Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

A Test Of The Endurance Towards Pain

by Bagus Errwynn


Is it true that a soldier must be able to endure severe pain? So that the training must also include how to deal with pain? But the instructors create a torture that create pain like hell! Temanku Johann terpilih jadi Komandan Capratar. Karena memang dia punya banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan Capratar lain. Capratar atau Calon Prajurit Taruna adalah sebutan untuk Taruna yang baru masuk di Akademi Militer (di suatu negara yang tidak perlu kusebut namanya), yaitu masa 3 bulan pertama pendidikan. Masa itu adalah masa latihan dasar militer yang sangat berkesan karena merupakan masa penuh siksaan berat! Kata orang angka hasil seleksi (masuk Akademi Militer)Johann paling bagus. Baik nilai akademik, kesemaptaan jasmani (physical fitness), psikotest, maupun penampilan lahiriah. Sebetulnya sayang sekali Johann masuk Akademi Militer jadi Taruna. Seharusnya dia jadi bintang film atau politikus, pasti banyak penggemarnya atau pengikutnya. Johann seperti punya darah Eropa (tapi dia bilang tidak), kulitnya putih terang, hidungnya seperti hidung Eropa, wajahnya ganteng, tubuhnya ramping dan atletis. Karena hobby-nya olahraga beladiri, binaraga, dan berenang, waktu Johann baru masuk Akademi Militer fisiknya "sudah jadi". Sebagai laki-laki juga (secara fisik) dia hebat, karena kontolnya lumayan besar dan sudah disunat cara Amerika, yaitu : "high and tight". Jembutnya hitam dan lumayan tebal. Rambut ketiaknya sedikit saja dan bulu kakinya tidak ada. Dadanya yang berotot ketat itu tidak berambut dengan dua puting susu yang ketat dan melenting! Kami, Capratar teman seangkatannya sangat setuju dia terpilih jadi Komandan. Sebetulnya Komandan Capratar lebih banyak "sakit"-nya dari pada "senang"-nya. Karena, Komandan Capratar lebih sering berhubungan (kontak) dengan para Taruna Senior dan Instruktur (Pelatih). Kontak dengan Capratar dengan mereka selalu mempunyai risiko untuk dijadikan obyek "mainan" alias obyek penyiksaan. Selain itu, ada kecenderungan bahwa para Taruna Senior dan Instruktur senang menyiksa Capratar yang ganteng atau punya kelebihan fisik. Sebagai contoh adalah apa (yang sering) dialami Johann seperti berikut : Untuk pemeriksaan kesehatan ulang (saat pendaftaran kembali), kami semua Capratar diapelkan di lapangan olahraga Akademi Militer. Saat itu hari sedang panas terik, sekitar jam 12:00 -14:00. Di Akademi Militer, semua pemeriksaan kesehatan bagi Capratar dan Taruna selalu dilakukan dalam keadaan telanjang bulat dan biasanya dilaksanakan di alam terbuka, misalnya di lapangan atau di halaman klinik. Anehnya (atau lazimnya) pada setiap pemeriksaan kesehatan, kami selalu harus menyerahkan contoh air kencing dan contoh air mani. Untuk pengeluaran air kencing maupun air mani oleh Capratar (maupun Taruna) tidak disediakan ruangan khusus, melainkan dilakukan begitu saja di tempat terbuka. Pada awalnya banyak juga Capratar yang mengalami hambatan, karena masih ada rasa malu dan risih. Apalagi jika harus mengocok-ngocok di hadapan orang banyak untuk mengeluarkan sperma (pejuh). Tapi lama kelamaan kami terbiasa. Susahnya, para Instruktur dan Taruna Senior juga senang "mengawasi" kami ketika sedang diperiksa kesehatannya dan senang melihat kami susah payah ngocok (karena dilihat orang banyak), supaya bisa nagceng dan mengeluarkan pejuh (air mani) yang ditampung dalam botol yang tersedia. Karena Capratar rata-rta masih berumur delapan belasan, maka ketika sedang ngaceng, kontolnya berdiri tegak sampai menempel ke dinding perut mereka - di bagian yang ditumbuhi jembut. Ini mempersulit mereka waktu menampung dan memasukkan pejuh ke dalam botol. Hampir semua Capratar pejuhnya berceceran waktu akan ditampung dan ada yang tidak berhasil. Bahkan ada yang eyakulasinya terlalu cepat, atau lupa menampung pejuh karena sedang menikmati pancaran pejuhnya ("CRO...CROT...CROT.."), sehingga tidak sedikit pun pejuh yang masuk botol. Yang menarik dari Johann adalah, di samping kontolnya besar seperti kontol kuda jantan, air maninya pun banyak dan waktu eyakulasi pancarannya cukup jauh. Hal ini terlihat oleh beberapa Taruna Senior. Keruan saja, setelah itu Johann sering dipanggil oleh para Taruna Senior untuk "mendemonstrasikan" pancaran pejuhnya. Karena fisiknya kuat dan juga produksi air maninya banyak maka ia sanggup memancarkan pejuh dengan jumlah banyak sampai beberapa kali sehari. Tetapi paling banyak sekitar 5 - 7 kali sehari. Jika taruna Senior memaksa Johann lebih dari itu, tentu saja Johann tidak bisa lagi, mungkin masih bisa ngaceng tapi sudah tidak mampu mengeluarkan air mani lagi!. Paling-paling kontolnya yang sedang tegang dan mengkilat itu hanya bisa berdenyut-denyut, sementara lubang kencingnya menganga tapi tidak mengeluarkan apa-apa!. Gilanya, orang lain sering dipaksa oleh Taruna Senior untuk "membantu" Johann. Aku sendiri pernah