Apalagi masa Latihan Dasar Militer atau Masa

Swimming In A Deserted Pool

Waktu peristiwa ini terjadi, abang iparku menjabat komandan batalyon dari tentara di suatu negara (yang tak perlu kusebut nama negaranya). Asrama batalyon itu terletak di luar kota dan abangku tinggal di rumah dinas dalam kompleks asrama itu. Kalau hari libur aku sering menginap di rumah abang ipar atau kakakku itu. Mereka tidak dikaruniai anak sampai sekarang. Kadang-kadang kalau

Taken Hostage By Free Aceh Movement

It was just a good luck that being a serviceman I was freed unharmed by the Aceh Free Movement men after taken hostage for almost one month. But I had to serve the needs of these men. Kejadian ini bagaikan mimpi. Ketika itu aku menyamar sebagai "orang sipil" dengan mengubah potongan rambutku, cara berpakaian, cara bersikap bahkan cara bicara. Tugasku di bidang intelijen

The Enjoyable Pain And Happiness Of A Cadet

To be a Cadet of the Military Academi was my obsession as a teenage. I was very happy when I passed the test and accepted to join the Military Academy. Really, I got what I wanted : the enjoyable pain and happiness! Dapatkah anda bayangkan apabila anda sehari-hari dikelilingi oleh pria-pria ganteng yang wajahnya mirip Donny Kesuma (yang ganteng dan atletis), Anjasmara (yang ganteng),

The High School Next To The Military Academy

Those high school students who want to become a cadet in the military academy have to attend an orientation course which is quite (sexually) impressive. Waktu aku masih bertugas sebagai instruktur di akademi militer suatu negara (yang tak perlu kusebut namanya) ada kegiatan yang disebut Orientasi Pelajar. Kegiatan ini hanya bisa diikuti oleh murid laki-laki dari sekolah menengah

The Military Detention Centre

I never imagined that in this modern times a military detention centre still has a torture chamber. Aku memanggilnya Bang Jeffri karena dia kakak kelasku di Akademi Militer (tak perlu kusebut di negara mana). Kami hanya berbeda satu tahun dan aku sebetulnya cukup dekat dengan Bang Jeffri. Waktu masih jadi Taruna di Akademi Militer, Bang Jeffri termasuk Taruna Senior yang gemar

The Strange Policy In The Military Academy

The Military Academy has a strange policy of making circumcision obligatory to all of its cadets. Bagaimana sejarahnya hingga sunat (khitan atau sirkumsisi) merupakan kewajiban bagi semua Kadet atau Taruna Akademi Militer? Tidak jelas. Secara resmi dinyatakan bahwa kewajiban itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Taruna (yang kelak jadi Perwira), dan demi kesempurnaan

What Did Shellwynn Do To Johann?

How could Johann an army officer who possessed a black belt karate could not resist the sexual encounter of Shellwynn? Baik Shellwynn maupun Johann jika dilihat dari luar adalah lelaki normal. Keduanya menikah dan punya seorang anak. Penampilan dan profesi Shellwynn sangat berbeda dengan Johann. Wajah Shellwyn bernuansa Eropa, terutama karena warna kulitnya yang terang dan hidungnya

What Did They Do To Me In Captivity?

He was abducted not because of political reasons but for sexual reasons instead. His magnificent body had attracted the rebels to take him into captivity in order to take turns enjoying his big cock, ass, nipples and armpits. Abdul Rasyid, putera Aceh asli dari Blang Pidie adalah seorang mahasiswa di suatu fakultas di Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Dia bukan aktivis politik

###

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story