dipaksa Taruna Senior untuk mengulum kontol Johann untuk membantu dia mengeluarkan pejuh. Setelah kejadian itu malah Johann yang minta maaf kepadaku karena kontolnya terpaksa dimasukkan ke mulutku. Rupanya dengan penguluman itu, kontol Johann cukup terangsang dan bisa mengeluarkan pejuh lagi dengan semprotan cukup jauh. Sialnya, aku dan Johann yang kemudian dipaksa Taruna Senior untuk menjilati air mani Johann yang berceceran di lantai itu dengan lidah kami. Sebagai sahabat Johann aku sering merasa iba jika Johann-ku diperlakukan seperti itu. Walaupun sebagai calon tentara sejati, Johann tetap saja tabah diperlakukan demikian. Sebagai Komandan Capratar, Johann juga sering jadi contoh atau peraga dalam berbagai latihan termasuk dalam acara penyiksaan!. Pada acara Pembukaan Latihan Dasar Militer, Johann mewakili angkatan kami untuk merasakan "Lecutan Pertama" dari Gubernur Akademi Militer. Dalam acara itu Johann dipentang di tiang penyiksaan dalam kedaan telanjang bulat di hadapan seluruh Capratar yang sedang apel dan para tamu intern Akademi Militer. Dalam keadaan demikian Gubernur Akademi Militer (yang diwakili oleh salah seorang perwira yang paling ganteng, berotot dan hadir di situ bertelanjang dada) dengan seluruh kekuatan ototnya menghajarkan cemeti ke punggung, bokong dan paha belakang Johann. Akibat lecutan cemeti beradu dengan kulit Johann, tercipta suara bagaikan letusan senjata api : "CETTARR, CETTARR, CETTARR". Setiap kali hajaran cemeti besar itu menghunjam tubuh Johann yang telanjang bulat, tubuhnya berguncang, wajahnya tampak sangat kesakitan, sekali-sekali dia menggigit bibir karena rasa pedih bercampur pegal oleh hajaran cambuk yang mengenai kulitnya!. Hebatnya, dihajar demikian itu, Johann-ku tetap sadar tidak pingsan. Rupanya panitia belum puas menyiksa Johann, setelah selesai dihajar, dia diturunkun dari Tiang Penyiksaan. Tapi kemudian disuruh kembali ke barisan dengan merayap sambil bertelanjang bulat dengan tangan terborgol di punggung. Dalam keadaan Johann seperti itu, seluruh yang hadir bisa melihat tubuh Johaann yang berkilat-kilat oleh keringat yang bercucuran di sekujur tubuhnya, dengan bilur-bilur merah berdarah, akibat lecutan cemeti, garis-garis tampak di punggung, bokong dan paha belakang Johann. Untuk mempercepat gerakan Johann merayap, seorang Taruna Senior mengikuti dari belakang membawa sebatang besi yang sudah dipanaskan. Sekali-sekali besi panas itu ditempelkan di paha Johann sehingga ia menggelinjang dan mencoba mempercepat gerakan merayapnya. Pada acara "Cerdas Cermat" hampir selalu Johann jadi peraga. Artinya sebelum peserta Cerdas Cermat menebak siapa nama Taruna Senior atau Instruktur yang melecutnya dari belakang, Johann dijadikan "contoh" bagaimana gaya masing-masing Taruna Senior dan Instruktur itu mengayunkan atau menghajarkan pecutnya. Untuk maksud itu Johannn juga dipentang di Tiang Penyiksaan dalam kedaan telanjang bulat. Lalu satu-persatu Instruktur mendemonstrasikan cara mereka mengayunkan pecut masing-masing dengan menjadikan tubuh Johann sebagai contoh sasaran (peraga) termasuk bagian tubuh yang mereka sukai untuk dijadikan sasaran hajaran cemeti. Karena ada 5 orang (3 Taruna Senior dan 2 Instruktur) maka Johann kena hajar cemeti 15 - 20 kali, sebba ada yang melecutnya 3 kali ada yang 4 kali. walaupun bagian tubuh belakangnya babak belur, tapi Johann tetap sadar. Akibatnya, setelah itu Johann dibon oleh beberapa Taruna Senior untuk diuji ketahanan tubuhnya menghadapi lecutan cemeti. Tak berapa lama kemudian sudah terdengar lagi suara keras : "CETTARRR, CETTARR, CETTARR" berkali-kali. Rupanya Johann diuji dengan lecutan cambuk lebih banyak lagi! Kalau baru dihajar sampai babak belur oleh Taruna Senior biasanya Johann kembali ke Asrama dengan gontai tapi tetap tegap dan wajahnya menunjukkan kesakitan, tapi tampak tetap tabah!. Aku selalu berusaha membantunya dengan membersihkan atau merawat luka-lukanya, karena aku sayang sekali kepada Johann-ku, sahabat-ku itu! Waktu akan latihan "diinterogasi musuh", Johann kembali jadi peraga. Dia dibisiki pesan rahasia oleh Instruktur, kemudian Taruna Senior disuruh mengorek rahasia itu dari Johann dengan bermacam-macam siksaan yang tidak pernah kami bayangkan. Antara lain adalah Taruna Senior itu memaksa Johann duduk di suatu balok dalam keadan telanjang bulat, tangannya diborgol ke belakang, kakinya diberi besi pemberat. lalu punggungnya berkali-kali dihajar dengan pecut yang ujungnya diberi paku. Sekali-sekali, kontol dan puting susunya nya dialiri listrik. Tapi Johann tidak berhasil dikorek rahasianya. Walaupun sempat pingsan sebentar. Setelah diguyur air dingin ia segera siuman kembali. Lalu siksaan masih dilanjutkan terus. Antara lain lubang kontolnya dimasuki logam lalu pahanya ditempeli besi panas. Jari-jari tangannya dijepit dengan alat penjepit. Itulah beberapa cara mendidik Taruna jadi tahan nyeri, tahan sakit dan tahan disiksa sampai babak belur!.

###

17 Gay Erotic Stories from Bagus Errwynn

A Test Of The Endurance Towards Pain

Is it true that a soldier must be able to endure severe pain? So that the training must also include how to deal with pain? But the instructors create a torture that create pain like hell! Temanku Johann terpilih jadi Komandan Capratar. Karena memang dia punya banyak sekali kelebihan dibandingkan dengan Capratar lain. Capratar atau Calon Prajurit Taruna adalah sebutan untuk Taruna

A Wonderful And Heavenly Time With Arief

To share the room with Arief in Australia was such an enjoyable and heavenly experience in my life. Sudah sejak lama aku tertarik kepada Arief (M. Arief S. Suditomo) seorang penyiar berita di TV. Tetapi, para pembaca yang terhormat perlu ingat bahwa ada ribuan penyiar bernama seperti itu. Jika ada persamaan dengan nama seseorang, tentulah itu semata-mata suatu kebetulan atau

Come Across A Celebrity

I have never imagined that one day I will be able to know him in person and much more to enjoy and to taste his body. Aku adalah seorang manajer gedung pencakar langit. Gedung itu milik suatu perusahaan besar yang bergerak di bidang property. Karena letaknya strategis dan rancangan serta lay out-nya menarik, gedung itu sering dijadikan tempat shooting untuk iklan, video clips maupun

Diperkosa Dua Orang Pelatih

Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian. Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan ataupun terpikat baju seragamnya.

Hanya Karena Terlambat Melapor

Setiap hari Sabtu dan Minggu setiap Prajurit Dua (Prada) mendapat Izin Bermalam (IB) di luar asrama kesatuan. Prada di negaraku, umurnya rata-rata sekitar 18 - 20 tahun. Karena terbatasnya lapangan kerja di negaraku (tak perlu kusebut negara mana), banyak di antara Prada itu berpendidikan umum high school (sekolah menengah atas). Padahal sebetulnya persyaratannya cukup pendidikan umum

Jeffry My Best Friend

This is what happened during my cadet days in the Military Academy. Pengalaman ini aku alami sewaktu aku masih menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer di suatu negara yang tidak perlu aku sebutkan. Pada masa itu, sangat lazim bahwa kekejaman diterapkan kepada kami para Taruna. Apakah sekarang cara-cara sadis dalam pendidikan militer masih diterapkan di negara tersebut, aku tidak

Mess Perwira

Aku seorang tentara dari suatu negara. Di Malaysia disebut Tentara Darat Di-Raja atau Royal Army. Aku berpangkat Kapten dan menjabat sebagai perwira yang bertanggungjawab di bidang intelijen, penegakkan hukum militer dan disiplin. Komandanku berpangkat Letnan Kolonel dan dalam cerita ini akan aku sebut "Komandan" saja. Walaupun sebetulnya aku ingin sekali menyebutkan namanya, karena aku

My Father's Aide De Camps

Ayahku seorang perwira tinggi suatu angkatan yang tak perlu aku sebutkan di negara mana. Sebagai pejabat militer penting dengan pangkat berbintang-bintang dia didampingi seorang ajudan, namanya Jeffri berpangkat Letnan Satu. Ajudan dalam Bahasa Inggris disebut ADC atau Aide De Camps. Tugas ajudan adalah melancarkan pekerjaan dari pejabat yang didampingi termasuk mengatur waktu dan

My Terrible Experience as Cadet

The terrible thing to be a cadet is that the instructors or the senior cadets always have good reasons to punish, either for minor infractions or just for reasons they just make it up. Saat aku menjadi Kadet (Taruna) Akademi Militer, dampak psikologis dari perlakuan keras, kejam dan sadis terhadap Taruna nyaris tidak diperhitungkan. Apalagi masa Latihan Dasar Militer atau Masa

Swimming In A Deserted Pool

Waktu peristiwa ini terjadi, abang iparku menjabat komandan batalyon dari tentara di suatu negara (yang tak perlu kusebut nama negaranya). Asrama batalyon itu terletak di luar kota dan abangku tinggal di rumah dinas dalam kompleks asrama itu. Kalau hari libur aku sering menginap di rumah abang ipar atau kakakku itu. Mereka tidak dikaruniai anak sampai sekarang. Kadang-kadang kalau

Taken Hostage By Free Aceh Movement

It was just a good luck that being a serviceman I was freed unharmed by the Aceh Free Movement men after taken hostage for almost one month. But I had to serve the needs of these men. Kejadian ini bagaikan mimpi. Ketika itu aku menyamar sebagai "orang sipil" dengan mengubah potongan rambutku, cara berpakaian, cara bersikap bahkan cara bicara. Tugasku di bidang intelijen

The Enjoyable Pain And Happiness Of A Cadet

To be a Cadet of the Military Academi was my obsession as a teenage. I was very happy when I passed the test and accepted to join the Military Academy. Really, I got what I wanted : the enjoyable pain and happiness! Dapatkah anda bayangkan apabila anda sehari-hari dikelilingi oleh pria-pria ganteng yang wajahnya mirip Donny Kesuma (yang ganteng dan atletis), Anjasmara (yang ganteng),

The High School Next To The Military Academy

Those high school students who want to become a cadet in the military academy have to attend an orientation course which is quite (sexually) impressive. Waktu aku masih bertugas sebagai instruktur di akademi militer suatu negara (yang tak perlu kusebut namanya) ada kegiatan yang disebut Orientasi Pelajar. Kegiatan ini hanya bisa diikuti oleh murid laki-laki dari sekolah menengah

The Military Detention Centre

I never imagined that in this modern times a military detention centre still has a torture chamber. Aku memanggilnya Bang Jeffri karena dia kakak kelasku di Akademi Militer (tak perlu kusebut di negara mana). Kami hanya berbeda satu tahun dan aku sebetulnya cukup dekat dengan Bang Jeffri. Waktu masih jadi Taruna di Akademi Militer, Bang Jeffri termasuk Taruna Senior yang gemar

The Strange Policy In The Military Academy

The Military Academy has a strange policy of making circumcision obligatory to all of its cadets. Bagaimana sejarahnya hingga sunat (khitan atau sirkumsisi) merupakan kewajiban bagi semua Kadet atau Taruna Akademi Militer? Tidak jelas. Secara resmi dinyatakan bahwa kewajiban itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan Taruna (yang kelak jadi Perwira), dan demi kesempurnaan

What Did Shellwynn Do To Johann?

How could Johann an army officer who possessed a black belt karate could not resist the sexual encounter of Shellwynn? Baik Shellwynn maupun Johann jika dilihat dari luar adalah lelaki normal. Keduanya menikah dan punya seorang anak. Penampilan dan profesi Shellwynn sangat berbeda dengan Johann. Wajah Shellwyn bernuansa Eropa, terutama karena warna kulitnya yang terang dan hidungnya

What Did They Do To Me In Captivity?

He was abducted not because of political reasons but for sexual reasons instead. His magnificent body had attracted the rebels to take him into captivity in order to take turns enjoying his big cock, ass, nipples and armpits. Abdul Rasyid, putera Aceh asli dari Blang Pidie adalah seorang mahasiswa di suatu fakultas di Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Dia bukan aktivis politik

###
Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

Web-01: vampire_2.0.3.07
_stories_story